Rahasia dan Keutamaan Sholat Witir yang Jarang Diketahui
loading...
A
A
A
Di antara banyak sunnah Nabi, ada satu sholat sunnah yang memiliki keutamaan agung. Sholat sunnah ini tidak pernah ditinggalkan Baginda Nabi dan para sahabat.
Keutamaannya bahkan hampir menyamai sholat sunnah Qabliyah Subuh. Rasulullah SAW menyebutnya sebagai penutup sholat malam yaitu sholat sunnah witir (وِتْر). Sholat Witir ini dilaksanakan dengan bilangan ganjil. Jumlah rakaatnya maksimal 11 dan paling minimal 1 rakaat.
Dalam satu riwayat, Nabi shollallohu 'alihi wasallam bersabda yang artinya: "Sesungguhnya Allah telah menyediakan kepada kalian semua sebuah sholat, yang ia lebih baik bagi kalian dari pada unta merah, yaitu sholat Witir, dan menjadikannya berada di antara sholat Isya hingga terbitnya fajar (Shadiq)."
Rahasia Sholat Witir
Dalam satu kajian Kitab Hadist Jami' as-Shaghir, Ketua Umum MUI yang juga Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Miftachul Akhyar mengungkap beberapa rahasia sholat Witir yang perlu diketahui umat muslim.
Dalam satu Hadis disebutkan:
اِجْعَلُوْا آخِرَ صَلاَتِكُم ْباِللّيْلِ وِتْرًا
Artinya: "Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari dengan sholat witir." (HR. Bukhari 998 dan Muslim 749)
Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat, tentu perintahnya bukan perintah wajib, karena yang diperintahkan ini sholat sunnah, agar menjadikan sholat witir (ganjil) sebagai pengakhir sholat (sunnah) malam.
Kata KH Miftachul Akhyar, sholat witir ini sebenarnya bertujuan untuk mengimbangi sholat Maghrib. Kalau sholat siang itu akhirnya (penutupnya) adalah shalat Magrib dan itu ganjil, maka sholat malam akhirnya juga ganjil yaitu shalat sunnah witir.
Keduanya sama-sama ganjil, hanya bedanya, yang akhirnya shalat siang yaitu Maghrib itu fardhu, sementara shalat witir itu sunnah.Jadi, shalat witir itu penting. Bahkan ulama terdahulu hampir tidak ada yang meninggalkan shalat witir.
Biasanya, orang yang terbiasa melaksanakan sholat witir, itu seperti ada yang membangunkan tidur. Malaikat-Malaikat itu seperti membangunkan. Tinggal orangnya bagaimana, mau bangun menjalankan shalat atau tetap melanjutkan tidurnya.
Seperti disebutkan dalam hadist, sholat di akhir malam itu disaksikan oleh para Malaikat. Bukan berarti yang lain tidak disaksikan, semua disaksikan oleh Malaikat. Tetapi khusus sholat ini, ada saksi tambahan.
"Kalau pada semua sholat, Malaikat mencatat dan menyaksikan semua. Tetapi khusus untuk shalat akhirul lail, ada saksi tambahan dari para Malaikat," jelas Kiyai Miftachul Akhyar dikutip dari laman MUI.
Jadi, sholat witir itu sangat penting. Mungkin rankingnya menduduki ranking kedua setelah shalat sunnah fajar qabliyah Subuh. Sholat sunnah Qabliyah Subuh itu yang paling utama, setelah itu sholat witir. Tahajud dan yang lain sebagainya itu di belakangnya. Bahkan tarawih itu di belakangnya lagi seumpama diranking.
Waktu Pelaksanaan Sholat Witir
Waktu pelaksanan sholat Witir, ada yang menjalankan Witir setelah sholat sunnah bakdiyah Isya'. Setelah shalat sunnah bakdiyah Isya, langsung melanjutkan Witir.
