Puasa Panjang Musim Pandemi di Swedia, Nina Mussolini: Allah itu Maha Adil...
loading...
A
A
A
PUASA adalah tidak makan, minum, dan jima; serta tidak melakukan hal-hal lainnya yang dapat membatalkan puasa dimulai dari terbit fajar (Subuh) hingga terbenamnya matahari. Waktu fajar sampai terbenamnya matahari di tiap-tiap negara tidaklah sama. Hal ini tentu saja menyebabkan perbedaan lamanya waktu berpuasa.
Di Indonesia lama puasa sekitar 13 jam: imsak jatuh pada pukul 04.26 dan berbuka 17.51. Di belahan dunia lain waktu puasa ada yang sangat pendek, tapi juga ada yang sangat panjang.
Pada tahun ini, Wellington (Selandia Baru), Buenos Aires (Argentina), Cape Town (Afrika Selatan), Canberra (Australia), dan Santiago (Chile) memiliki waktu puasa paling singkat di dunia. Di wilayah-wilayah ini, durasi puasa hanya 11 jam 5 menit.
Sementara beberapa negara Skandinavia seperti Nuuk (Greenland), Oslo (Norway), dan Helsinki (Finlandia) merupakan wilayah dengan waktu puasa terlama di dunia. Di daerah itu, umat Islam akan berpuasa selama 20 jam.
Di bawahnya lagi ada Stockholm (Swedia) dan Berlin (Germany) dengan durasi berpuasa 19 jam. Nina Mussolini-Hansson, warga negara Indonesia yang kini bermukim di Swedia, menjelaskan puasa tahun ini di Swedia dan negara-negara Eropa lainnya sudah bergeser dari musim panas maju ke musim semi. ( )
"Meski begitu, masa puasa kami tetap panjang, walau tidak sepanjang musim panas," katanya, kepada SINDOnews, Senin (27/4/2020)
Matahari bersinar cukup lama. Alhasil, menurutnya, imsak di hari pertama jatuh pada jam 2.45 pagi dan iftar jam 20.31. Sedangkan puasa hari terakhir pada 23 Mei imsak akan berlangsung pada jam 2.23 dan iftar 9.26. "Bisa dibayangkan!," ujarnya.
Kalau ditanya berat gak sih, puasa selama itu? "Tergantung niat. Itu pengalaman saya," ujarnya. Kalau niatnya kuat dan selagi sehat, pasti bisa.
"Selama bulan puasa ini saya rajin minum air putih diberi irisan lemon dan sedikit garam. Alhamdulillah cukup membantu saya menahan haus," tuturnya.
Allah itu Maha adil. Nina mengatakan di saat musim dingin dan musim gugur nanti, di mana matahari cepat terbenam, kami akan puasa jauh lebih pendek dari muslim di Indonesia. "Karena jam 15.00 lewat, biasanya matahari sudah terbenam dan muncul lagi sekitar jam 7 pagi," jelasnya.
Menurut Nina, berpuasa saat Pandemi dan pada saat situasi normal, sebetulnya tak banyak bedanya bagi kebanyakan muslim Indonesia di Swedia.
"Toh, pada saat normal pun kami tidak pernah mendengar azan atau pengumuman waktunya berbuka atau sahur dari toa masjid. Tidak ada laki-laki bersarung dan ibu-ibu yang pulang ke rumah bersama, sehabis tarawih di mesjid atau mushola terdekat," tuturnya.
Masjid Ditutup
Keluarga Nina bermukim di Malmö. Seperti di kota lainnya, masjid-masjid ditutup selama pandemi . Padahal sebetulnya pemerintah Swedia membolehkan masyarakat berkumpul di bawah 50 orang. Namun para pengurus mesjid memilih mengikuti rekomendasi Pemerintah untuk menghindari risiko buruk.
Kegiatan tarawih dipersilahkan untuk dilakukan di rumah-rumah dengan grup kecil atau keluarga. Ceramah agama pun dilakukan lewat online. Buka puasa bersama di masjid-masjid dan perkumpulan Islam pun ditiadakan.
