Pidato Rasulullah SAW Saat Haji Perpisahan yang Membuat Abu Bakar Ash-Shiddiq Menangis

Kamis, 09 Juni 2022 - 17:29 WIB
loading...
Pidato Rasulullah SAW Saat Haji Perpisahan yang Membuat Abu Bakar Ash-Shiddiq Menangis
Bukit Arafah: Di Namira, sebuah desa sebelah timur Arafah, Rasulullah SAW berkhutbah pada haji perpisahan. Foto/Ilustrasi: muslim judicial council
A A A
Pada hari kedelapan Zulhijjah, yaitu Hari Tarwia, Nabi Muhammad pergi ke Mina. Selama sehari itu sambil melakukan kewajiban sholat beliau tinggal dalam kemahnya. Begitu juga malamnya, sampai pada waktu fajar menyingsing pada hari haji.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menggambarkan selesai sholat subuh, dengan menunggang untanya al-Qashwa' tatkala matahari mulai tersembul ia menuju arah ke gunung 'Arafah. Arus-manusia dari belakang mengikutinya.

Pada saat beliau sudah mendaki gunung itu dengan dikelilingi oleh ribuan kaum Muslimin yang mengikuti perjalanannya - ada yang mengucapkan talbiah, ada yang bertakbir, sambil ia mendengarkan mereka itu, dan membiarkan mereka masing-masing.



Di Namira, sebuah desa sebelah timur 'Arafah, telah pula dipasang sebuah kemah buat Nabi, atas permintaannya. Bila matahari sudah tergelincir, dimintanya untanya al-Qashwa, dan beliau berangkat lagi sampai di perut wadi di bilangan 'Urana.

Di tempat itulah manusia dipanggilnya, sambil beliau masih di atas unta, dengan suara lantang; tapi sungguhpun begitu masih diulang oleh Rabi'a bin Umayya bin Khalaf.

Setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah dengan berhenti pada setiap anak kalimat beliau berkhutbah sebagai berikut:

Wahai manusia sekalian! Perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi aku akan bertemu dengan kamu sekalian.

Saudara-saudara! Bahwasanya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan. Dan pasti kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggung-jawaban atas segala perbuatanmu. Ya, aku sudah menyampaikan ini!

Barangsiapa telah diserahi amanat, tunaikanlah amanat itu kepada yang berhak menerimanya.

Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat aniaya terhadap orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya. Allah telah menentukan bahwa tidak boleh lagi ada riba dan bahwa riba 'Abbas bin 'Abd'l-Muttalib semua sudah tidak berlaku.

Bahwa semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan ialah darah Ibn Rabi'a bin'l Harith bin 'Abd'l-Muttalib!

Kemudian daripada itu saudara-saudara. Hari ini nafsu setan yang minta disembah di negeri ini sudah putus buat selama-lamanya. Tetapi, kalau kamu turutkan dia walau pun dalam hal yang kamu anggap kecil, yang berarti merendahkan segala amal perbuatanmu, niscaya akan senanglah dia. Oleh karena itu peliharalah agamamu ini baik-baik.



Saudara-saudara. Menunda-nunda berlakunya larangan bulan suci berarti memperbesar kekufuran. Dengan itu orang-orang kafir itu tersesat. Pada satu tahun mereka langgar dan pada tahun lain mereka sucikan, untuk disesuaikan dengan jumlah yang sudah disucikan Tuhan. Kemudian mereka menghalalkan apa yang sudah diharamkan Allah dan mengharamkan mana yang sudah dihalalkan.

Zaman itu berputar sejak Allah menciptakan langit dan bumi ini. Jumlah bilangan bulan menurut Tuhan ada duabelas bulan, empat bulan di antaranya ialah bulan suci, tiga bulan berturut-turut dan bulan Rajab itu antara bulan Jumadilakhir dan Sya'ban.

Kemudian daripada itu, saudara-saudara. Sebagaimana kamu mempunyai hak atas istri kamu, juga istrimu sama mempunyai hak atas kamu. Hak kamu-atas mereka ialah untuk tidak mengizinkan orang yang tidak kamu sukai menginjakkan kaki ke atas lantaimu, dan jangan sampai mereka secara jelas membawa perbuatan keji.

Kalau sampai mereka melakukan semua itu Tuhan mengijinkan kamu berpisah tempat tidur dengan mereka dan boleh memukul mereka dengan suatu pukulan yang tidak sampai mengganggu.

Bila mereka sudah tidak lagi melakukan itu, maka kewajiban kamulah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan sopan-santun.

Berlaku baiklah terhadap isteri kamu, mereka itu kawan-kawan yang membantumu, mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka. Kamu mengambil mereka sebagai amanat Tuhan, dan kehormatan mereka dihalalkan buat kamu dengan nama Tuhan.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2075 seconds (0.1#10.140)