Para Sahabat terdahulu, ada yang mengakhirkannya di pengujung malam setelah shalat sunnah Tahajud. Ada pula yang menjalankan selepas shalat isya'. Keduanya sama-sama masyhur dan dipraktekkan oleh para sahabat. Sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq, Utsman bin Affan, Umar bin Khottob, dan Ali bin Abi Tholib melakukan keduanya.
Sahabat Abu Bakar melaksanakan sholat witir setiap selesai bakdiyah Isya, namun nanti kemudian bangun, sholat Tahajud dan lain sebagainya.
Sedangkan Sahabat Umar, karena orangnya percaya diri, beliau sholat witir pukul tiga menjelang Subuh. Itu disebabkan karena sudah mantab hatinya.
Tapi bukan berarti apa yang dilakukan sahabat Abu Bakar tidak mantab. Tetap mantab, namun hati-hati. Lebih baik beliau tidak kehilangan witir sebab yang namanya manusia, ada kalanya kelelahan, ketiduran, sehingga tidak sempat menjalankan witir.Karena itu, menurutnya, lebih baik menjalankan sholat Witir seusai shalat bakdiyah isya.
Apa yang dilakukan sahabat Abu Bakar itu dilakukan juga oleh Sahabat Utsman. Sementara yang dilakukan Sahabat Umar dilakukan juga oleh Sahabat Ali. Dalam kitab-kitab fiqih, itu biasa terjadi.
Hikmah
Kiyai Miftachul Akhyar menjelaskan makna kata ja'ala (جعل) yang tersebut dalam hadis. Di sini, ij'al (اجعلو), ja'ala (جعل). Di dalam Al-Qur'an ada banyak contohnya. Salah satunya: وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً (Surah Ar Rum: 21)
Ja'ala (جعل) itu artinya menjadikan yang didahului oleh sabab (beberapa sebab). Jadi, kalau ja'ala, Allah menjadikan karena didahului sebab. Termasuk dalam "waja'ala bainakum mawaddah" bahwa Allah menjadikan keluarga itu mawaddah juga didahului sabab yang diusahakan. Ada penekanan di situ.
Ja'ala ini berbeda dengan kholaqo (خلق) . Kholaqo tidak harus didahului dengan sebab terlebih dahulu. Memang Allah menciptakan langsung tanpa ada sebab. Itu masyhur di dalam kitab-kitab kita. Karena itu, perintah sholat witir ini didahului sebab-sebab.
Yang menarik, kata Kiyai Miftachul, karena sighot hadis ini shighot Amar, yaitu ij'alu, maka di antara imam mazhab terdapat perbedaan. Menurut Imam Abu Hanifah, sholat witir itu hukumnya menjadi wajib. Abu Hanifah menghukumi wajib karena syighotnya amar yaitu ij'alu.
Manakala ada sighot amar, perintah, maka itu menunjukkan wajib. Sementara Mazhab Syafii memandang berbeda. Karena hadist ini menyebut akhirol lail, sehingga (waktunya) umum, maka Imam Syafi'i tidak menyatakan wajib, tetapi sunnah saja.
Dasar sahabat Abu Bakar dan Sahabat Utsman melaksanakan Sholat Witir di awal, maksudnya setelah shalat Isya', itu ada dasarnya. Bahkan riwayat Imam Muslim yaitu berupa.
مَنْ خَافَ أنْ لا يَقُومَ مِن آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أوّلَهُ، وَمَنْ طَمَعَ أنْ يَقَوْمَ آخِرَ اللّيْلِ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ، فإنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللّيْلِ مَشْهُوْدَةٌ، وَذَلِكَ أفْضَلُ
Artinya: "Barangsiapa yang khawatir tidak bisa shalat witir di akhir malam sebagai penutup, maka witirlah di awal malam. Awal malam ini setelah melakukan shalat isya, ba’diyah isya, lalu ditutup witir. Tetapi kalau dia mantab hatinya menginginkan witir seperti diperintahkan Rasulullah SAW, maka akhirkan."
