Negara Paling Banyak Dihuni Keturunan Nabi Muhammad

Rabu, 12 Januari 2022 - 16:03 WIB
loading...
Negara Paling Banyak Dihuni Keturunan Nabi Muhammad
Orang-orang Arab termasuk Dzurriyah Nabi (keturunan Nabi Muhammad) di Indonesia sebagian besar berasal dari Hadhramaut Yaman. Foto/Ist
A A A
Keturunan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam disebut dengan Dzurriyatun Nabi (Zuriyah Rasul). Negara manakah yang paling banyak dihuni keturunan Nabi Muhammad?

Tentu mata kita akan tertuju ke Yaman, sebuah negara di Jazirah Arab yang berbatasan dengan Laut Arab di sebelah selatan, Teluk Aden dan Laut Merah di sebelah barat, Oman di sebelah timur dan Arab Saudi di sebelah utara. Orang-orang Arab dan termasuk Dzurriyah Nabi di Indonesia sebagian besar berasal dari negara ini.

Yaman dikenal sebagai kampungnya Dzuriyyah Nabi karena di negara ini anak cucu keturunan Rasulullah paling banyak bermukim dan mengemban misi dakwah. Dzurriyah Nabi atau dikenal dengan istilah Habib ini melekat pada Hadhramaut, sebuah wilayah di Yaman Selatan.

Menurut Habib Zein bin Umar, orang-orang Hadhramaut Yaman dari golongan Sayyid datang ke Nusantara lewat Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Muhammad Shahib Mirbath. Merunut silsilah dan sejarah keluarga, keturunan Nabi yang pindah ke Hadhramaut dari Basrah ialah Ahmad al-Muhajir (generasi ke-8 dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra).

Di Indonesia, anak cucu keturunan Nabi Muhammad ini biasa dijuluki Habib (Habaib untuk jamak), Syed atau Sayyid. Sedangkan untuk perempuan biasanya dipanggil Syarifah atau Sayyidah.

Untuk diketahui, Habib dalam bahasa Arab bermakna orang yang dicintai. Julukan ini cukup populer di kalangan orang Indonesia dan Malaysia sebagai sebutan untuk keturunan Nabi Muhammad melalui nasab dari Sayyidah Fathimah az-Zahra (putri Nabi Muhammad) dan suaminya Ali bin Abi Thalib.

Para Habaib yang menetap di Indonesia dan keturunananya menjadi warga negara Indonesia (WNI) mayoritas adalah keturunan Sayyidina Hussein Bin Ali. Menurut lembaga pencatat nasab dan silsilah para Habib di Indonesia, Ar- Rabithah Alawiyah, ada sekitar 20 juta orang di seluruh dunia yang menyandang gelar Habib dari 114 marga.

Dai yang belajar Tafsir Al-Qur'an dan Hadits di Universitas Al-Azhar Cairo, Ananda Alhafidz dilansir dari Quora mengatakan, bagi kalangan Sayyid, nama Zein Umar bin Smith tidak asing lah. Beliaulah ketua umum organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia bernama Rabithah Alawiyah.

Bagi Anda yang tergolong Sayyid atau segaris keturunan Nabi, lembaga inilah yang bakal mengeluarkan buku nasab (keturunan) Nabi. Buku ini semacam sertifikat yang isinya silsilah keluarga dalam aksara Arab gundul, yang jika dirunut ke atas bakal bertemu dengan Sayyidah Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah.

Asal Mula Habib di Indonesia
Seperti dikatakan Habib Zein bin Umar, anak keturunan Nabi Muhammad yang ada di Indonesia berasal dari Hadhramaut Yaman lewat Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Muhammad Shahib Mirbath. Keturunan Nabi yang pindah ke Hadhramaut dari Basrah ialah Ahmad al-Muhajir (generasi ke-8 dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra).

Beliau pergi bersama keluarganya. Sementara saudaranya, Muhammad bin Isa tetap di Irak, di masa pemerintahan Khalifah Abbassiyah. Sebelum ke Yaman, Zurriyah Nabi yang lebih dikenal Al-Imam Ahmad bin Isa ini semula hijrah ke Madinah dan Makkah, sekitar 896 Masehi, di dekat kuburan buyutnya.

Alasan kepindahannya karena saat itu ada banyak fitnah bahwa keturunan Rasulullah bakal mengambil alih kekuasaan. Fitnah ini membuat pemerintah yang berkuasa saat itu cemas sehingga banyak keturunan Nabi diburu bahkan dibunuh.

Imam Ahmad bin Isa tidak mau anak-anaknya terlibat dalam keruwetan politik, akhirnya dia bicara dengan saudaranya, Muhammad bin Isa, bahwa saya akan hijrah.

Hadhramaut, sebuah lembah yang cukup subur untuk ukuran negeri Yaman, tetap saja suatu negeri miskin, kering kerontang, dan tidak ada apa-apa, demikian Habib Zein. "Dia memikirkan supaya anak dan keturunannya memegang agama dengan murni, tidak terkontaminasi segala macam masalah politik."

"Zaman itu Hadhramaut dihuni penduduk lokal, yang tidak memegang mazhab seperti kita. Ahmad bin Isa berdakwah di situ. Dia mendapatkan perlawanan-perlawanan, penolakan-penolakan yang cukup keras sehingga terjadi friksi, sampai dia mendapatkan murid dan pengikut," kata Zein bin Umar.

Keturunan dari Ahmad al-Muhajir inilah, hingga sampai ke Muhammad al-Faqih Muqaddam, yang pergi ke Asia Tenggara dan Nusantara. "Dari tiga golongan orang-orang Hadhramaut, yakni Sa'adah, Masyaikh, Qabail, kita lebih mengenal Sayyid. Golongan ini yang kemudian kita kenal juga dengan panggilan Habib," kata Habib Zein, seraya meluruskan istilah Habib.

"Seharusnya kita harus bisa memilah antara Sayyid dan Habib. Apakah dia benar-benar baik, mengajar dengan ilmu dan akhlaknya juga baik, dan dia menjadi panutan?" Salah kaprah antara Habib dan Sayyid ini jadi perhatian Habib Zein.

Ia memberi catatan, tidak semua Sayyid bisa dipanggil habib. Sebaliknya, setiap Sayid sudah pasti segaris keturunan Nabi. "Sekarang titel Habib itu terjadi degradasi, menjadi panggilan keakraban, untuk akrab," ujarnya.

Habib Zein bin Umar bin Smith berbicara mengenai sejarah orang-orang Hadhramaut dan bagaimana organisasi Rabithah Alawiyah, yang dibentuk pada 1928 di Batavia, dijalankan hingga kini. Dalam keterangannya seperti diceritakan Ustaz Ananda Alhafidz, keturunan Muhammad al-Faqih Muqaddam dibagi menjadi dua.

Yang banyak mungkin yang Anda kenal Syekh Abu Bakar, keluarga al-Attas, keluarga Al Habsy. Satu lagi dari ami (ibu) Faqih Muqaddam itu keluarga seperti kita, Al Hadad, bin Smith --itu semua dari Amir Faqih--. Kebanyakan keturunan Faqih Muqaddam masih di Hadhramaut, banyak yang hijrah ke arah India. Mereka ada di Gujarat, dan keturunan inilah yang masuk ke Indonesia lewat Aceh.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0960 seconds (0.1#10.140)