Quraish Shihab Tidak Ingin Dipanggil Habib meskipun Keturunan Nabi Muhammad SAW
loading...
A
A
A
Prof Quraish Shihab tidak ingin dipanggil Habib meskipun merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW . Cendekiawan muslim ini menjelaskan dirinya masih memiliki jalur keturunan Nabi Muhammad, namun dirinya enggan dipanggil dengan sapaan habib.
Dalam sebuah potongan video pendek yang diunggah kanal YouTube Jas Hijau, Qurasih Shihab dan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) terlihat tengah asyik bercengkrama. Kedua tokoh itu terlihat berbincang-bincang dan sesekali melemparkan guyonan.
Di tengah guyonan tersebut, Gus Mus tiba-tiba memanggil Quraish Shihab dengan sebutan habib. Namun, Quraish Shihab langsung menampik dan meminta dipanggil om saja.
Video itu dilanjutkan dengan memperlihatkan potongan kajian Gus Mus dalam sebuah majelis. Ia menjelaskan, Quraish Shihab merupakan seorang habib, hanya saja tak ingin dipanggil habib.
Secara bahasa, habib berarti orang yang mencintai dan dicintai. Hanya saja, kata Gus Mus, Quraish Shihab sudah pasti mencintai orang, namun belum tentu dicintai oleh masyarakat luas.
"Beliau mau dipanggil habib hanya oleh cucunya, karena dia tahu cucunya mencintai dia dan dia mencintai cucunya. Kalau kebanyakan orang belum tentu mencintai beliau," kata Gus Mus
Quraish Shihab membenarkan apa yang dikatakan Gus Mus. Lebih jauh lagi, menurutnya, ia merasa belum memiliki teladan akhlak yang diajarkan oleh Baginda Nabi sehingga belum pantas untuk dipanggil habib.
Quraish lalu menceritakan apa yang diajarkan ayahnya. "Tidak usah kamu yang berkata dirimu habib. Tidak usah kamu yang mengatakan dirimu, ‘Saya profesor, saya doktor.’ Biar dari kegiatanmu orang berkata, oh ini wajar dinamai habib. Ini wajar jadi profesor,” terangnya.
Dalam bincang santai dengan putrinya, Najwa Shihab, di kanal YouTube Najwa Shihab ahli tafsir al-Quran ini juga mengingatkan memiliki jalur nasab mulia ke Nabi Muhammad seharusnya menjadi cermin bagi diri agar berperilaku sesuai dengan akhlak yang diajarkan oleh Nabi.
“Garis keturunan ini mestinya mengikuti jalur kakek-kakeknya ini, mengikuti jalur Nabi, yang menyebarkan toleransi, yang menyebarkan akhlak,” katanya.
Quraish menyayangkan dengan sebagian orang yang mengaku sebagai habib, tapi akhlaknya belum mencerminkan nilai-nilai moral yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Jika demikian, kata Quraish, justru akan menodai citra keturunan Nabi sebagai generasi yang seharusnya berakhlak luhur. “Apa yang terjadi sekarang itu, sebagian kecil orang bisa membuat citra yang negatif. Kemudian disambut oleh yang lain dengan cara yang tidak sesuai juga sehingga terjadi apa yang dinamakan ribut-ribut itu,” ucapnya.
Mendasari argumennya, Quraish mengutip salah satu ucapan Sahabat Ali ra yang berbunyi, "Bukanlah seorang kesatria mereka yang mengatakan, ‘Inilah ayah saya.’ Tapi seorang kesatria adalah mereka yang mengatakan, ‘Inilah saya’".
Alasan lain Quraish enggan dipanggil ‘habib’ karena merasa dirinya belum mencintai masyarakat sehingga masyarakat juga mencintainya. Sementara dalam pandangannya, seorang yang layak dipanggil habib adalah keturunan Nabi yang mencintai masyarakat dan masyarakat juga mencintainya.
“Kalau Cuma mau dicintai, (tapi) tidak mau mencintai, ya bukan habib itu dong," ujarnya.
Quraish berpendapat bahwa setiap kelebihan yang dimiliki seseorang akan memiliki konsekuensi yang harus dipenuhi. Demikian juga bagi seorang habib. Karena telah diberi anugerah nasab yang luhur, maka ia berkewajiban untuk mengamalkan nilai-nilai Islam dalam dirinya seperti bersikap lemah lembut dalam berdakwah.
"Kalau kewajiban itu tidak terpenuhi, maka garis keturunan yang dimilikinya tidak akan ada artinya," tegasnya.