Wallahu A'lam
Keutamaannya bahkan hampir menyamai sholat sunnah Qabliyah Subuh. Rasulullah SAW menyebutnya sebagai penutup sholat malam yaitu sholat sunnah witir (وِتْر). Sholat Witir ini dilaksanakan dengan bilangan ganjil. Jumlah rakaatnya maksimal 11 dan paling minimal 1 rakaat.
Dalam satu riwayat, Nabi shollallohu 'alihi wasallam bersabda yang artinya: "Sesungguhnya Allah telah menyediakan kepada kalian semua sebuah sholat, yang ia lebih baik bagi kalian dari pada unta merah, yaitu sholat Witir, dan menjadikannya berada di antara sholat Isya hingga terbitnya fajar (Shadiq)."
Rahasia Sholat Witir
Dalam satu kajian Kitab Hadist Jami' as-Shaghir, Ketua Umum MUI yang juga Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Miftachul Akhyar mengungkap beberapa rahasia sholat Witir yang perlu diketahui umat muslim.
Dalam satu Hadis disebutkan:
اِجْعَلُوْا آخِرَ صَلاَتِكُم ْباِللّيْلِ وِتْرًا
Artinya: "Jadikanlah akhir shalat kalian di malam hari dengan sholat witir." (HR. Bukhari 998 dan Muslim 749)
Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat, tentu perintahnya bukan perintah wajib, karena yang diperintahkan ini sholat sunnah, agar menjadikan sholat witir (ganjil) sebagai pengakhir sholat (sunnah) malam.
Kata KH Miftachul Akhyar, sholat witir ini sebenarnya bertujuan untuk mengimbangi sholat Maghrib. Kalau sholat siang itu akhirnya (penutupnya) adalah shalat Magrib dan itu ganjil, maka sholat malam akhirnya juga ganjil yaitu shalat sunnah witir.
Keduanya sama-sama ganjil, hanya bedanya, yang akhirnya shalat siang yaitu Maghrib itu fardhu, sementara shalat witir itu sunnah.Jadi, shalat witir itu penting. Bahkan ulama terdahulu hampir tidak ada yang meninggalkan shalat witir.
Biasanya, orang yang terbiasa melaksanakan sholat witir, itu seperti ada yang membangunkan tidur. Malaikat-Malaikat itu seperti membangunkan. Tinggal orangnya bagaimana, mau bangun menjalankan shalat atau tetap melanjutkan tidurnya.
Seperti disebutkan dalam hadist, sholat di akhir malam itu disaksikan oleh para Malaikat. Bukan berarti yang lain tidak disaksikan, semua disaksikan oleh Malaikat. Tetapi khusus sholat ini, ada saksi tambahan.
"Kalau pada semua sholat, Malaikat mencatat dan menyaksikan semua. Tetapi khusus untuk shalat akhirul lail, ada saksi tambahan dari para Malaikat," jelas Kiyai Miftachul Akhyar dikutip dari laman MUI.
Jadi, sholat witir itu sangat penting. Mungkin rankingnya menduduki ranking kedua setelah shalat sunnah fajar qabliyah Subuh. Sholat sunnah Qabliyah Subuh itu yang paling utama, setelah itu sholat witir. Tahajud dan yang lain sebagainya itu di belakangnya. Bahkan tarawih itu di belakangnya lagi seumpama diranking.
Waktu Pelaksanaan Sholat Witir
Waktu pelaksanan sholat Witir, ada yang menjalankan Witir setelah sholat sunnah bakdiyah Isya'. Setelah shalat sunnah bakdiyah Isya, langsung melanjutkan Witir.
