Manfaat Syukur Bukan untuk Tuhan, Begini Penjelasan Quraish Shihab
loading...
A
A
A
Al-Qur'an secara tegas menyatakan bahwa manfaat syukur kembali kepada orang yang bersyukur , sedang Allah SWT sama sekali tidak memperoleh bahkan tidak membutuhkan sedikit pun dari syukur makhluk-Nya.
Allah SWT berfirman:
"Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Mahamulia" ( QS An-Naml [27] : 40)
Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya berjudul " Wawasan Al-Quran , Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" menjelaskan manusia yang meneladani Tuhan dalam sifat-sifat-Nya, dan mencapai peringkat terpuji, adalah yang memberi tanpa menanti syukur (balasan dari yang diberi) atau ucapan terima kasih.
Menurut Quraish Shihab, Al-Qur'an melukiskan bagaimana satu keluarga (menurut riwayat adalah Ali bin Abi Thalib dan istrinya Fathimah putri Rasulullah SAW ) memberikan makanan yang mereka rencanakan menjadi makanan berbuka puasa mereka, kepada tiga orang yang membutuhkan dan ketika itu mereka menyatakan bahwa,
"Sesungguhnya kami memberi makanan untukmu hanyalah mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu, dan tidak pula pujian (ucapan terimakasih)". ( QS Al-Insan [76] : 9).
Quraish Shihab menjelaskan, walaupun manfaat syukur tidak sedikit pun tertuju kepada Allah, namun karena kemurahan-Nya, Dia menyatakan diri-Nya sebagai Syakirun 'Alim ( QS Al-Baqarah [2] : 158), dan Syakiran Alima ( QS An-Nisa' [4] : 147), yang keduanya berarti, Maha Bersyukur lagi Maha Mengetahui, dalam arti Allah akan menganugerahkan tambahan nikmat berlipat ganda kepada makhluk yang bersyukur. Syukur Allah ini antara lain dijelaskan oleh firman-Nya dalam surat Ibrahim (14) : 7 yang dikutip di atas.
Tak Hanya Ditujukan kepada Allah
Selanjutnya, kepada siapa syukur ditujukan? Quraish Shihab menjelaskan pada prinsipnya segala bentuk kesyukuran harus ditujukan kepada Allah SWT. Al-Qur'an memerintahkan umat Islam untuk bersyukur setelah menyebut beberapa nikmat-Nya,
"Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku" ( QS Al-Baqarah [2] : 152).
Dalam QS Luqman (31) : 12 dinyatakan: Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Luqman hikmah, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (manfaat) dirinya sendiri."
Namun demikian, Quraish Shihab menjelaskan, walaupun kesyukuran harus ditujukan kepada Allah, dan ucapan syukur yang diajarkan adalah "alhamdulillah" dalam arti "segala puji (hanya) tertuju kepada Allah," namun ini bukan berarti bahwa kita dilarang bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara kehadiran nikmat Allah.
Al-Qur'an secara tegas memerintahkan agar mensyukuri Allah dan mensyukuri kedua orang tua (yang menjadi perantara kehadiran kita di pentas dunia ini.) Surat Luqman (31) : 14 menjelaskan hal ini, yaitu dengan firman-Nya: "Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibu bapakmu; hanya kepada-Kulah kembalimu."
Menurut Quraish Shihab, walaupun Al-Qur'an hanya menyebut kedua orangtua --selain Allah-- yang harus disyukuri, namun ini bukan berarti bahwa selain mereka tidak boleh disyukuri. "Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka dia tidak mensyukuri Allah," ujar Quraish Shihab mengutip bunyi suatu ritwayat yang disandarkan kepada Rasul SAW.
Allah SWT berfirman:
"Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Mahamulia" ( QS An-Naml [27] : 40)
Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya berjudul " Wawasan Al-Quran , Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" menjelaskan manusia yang meneladani Tuhan dalam sifat-sifat-Nya, dan mencapai peringkat terpuji, adalah yang memberi tanpa menanti syukur (balasan dari yang diberi) atau ucapan terima kasih.
Menurut Quraish Shihab, Al-Qur'an melukiskan bagaimana satu keluarga (menurut riwayat adalah Ali bin Abi Thalib dan istrinya Fathimah putri Rasulullah SAW ) memberikan makanan yang mereka rencanakan menjadi makanan berbuka puasa mereka, kepada tiga orang yang membutuhkan dan ketika itu mereka menyatakan bahwa,
"Sesungguhnya kami memberi makanan untukmu hanyalah mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan darimu, dan tidak pula pujian (ucapan terimakasih)". ( QS Al-Insan [76] : 9).
Quraish Shihab menjelaskan, walaupun manfaat syukur tidak sedikit pun tertuju kepada Allah, namun karena kemurahan-Nya, Dia menyatakan diri-Nya sebagai Syakirun 'Alim ( QS Al-Baqarah [2] : 158), dan Syakiran Alima ( QS An-Nisa' [4] : 147), yang keduanya berarti, Maha Bersyukur lagi Maha Mengetahui, dalam arti Allah akan menganugerahkan tambahan nikmat berlipat ganda kepada makhluk yang bersyukur. Syukur Allah ini antara lain dijelaskan oleh firman-Nya dalam surat Ibrahim (14) : 7 yang dikutip di atas.
Tak Hanya Ditujukan kepada Allah
Selanjutnya, kepada siapa syukur ditujukan? Quraish Shihab menjelaskan pada prinsipnya segala bentuk kesyukuran harus ditujukan kepada Allah SWT. Al-Qur'an memerintahkan umat Islam untuk bersyukur setelah menyebut beberapa nikmat-Nya,
"Maka ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku" ( QS Al-Baqarah [2] : 152).
Dalam QS Luqman (31) : 12 dinyatakan: Dan sesungguhnya Kami telah menganugerahkan kepada Luqman hikmah, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (manfaat) dirinya sendiri."
Namun demikian, Quraish Shihab menjelaskan, walaupun kesyukuran harus ditujukan kepada Allah, dan ucapan syukur yang diajarkan adalah "alhamdulillah" dalam arti "segala puji (hanya) tertuju kepada Allah," namun ini bukan berarti bahwa kita dilarang bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara kehadiran nikmat Allah.
Al-Qur'an secara tegas memerintahkan agar mensyukuri Allah dan mensyukuri kedua orang tua (yang menjadi perantara kehadiran kita di pentas dunia ini.) Surat Luqman (31) : 14 menjelaskan hal ini, yaitu dengan firman-Nya: "Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibu bapakmu; hanya kepada-Kulah kembalimu."
Menurut Quraish Shihab, walaupun Al-Qur'an hanya menyebut kedua orangtua --selain Allah-- yang harus disyukuri, namun ini bukan berarti bahwa selain mereka tidak boleh disyukuri. "Siapa yang tidak mensyukuri manusia, maka dia tidak mensyukuri Allah," ujar Quraish Shihab mengutip bunyi suatu ritwayat yang disandarkan kepada Rasul SAW.
(mhy)