Quraish lalu menceritakan kisah putra Nabi Nuh yang bernama Kan'an. Sebagai putra seorang nabi, seharusnya Kan'an mencerminkan akhlak seperti orang tuanya. Tapi kenyataan berkata lain karena putra Nuh itu justru tidak mau beriman kepada Allah sehingga memperoleh siksa.
Dalam sebuah potongan video pendek yang diunggah kanal YouTube Jas Hijau, Qurasih Shihab dan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) terlihat tengah asyik bercengkrama. Kedua tokoh itu terlihat berbincang-bincang dan sesekali melemparkan guyonan.
Di tengah guyonan tersebut, Gus Mus tiba-tiba memanggil Quraish Shihab dengan sebutan habib. Namun, Quraish Shihab langsung menampik dan meminta dipanggil om saja.
Video itu dilanjutkan dengan memperlihatkan potongan kajian Gus Mus dalam sebuah majelis. Ia menjelaskan, Quraish Shihab merupakan seorang habib, hanya saja tak ingin dipanggil habib.
Secara bahasa, habib berarti orang yang mencintai dan dicintai. Hanya saja, kata Gus Mus, Quraish Shihab sudah pasti mencintai orang, namun belum tentu dicintai oleh masyarakat luas.
"Beliau mau dipanggil habib hanya oleh cucunya, karena dia tahu cucunya mencintai dia dan dia mencintai cucunya. Kalau kebanyakan orang belum tentu mencintai beliau," kata Gus Mus
Quraish Shihab membenarkan apa yang dikatakan Gus Mus. Lebih jauh lagi, menurutnya, ia merasa belum memiliki teladan akhlak yang diajarkan oleh Baginda Nabi sehingga belum pantas untuk dipanggil habib.
Quraish lalu menceritakan apa yang diajarkan ayahnya. "Tidak usah kamu yang berkata dirimu habib. Tidak usah kamu yang mengatakan dirimu, ‘Saya profesor, saya doktor.’ Biar dari kegiatanmu orang berkata, oh ini wajar dinamai habib. Ini wajar jadi profesor,” terangnya.
Dalam bincang santai dengan putrinya, Najwa Shihab, di kanal YouTube Najwa Shihab ahli tafsir al-Quran ini juga mengingatkan memiliki jalur nasab mulia ke Nabi Muhammad seharusnya menjadi cermin bagi diri agar berperilaku sesuai dengan akhlak yang diajarkan oleh Nabi.
“Garis keturunan ini mestinya mengikuti jalur kakek-kakeknya ini, mengikuti jalur Nabi, yang menyebarkan toleransi, yang menyebarkan akhlak,” katanya.
Quraish menyayangkan dengan sebagian orang yang mengaku sebagai habib, tapi akhlaknya belum mencerminkan nilai-nilai moral yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Jika demikian, kata Quraish, justru akan menodai citra keturunan Nabi sebagai generasi yang seharusnya berakhlak luhur. “Apa yang terjadi sekarang itu, sebagian kecil orang bisa membuat citra yang negatif. Kemudian disambut oleh yang lain dengan cara yang tidak sesuai juga sehingga terjadi apa yang dinamakan ribut-ribut itu,” ucapnya.
Mendasari argumennya, Quraish mengutip salah satu ucapan Sahabat Ali ra yang berbunyi, "Bukanlah seorang kesatria mereka yang mengatakan, ‘Inilah ayah saya.’ Tapi seorang kesatria adalah mereka yang mengatakan, ‘Inilah saya’".
Alasan lain Quraish enggan dipanggil ‘habib’ karena merasa dirinya belum mencintai masyarakat sehingga masyarakat juga mencintainya. Sementara dalam pandangannya, seorang yang layak dipanggil habib adalah keturunan Nabi yang mencintai masyarakat dan masyarakat juga mencintainya.
“Kalau Cuma mau dicintai, (tapi) tidak mau mencintai, ya bukan habib itu dong," ujarnya.
Quraish berpendapat bahwa setiap kelebihan yang dimiliki seseorang akan memiliki konsekuensi yang harus dipenuhi. Demikian juga bagi seorang habib. Karena telah diberi anugerah nasab yang luhur, maka ia berkewajiban untuk mengamalkan nilai-nilai Islam dalam dirinya seperti bersikap lemah lembut dalam berdakwah.
"Kalau kewajiban itu tidak terpenuhi, maka garis keturunan yang dimilikinya tidak akan ada artinya," tegasnya.
Quraish lalu menceritakan kisah putra Nabi Nuh yang bernama Kan'an. Sebagai putra seorang nabi, seharusnya Kan'an mencerminkan akhlak seperti orang tuanya. Tapi kenyataan berkata lain karena putra Nuh itu justru tidak mau beriman kepada Allah sehingga memperoleh siksa.