Para Sahabat terdahulu, ada yang mengakhirkannya di pengujung malam setelah shalat sunnah Tahajud. Ada pula yang menjalankan selepas shalat isya'. Keduanya sama-sama masyhur dan dipraktekkan oleh para sahabat. Sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq, Utsman bin Affan, Umar bin Khottob, dan Ali bin Abi Tholib melakukan keduanya.
Sahabat Abu Bakar melaksanakan sholat witir setiap selesai bakdiyah Isya, namun nanti kemudian bangun, sholat Tahajud dan lain sebagainya.
Sedangkan Sahabat Umar, karena orangnya percaya diri, beliau sholat witir pukul tiga menjelang Subuh. Itu disebabkan karena sudah mantab hatinya.
Tapi bukan berarti apa yang dilakukan sahabat Abu Bakar tidak mantab. Tetap mantab, namun hati-hati. Lebih baik beliau tidak kehilangan witir sebab yang namanya manusia, ada kalanya kelelahan, ketiduran, sehingga tidak sempat menjalankan witir.Karena itu, menurutnya, lebih baik menjalankan sholat Witir seusai shalat bakdiyah isya.
Apa yang dilakukan sahabat Abu Bakar itu dilakukan juga oleh Sahabat Utsman. Sementara yang dilakukan Sahabat Umar dilakukan juga oleh Sahabat Ali. Dalam kitab-kitab fiqih, itu biasa terjadi.
Hikmah
Kiyai Miftachul Akhyar menjelaskan makna kata ja'ala (جعل) yang tersebut dalam hadis. Di sini, ij'al (اجعلو), ja'ala (جعل). Di dalam Al-Qur'an ada banyak contohnya. Salah satunya: وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً (Surah Ar Rum: 21)
Ja'ala (جعل) itu artinya menjadikan yang didahului oleh sabab (beberapa sebab). Jadi, kalau ja'ala, Allah menjadikan karena didahului sebab. Termasuk dalam "waja'ala bainakum mawaddah" bahwa Allah menjadikan keluarga itu mawaddah juga didahului sabab yang diusahakan. Ada penekanan di situ.
Ja'ala ini berbeda dengan kholaqo (خلق) . Kholaqo tidak harus didahului dengan sebab terlebih dahulu. Memang Allah menciptakan langsung tanpa ada sebab. Itu masyhur di dalam kitab-kitab kita. Karena itu, perintah sholat witir ini didahului sebab-sebab.
Yang menarik, kata Kiyai Miftachul, karena sighot hadis ini shighot Amar, yaitu ij'alu, maka di antara imam mazhab terdapat perbedaan. Menurut Imam Abu Hanifah, sholat witir itu hukumnya menjadi wajib. Abu Hanifah menghukumi wajib karena syighotnya amar yaitu ij'alu.
Manakala ada sighot amar, perintah, maka itu menunjukkan wajib. Sementara Mazhab Syafii memandang berbeda. Karena hadist ini menyebut akhirol lail, sehingga (waktunya) umum, maka Imam Syafi'i tidak menyatakan wajib, tetapi sunnah saja.
Dasar sahabat Abu Bakar dan Sahabat Utsman melaksanakan Sholat Witir di awal, maksudnya setelah shalat Isya', itu ada dasarnya. Bahkan riwayat Imam Muslim yaitu berupa.
مَنْ خَافَ أنْ لا يَقُومَ مِن آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أوّلَهُ، وَمَنْ طَمَعَ أنْ يَقَوْمَ آخِرَ اللّيْلِ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ، فإنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللّيْلِ مَشْهُوْدَةٌ، وَذَلِكَ أفْضَلُ
Artinya: "Barangsiapa yang khawatir tidak bisa shalat witir di akhir malam sebagai penutup, maka witirlah di awal malam. Awal malam ini setelah melakukan shalat isya, ba’diyah isya, lalu ditutup witir. Tetapi kalau dia mantab hatinya menginginkan witir seperti diperintahkan Rasulullah SAW, maka akhirkan."
Wallahu A'lam
(rhs)