Kisah Laksamana Cheng Ho Menyebarkan Islam di Nusantara

Selasa, 09 Agustus 2022 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Dari pesisir utara Jawa, rombongan ini melanjutkan pelayarannya ke barat, menuju Sumatra, lalu menyusuri Selat Malaka, berlanjut ke Srilanka dan India, sebelum kembali ke China.

Sebagian besar dari 7 periode pelayaran armada Cheng Ho selalu mengunjungi Nusantara dan singgah bahkan menetap sejenak untuk berniaga di sejumlah wilayah, kecuali ekspedisi ke-6 (1421-1422) yang fokus untuk menjelajahi kawasan Afrika Timur dan Timur Tengah.

Kong Yuanzhi dalam "Cheng Ho Muslim Tionghoa: Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara" mencatat beberapa wilayah atau kerajaan di Indonesia yang dikunjungi armada dari Dinasti Ming itu dalam periode berbeda, di antaranya adalah Jawa (Kerajaan Majapahit), Palembang, Aceh (Kerajaan Lamuri dan Samudera Pasai), Kalimantan, dan pulau-pulau lainnya di Nusantara.



Pada 1406, armada Cheng Ho mengunjungi Majapahit dengan berlabuh di Tuban. Selanjutnya menyusuri Pantai Utara Jawa dan singgah di beberapa kota pelabuhan, termasuk Semarang, Cirebon, dan Sunda Kelapa.

Kapal-kapal Cina itu melanjutkan perjalanan ke barat dan sempat merapat di Palembang, Riau, Aceh, hingga Malaka. Setelah itu, armada Cheng Ho beberapa kali ke Nusantara dalam periode yang relatif berdekatan, yakni pada 1408, 1409, 1413, dan 1416.

Kunjungan terakhir Cheng Ho ke Nusantara adalah pada 1430, ketika usianya sudah hampir mencapai 60 tahun. Tiga warsa berselang, sang laksamana meninggal dunia.

Cheng Ho datang ketika Nusantara, terutama di Jawa dan Sumatra, sedang menatap masa peralihan dari era kerajaan Hindu-Buddha ke Islam. Cheng Ho berperan penting dalam penyebaran ajaran Islam itu.

Awal Masuknya Islam
Hanya saja, teori China tidak berbicara tentang awal masuknya Islam, melainkan peranannya dalam pemberitaan-pemberitaan tentang adanya komunitas Muslim pada masa-masa awal di Nusantara, dan peranannya dalam Islamisasi pada abad ke-15/16.

China banyak menyumbangkan data informasi sejarah tentang adanya komunitas Islam. Berita-berita tentang adanya orang-orang Arab dan Muslim pada abad ke-7/8 di Nusantara selain dari berita-berita Arab juga didapatkan dari berita-berita China.

Ini menunjukkan bahwa Islam di China, selain lebih awal juga lebih hidup. Bila pada abad ke-7 di Guangzhou sudah berdiri masjid Wa-Zhin-Zi (community), di Nusantara baru hanya ditemukan makam-makam (individu) atau interaksi utusan perdagangan.

Bahasa China yang khas juga semakin mengukuhkan identitas kehadiran dan peran mereka yang mudah dibaca. Puncak peranan China dalam penyebaran Islam terjadi pada ke-15/16 pada zaman Wali Songo .

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2570 seconds (0.1#10.140)