Kisah Sedih Pasangan Abdullah-Aminah dan Beda Pendapat Kelahiran Nabi

Selasa, 23 Juni 2020 - 15:31 WIB
loading...
Kisah Sedih Pasangan...
Riwayat yang paling populer menyebutkan bahwa Nabi Muhammad pada tahun Gajah, saat Abrahah bermaksud menghancurkan Kabah. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
USIA Abdul-Muthalib sudah hampir mencapai tujuhpuluh tahun atau lebih tatkala Abrahah mencoba menyerang Makkah dan menghancurkan Ka’bah . Ketika itu umur Abdullah anaknya sudah duapuluh empat tahun, dan sudah tiba masanya dikawinkan. ( )

Pilihan Abdul-Muthalib jatuh kepada Aminah binti Wahb bin Abd Manaf bin Zuhra-- pemimpin suku Zuhra ketika itu yang sesuai pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat. Maka Abdul Muthalib mengajak Abdullah bertandang ke keluarga Zuhra untuk melamar Aminah.

Ada yang berpendapat, bahwa mereka pergi menemui Uhyab, paman Aminah, sebab waktu itu ayahnya sudah meninggal dan dia di bawah asuhan pamannya.



Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad mengungkap pada hari perkawinan Abdullah dengan Aminah itu, Abdul-Muthalib juga mengawini Hala, puteri pamannya. Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, paman Nabi dan yang seusia dengan beliau. (Baca Juga: Kisah Keislaman Hamzah, Singa Allah yang Mengagumkan
Resepsi pernikahan dilangsungkan di rumah keluarga pengantin puteri. Abdullah pun tinggal selama tiga hari di rumah Aminah. Sesudah itu mereka pindah bersama-sama ke keluarga Abdul-Muthalib.



Pada saat Aminah sedang hamil , Abdullah meninggalkan sang istri tercinta untuk berdagang ke Suriah. Ia juga pergi ke Gaza. Kemudian singgah ke tempat saudara-saudara ibunya di Madinah sekadar beristirahat sesudah merasa letih selama dalam perjalanan.

Setelah itu, saat ia akan kembali pulang dengan kafilah ke Makkah tiba-tiba ia menderita sakit. Kawan-kawannya pun pulang lebih dulu meninggalkan Abdullah di rumah saudaranya di Madinah.

Ka'bah: Kisah Nazar Abdul Muthalib Menyembelih Anaknya

Begitu mendengar putranya sakit, Abdul-Muthalib mengutus Harith- anaknya yang sulung – untuk menjemput Abdullah ke Madinah. Tetapi sesampainya di Madinah ia menerima kabar duka bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah dikuburkan pula. Abdullah meninggal sebulan sesudah kafilahnya berangkat ke Makkah.

Kembalilah Harith kepada keluarganya dengan membawa perasaan pilu atas kematian adiknya itu. Rasa duka dan sedih menimpa hati Abdul-Muthalib, menimpa hati Aminah, karena ia kehilangan seorang suami yang selama ini menjadi harapan kebahagiaan hidupnya.



Abdullah mewariskan lima ekor unta, sekelompok ternak kambing dan seorang budak perempuan, yaitu Umm Ayman - yang kemudian menjadi pengasuh Nabi.

Tak lama kemudian, Aminah melahirkan seorang anak laki-laki. Abdul Muthalib menyambut kelahiran cucunya itu dengan gembira. Ia menganggap ini sebagai pengganti Abdullah, anaknya. Diangkatnya bayi itu lalu dibawanya ke Ka'bah. Ia diberi nama Muhammad. Nama ini tidak umum di kalangan orang Arab tapi cukup dikenal.



Pada hari ketujuh kelahiran Muhammad, Abdul-Muthalib minta disembelihkan unta. Hal ini kemudian dilakukan dengan mengundang makan masyarakat Quraisy.
Setelah mereka mengetahui bahwa anak itu diberi nama Muhammad, mereka bertanya-tanya mengapa ia tidak suka memakai nama nenek moyang. "Kuinginkan dia akan menjadi orang yang Terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhlukNya di bumi," jawab Abdul Muthalib.



Beberapa Versi
Menurut Haekal, ada perbedaan pendapat mengenai hari, tanggal, bulan dan tahun kelahiran nabi. Caussin de Perceval dalam Essai sur l'Histoire des Arabes menyatakan, bahwa Muhammad dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia dilahirkan di Makkah di rumah kakeknya Abdul-Muthalib.

“Hari itu (Senin) adalah hari kelahiranku," jawab Nabi Muhammad ketika ditanya seorang sahabat mengapa dirinya berpuasa pada hari Senin.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2359 seconds (0.1#10.140)