Abu Bakar, Amir, dan Bilal Sempat Dikarantina karena Terkena Wabah

Minggu, 26 April 2020 - 13:10 WIB
loading...
Abu Bakar, Amir, dan Bilal Sempat Dikarantina  karena Terkena Wabah
Kondisi fisik yang lelah, kehausan dan kelaparan saat menempuh perjalanan sejauh sekitar 453 km itu memang sangat rentan terserang penyakit. Ilustrasi/Ist
A A A
PADA masa kenabian, wabah juga sempat menyerang kaum muhajirin di Madinah. Pendatang dari Makkah itu terjangkit wabah saat memasuki Kota Yatsrib. Sahabat Nabi Muhammad SAW yang terkena wabah antara lain Abu Bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal bin Rabah. Mereka lalu dikarantina.

Wabah ini jelas menambah derita bagi kaum muslimin. Kondisi fisik yang lelah, kehausan dan kelaparan saat menempuh perjalanan sejauh sekitar 453 km itu memang sangat rentan terserang penyakit.

Buku Kisah Dramatik Hijrah yang mendasarkan keterangannya dari buku Sirah Ibnu Ishak dan Sirah Ibnu Hisyam menceritakan, ancaman penyakit datang silih berganti di masa hijrah ke Madinah.

Pada saat peristiwa hijrah berlangsung, di Madinah sedang terjadi wabah demam. Tak ayal, sebagian muhajirin ada yang terserang demam.

Abu Bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal bin Rabah dikarantina, tinggal dalam satu rumah waktu tiba di desa Bani Amr bin Auf. Suhu tubuh ketiga sahabat Nabi ini tinggi. Sampai-sampai kesadarannya tidak stabil dan suka mengigau.

Aisyah binti Abu Bakar saat sampai di Madinah menyempatkan besuk ke ayahnya. Sewaktu bertemu, istri Nabi SAW ini menanyakan, kondisi kesehatan ayahnya. Tapi Aisyah heran dengan jawaban ayahnya yang terasa agak melantur.

”Semua manusia tampak berseri di keluarganya. Padahal kematian lebih dekat padanya dibandingkan dekatnya sandal dengan dirinya,” ujar Abu Bakar menjawab pertanyaan Aisyah, putrinya.

Aisyah pun khawatir melihat kondisi ayahnya yang demam tinggi itu. ”Demi Allah, ayah tidak memahami apa yang dikatakannya itu,” ujar Aisyah.

Putri Abu Bakar itu juga menanyai keadaan Amir bin Fuhairah, bekas budaknya, yang juga ikut hijrah. Amir pun menjawab dengan igauan. Kalimat yang keluar tidak dipahami oleh Aisyah.

Kondisi Bilal bin Rabah juga menyedihkan. Kalau demamnya menyerang, panas tubuhnya tinggi, tiba-tiba dia bangkit dari tidur lalu keluar rumah. Lantas dia berbaring di halaman sambil mulutnya berkata-kata atau melantunkan syair.

Ketika Aisyah bertemu dengan Rasulullah diceritakanlah keadaan tiga sahabatnya itu. ”Mereka bertiga bicaranya kacau dan tidak sadar karena panas tubuhnya tinggi,” katanya.

Mendengar laporan Aisyah itu, Rasulullah langsung berdoa, ”Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana engkau membuat kami mencintai Madinah atau kuatkan kecintaan kami kepada Madinah. Berilah kami keberkahan mud di Madinah dan sha’ di Madinah. Pindahkan wabah Madinah ke Muha’ah.”

Di lain hari para sahabat Nabi yang terserang demam ini mengerjakan salat sambil duduk. Pada saat itu Rasulullah datang berkunjung maka Rasulullah pun berkata, ”Ketahuilah bahwa salat orang yang duduk itu pahalanya separo salat orang berdiri.”

Mendengar seruan Nabi itu para sahabat pun bangkit berdiri melanjutkan salatnya meskipun dengan payah karena tubuh yang sakit dan lemah.

Setelah beberapa hari kemudian wabah demam itu berangsur berkurang. Aktivitas masyarakat normal kembali. Muhajirin mulai berkegiatan di kota harapan ini. Kabar wabah tak menyurutkan kaum Muslim Makkah berdatangan. Gelombang hijrah terus berlangsung meskipun banyak hadangan dari warga Quraisy.
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1275 seconds (0.1#10.140)