Imam Ghazali: Kebahagiaan Kelak Sama Kadarnya dengan Kecintaan kepada Allah Sekarang
loading...
A
A
A
Imam al-Ghazali mengangkat kisah Bayazid Bistami dan Yahya Ibnu Mu'adz tatkala membahas tentang kecintaan kepada Allah Taala . Yahya Ibnu Mu'adz meriwayatkan bahwa ia mengamati Bayazid Bistami dalam sholatnya sepanjang malam.
Ketika telah selesai, Bayazid berdiri dan berkata: "O Tuhan! Beberapa hamba telah meminta dan mendapatkan kemampuan untuk membuat mukjizat, berjalan di atas permukaan air, terbang di udara, tapi bukan semua itu yang kuminta; beberapa yang lain telah meminta dan mendapatkan harta benda, tapi bukan itu pula yang kuminta."
Kemudian Bayazid berpaling dan ketika melihat Yahya, ia bertanya: "Engkaulah yang di sana itu Yahya?"
Ia jawab: "Ya."
Ia bertanya lagi: "Sejak kapan?"
"Sudah sejak lama."
Kemudian Yahya memintanya agar mengungkapkan beberapa pengalaman rohaniahnya.
"Akan kuungkapkan", jawab Bayazid, "apa-apa yang halal untuk diceritakan kepadamu." Yang Kuasa telah mempertunjukkan kerajaanNya kepadaku, dari yang paling mulia hingga yang terendah. Ia mengangkatku ke atas 'Arsy dan KursiNya dan ketujuh langit. Kemudian Ia berkata: 'Mintalah kepadaKu apa saja yang kau ingini.' Saya jawab: 'Ya Allah! Tak kuingini sesuatu pun selain Engkau.' 'Sesungguhnya,' kataNya, 'engkau adalah hambaKu."
Pada kali lain Bayazid berkata: "Jika Allah akan memberikan padamu keakraban dengan diriNya atau Ibrahim, kekuatan dalam doa Musa dan kerohanian Isa, maka jagalah agar wajahmu terus mengarah kepadaNya saja, karena Ia memiliki khazanah-khazanah yang bahkan melampaui semuanya ini."
Suatu hari seorang sahabatnya berkata kepadanya: "Selama tiga puluh tahun aku telah berpuasa di siang hari dan bersembahyang di malam hari, tapi sama sekali tidak kudapati kebahagiaan rohaniah yang kamu sebut-sebut itu."
Bayazid menjawab: "Kalaupun engkau berpuasa dan bersembahyang selama tigaratus tahun, engkau tetap tak akan mendapatinya."
"Kenapa?" tanya sang sahabat.
"Karena," kata Bayazid, "perasaan mementingkan-diri-sendiri mu telah menjadi tirai antara engkau dan Allah."
"Jika demikian, katakan padaku cara penyembuhannya."
"Cara itu takkan mungkin bisa kaulaksanakan."
Meskipun demikian ketika sahabatnya itu memaksanya untuk mengungkapkannya, Bayazid berkata: "Pergilah ke tukang cukur terdekat dan mintalah ia untuk mencukur jenggotmu. Bukalah semua pakaianmu kecuali korset yang melingkari pinggangmu. Ambillah sebuah kantong yang penuh dengan kenari, gantungkan di lehermu, pergilah ke pasar dan berteriaklah: 'Setiap orang yang memukul tengkukku akan mendapatkan buah kenari'.
Kemudian dalam keadaan seperti itu pergilah ke tempat para qadhi dan faqih." "Astaga!" kata temannya, "saya benar-benar tak bisa melakukannya. Berilah cara penyembuhan yang lain."
"Itu tadi adalah pendahuluan yang harus dipenuhi untuk penyembuhannya," jawab Bayazid. "Tapi, sebagaimana telah saya katakan padamu, engkau tak bisa disembuhkan."
Ketika telah selesai, Bayazid berdiri dan berkata: "O Tuhan! Beberapa hamba telah meminta dan mendapatkan kemampuan untuk membuat mukjizat, berjalan di atas permukaan air, terbang di udara, tapi bukan semua itu yang kuminta; beberapa yang lain telah meminta dan mendapatkan harta benda, tapi bukan itu pula yang kuminta."
Kemudian Bayazid berpaling dan ketika melihat Yahya, ia bertanya: "Engkaulah yang di sana itu Yahya?"
Ia jawab: "Ya."
Ia bertanya lagi: "Sejak kapan?"
"Sudah sejak lama."
Kemudian Yahya memintanya agar mengungkapkan beberapa pengalaman rohaniahnya.
"Akan kuungkapkan", jawab Bayazid, "apa-apa yang halal untuk diceritakan kepadamu." Yang Kuasa telah mempertunjukkan kerajaanNya kepadaku, dari yang paling mulia hingga yang terendah. Ia mengangkatku ke atas 'Arsy dan KursiNya dan ketujuh langit. Kemudian Ia berkata: 'Mintalah kepadaKu apa saja yang kau ingini.' Saya jawab: 'Ya Allah! Tak kuingini sesuatu pun selain Engkau.' 'Sesungguhnya,' kataNya, 'engkau adalah hambaKu."
Pada kali lain Bayazid berkata: "Jika Allah akan memberikan padamu keakraban dengan diriNya atau Ibrahim, kekuatan dalam doa Musa dan kerohanian Isa, maka jagalah agar wajahmu terus mengarah kepadaNya saja, karena Ia memiliki khazanah-khazanah yang bahkan melampaui semuanya ini."
Suatu hari seorang sahabatnya berkata kepadanya: "Selama tiga puluh tahun aku telah berpuasa di siang hari dan bersembahyang di malam hari, tapi sama sekali tidak kudapati kebahagiaan rohaniah yang kamu sebut-sebut itu."
Bayazid menjawab: "Kalaupun engkau berpuasa dan bersembahyang selama tigaratus tahun, engkau tetap tak akan mendapatinya."
"Kenapa?" tanya sang sahabat.
"Karena," kata Bayazid, "perasaan mementingkan-diri-sendiri mu telah menjadi tirai antara engkau dan Allah."
"Jika demikian, katakan padaku cara penyembuhannya."
"Cara itu takkan mungkin bisa kaulaksanakan."
Meskipun demikian ketika sahabatnya itu memaksanya untuk mengungkapkannya, Bayazid berkata: "Pergilah ke tukang cukur terdekat dan mintalah ia untuk mencukur jenggotmu. Bukalah semua pakaianmu kecuali korset yang melingkari pinggangmu. Ambillah sebuah kantong yang penuh dengan kenari, gantungkan di lehermu, pergilah ke pasar dan berteriaklah: 'Setiap orang yang memukul tengkukku akan mendapatkan buah kenari'.
Kemudian dalam keadaan seperti itu pergilah ke tempat para qadhi dan faqih." "Astaga!" kata temannya, "saya benar-benar tak bisa melakukannya. Berilah cara penyembuhan yang lain."
"Itu tadi adalah pendahuluan yang harus dipenuhi untuk penyembuhannya," jawab Bayazid. "Tapi, sebagaimana telah saya katakan padamu, engkau tak bisa disembuhkan."