Kisah Sufi yang Cerdik Kalahkan Setan Raksasa Jahat

Rabu, 15 Juni 2022 - 11:55 WIB
loading...
Kisah Sufi yang Cerdik Kalahkan Setan Raksasa Jahat
Versi ini berasal dari suatu Majmua (kumpulan kisah darwis) yang aslinya ditulis oleh Hikayati pada abad kesebelas, menurut kolofon, tetapi dalam bentuknya yang kita baca ini ia berasal dari abad ke enam belas. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Kisah sufi versi ini berasal dari suatu Majmua (kumpulan kisah darwis) yang aslinya ditulis oleh Hikayati pada abad kesebelas, menurut kolofon, tetapi dalam bentuknya yang kita baca ini ia berasal dari abad ke enam belas. Berikut kisahnya:



Seorang ahli sufi yang sedang mengadakan perjalanan lewat sebuah perbukitan yang terpencil tiba-tiba berhadapan dengan raksasa--setan tinggi besar, yang akan menghancurkannya.

Sufi itu berkata, "Baik, silahkan mencobanya; tetapi aku bisa mengalahkanmu, sebab aku sangat perkasa dalam pelbagai hal, lebih dari yang kau bayangkan."

"Omong kosong," kata Raksasa. "Kau ahli Sufi, yang terpikat pada masalah rohani. Kau tak akan bisa mengalahkan aku, sebab aku memiliki kekuatan badaniah, aku tiga puluh kali lebih besar darimu."

"Kalau kau menginginkan uji kekuatan," kata Sufi, "ambil batu ini dan perahlah air darinya."



Ia memungut sebutir batu kecil lalu memberikannya kepada si Setan. Setelah berusaha sekuat tenaga, Raksasa itu menyerah. "Tak mungkin; tak ada air dalam batu ini. Coba tunjukkan kalau memang ada airnya."

Dalam keremang-remangan, Sang Sufi mengambil batu itu, juga mengambil sebutir telur dari kantungnya, lalu memerah keduanya, meletakkan tangannya di atas tangan Raksasa.

Sang Raksasa sangat terkesan; sebab orang memang suka terkesan oleh hal-hal yang tidak dipahami, dan menghargainya tinggi-tinggi, lebih tinggi dari yang seharusnya mereka berikan. "Aku harus memikirkan hal ini," katanya. "Mari kuajak kau ke guaku, dan akan kujamu kau malam ini," ajaknya kemudian.

Sang Sufi mengikutinya masuk ke sebuah gua yang sangat besar, penuh dengan barang-barang milik para pengembara tersesat yang sudah dibunuh, benar-benar merupakan gua Aladin. "Berbaringlah disebelahku, dan tidurlah," kata Si Setan, "besok aku akan rnemberikan keputusan."

Iapun membaringkan dirinya dan segera tertidur. Sang Sufi, yang secara naluri mengetahui adanya bahaya pengkhianatan, segera merasa harus bangkit dan menyembunyikan diri di tempat yang agak jauh dari Raksasa.

Itu dilakukannya sesudah mengatur tempat pembaringannya tadi, agar seolah-olah nampak ia masih tidur disamping Si Raksasa.

Tidak lama setelah ia pindah tempat itu, Si Raksasa pun bangun. Ia mengambil sebuah batang pohon, menghajar Ahli Sufi yang dikiranya masih tidur disebelahnya itu dengan tujuh pukulan yang sangat kuat. Lalu ia berbaring lagi, langsung tidur.



Sang Sufi kembali ketempat tidurnya semula, berbaring lalu memanggil Raksasa. "O Raksasa, guamu ini sangat menyenangkan, tetapi aku baru saja digigit nyamuk tujuh kali. Kau harus menyingkirkan nyamuk itu."

Hal ini tentu saja sangat mengejutkan Raksasa sehingga ia tidak berani lagi menyerang Sang Sufi. Bagaimanapun, kalau seorang telah dipukul tujuh kali dengan sebuah batang pohon oleh Raksasa yang menggunakan tenaga sekuat-kuatnya...

Paginya, Si Raksasa memberikan kantong kulit lembu kepada Sang Sufi, katanya, "Ambil air untuk makan pagi, agar kita bisa membuat teh."

Sang Sufi tidak mengambil kantong itu (yang begitu besar sehingga diangkatpun sulit), tetapi pergi menuju ke sebuah sungai kecil untuk menggali saluran air kecil ke arah gua. Si Raksasa menjadi haus, "Kenapa tak kau bawa air?"

"Sabar, Sobat, saya sedang membuat saluran tetap menuju mulut gua, agar nantinya kau tak usah membawa-bawa kantong berat itu untuk mengambil air."
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2676 seconds (0.1#10.140)