Siapa yang Disyukuri Allah Taala? Begini Penjelasan Quraish Shihab

Jum'at, 12 Agustus 2022 - 16:50 WIB
loading...
Siapa yang Disyukuri Allah Taala? Begini Penjelasan Quraish Shihab
Al-Quran berbicara menyangkut siapa dan bagaimana upaya yang harus dilakukan sehingga wajar disyukuri. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Muhammad Quraish Shihab mengatakan Al-Quran berbicara menyangkut siapa dan bagaimana upaya yang harus dilakukan sehingga wajar disyukuri. "Dua kali kata masykur dalam arti yang disyukuri terulang dalam Al-Quran," ujarnya dalam bukunya yang berjudul " Wawasan Al-Quran ".



Pertama adalah:

"Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia ini apa yang Kami kehendaki bagi orang-orang yang Kami kehendaki, dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam, ia akan memasukinya dalam keadaaan tercela dan terusir."

"Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah Mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya disyukuri (dibalas dengan baik). Kepada masing-masing golongan baik yang ini (menghendaki dunia saja) maupun yang itu (yang menghendaki akhirat melalui usaha duniawi), Kami berikan bantuan dari kemewahan Kami. Dari kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi ( QS Al-Isra' [17] : 18-20).

Kedua adalah:

Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri ( QS Al-Insan [76] : 22).



Quraish Shihab menjelaskan isyarat "ini" dalam ayat di atas adalah berbagai kenikmatan surgawi yang dijelaskan oleh ayat-ayat sebelumnya, dari ayat 12 sampai dengan ayat 22 surat 76 (Al-Insan).

Surat Al-Isra' ayat 17-20 berbicara tentang dua macam usaha yang lahir dari dua macam visi manusia. Ada yang visinya terbatas pada "kehidupan sekarang", yakni selama hidup di dunia ini, tidak memandang jauh ke depan.

"Kehidupan sekarang" diartikan detik dan jam atau hari dekat hidupnya, boleh jadi juga "sekarang" berarti masa hidupnya di dunia yang mengantarkannya bervisi hanya puluhan tahun.

Ayat di atas, kata Quraish Shihab, menjanjikan bahwa jika mereka berusaha akan memperoleh sukses sesuai dengan usahanya; itu pun bila dikehendaki Allah. "Tetapi setelah itu mereka akan merasa jenuh dan mandek, karena keterbatasan visi tidak lagi mendorongnya untuk berkreasi," ujarnya.

Nah, ketika itulah lahir rutinitas yang pada akhirnya melahirkan kehancuran. Hakikat ini bisa terjadi pada tingkat perorangan atau masyarakat. Kejenuhan dengan segala dampak negatif yang dialami oleh anggota masyarakat bahkan masyarakat secara umum di dunia yang menganut paham sekularisme --setelah mereka mencapai sukses duniawi-- merupakan bukti nyata dari kebenaran hakikat yang diungkapkan Al-Quran tersebut.



Menurut Quraish Shihab, jika pandangan kita jauh ke depan, visi seseorang atau masyarakat melampaui kehidupan dunianya, maka ia tidak pernah akan berhenti, bagai seseorang yang menggantungkan cita-citanya melampaui ketinggian bintang.

Ketika itu dia akan terus berusaha dan berkreasi, sehingga tidak pernah merasakan kejenuhan, karena di balik satu sukses masih dapat diraih sukses berikutnya. Memang Allah menjajikan untuk terus-menerus dan sementara menambah petunjuk-Nya bagi mereka yang telah mendapat petunjuk.

"Dan Allah sementara menambah petunjuk-Nya bagi orang-orang yang mendapat petunjuk" ( QS Maryam [19] : 76).

Orang yang demikian itulah yang semua usahanya disyukuri Allah. Mereka yang disyukuri itu akan memperoleh surga sebagaimana dilukiskan oleh kata masykur pada ayat kedua yang menggunakan kata ini, yakni surat Al-Insan ayat 22.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2642 seconds (0.1#10.140)