"Suasana ramadan baru saya rasakan kalau pergi ke kawasan yang banyak toko imigran asal Timur Tengah. Penjualan korma terlihat lebih marak dari biasanya," ujar Nina.
Nina menuturkan, kegiatan rutinnya selama Ramadhan masih seperti biasa. "Sehari-hari saya bekerja part time," ujarnya.
Akhir pekan berkumpul di taman menikmati sinar matahari bersama teman-teman dari Organisasi Swedish-Indonesia Bagus sambil berlatih tari Indonesia. Buat saya pribadi, katanya, ini kegiatan positif sambil ngabuburit. Kebetulan Swedia tidak memberlakukan lockdown di saat pendemi ini. "Tapi kami tetap berhati-hati dan membawa masker, sarung tangan serta disinfectant," ujarnya.
Malam hari saat menunggu sahur, biasanya saya mendengar kajian atau selawat lewat Facebook, YouTube dan sebagainya.
Data tahun 2016, diperkirakan muslim di Swedia sekitar 810 ribu orang atau sekitar 10,1% dari total penduduk Swedia. Mereka kebanyakan adalah imigran dari berbagai negara, seperti negara-negara Arab, sejumlah negara Afrika, negara- negara eks Yugoslavia (Bosnia, Serbia dll) juga Indonesia. Muslim Indonesia di Swedia relatif kecil jumlahnya. Karena jumlah masyarakat Indonesia juga hanya mencapai sekitar seribuan di seluruh Swedia.
Di Indonesia lama puasa sekitar 13 jam: imsak jatuh pada pukul 04.26 dan berbuka 17.51. Di belahan dunia lain waktu puasa ada yang sangat pendek, tapi juga ada yang sangat panjang.
Pada tahun ini, Wellington (Selandia Baru), Buenos Aires (Argentina), Cape Town (Afrika Selatan), Canberra (Australia), dan Santiago (Chile) memiliki waktu puasa paling singkat di dunia. Di wilayah-wilayah ini, durasi puasa hanya 11 jam 5 menit.
Sementara beberapa negara Skandinavia seperti Nuuk (Greenland), Oslo (Norway), dan Helsinki (Finlandia) merupakan wilayah dengan waktu puasa terlama di dunia. Di daerah itu, umat Islam akan berpuasa selama 20 jam.
Di bawahnya lagi ada Stockholm (Swedia) dan Berlin (Germany) dengan durasi berpuasa 19 jam. Nina Mussolini-Hansson, warga negara Indonesia yang kini bermukim di Swedia, menjelaskan puasa tahun ini di Swedia dan negara-negara Eropa lainnya sudah bergeser dari musim panas maju ke musim semi. ( )
"Meski begitu, masa puasa kami tetap panjang, walau tidak sepanjang musim panas," katanya, kepada SINDOnews, Senin (27/4/2020)
Matahari bersinar cukup lama. Alhasil, menurutnya, imsak di hari pertama jatuh pada jam 2.45 pagi dan iftar jam 20.31. Sedangkan puasa hari terakhir pada 23 Mei imsak akan berlangsung pada jam 2.23 dan iftar 9.26. "Bisa dibayangkan!," ujarnya.
Kalau ditanya berat gak sih, puasa selama itu? "Tergantung niat. Itu pengalaman saya," ujarnya. Kalau niatnya kuat dan selagi sehat, pasti bisa.
"Selama bulan puasa ini saya rajin minum air putih diberi irisan lemon dan sedikit garam. Alhamdulillah cukup membantu saya menahan haus," tuturnya.
Allah itu Maha adil. Nina mengatakan di saat musim dingin dan musim gugur nanti, di mana matahari cepat terbenam, kami akan puasa jauh lebih pendek dari muslim di Indonesia. "Karena jam 15.00 lewat, biasanya matahari sudah terbenam dan muncul lagi sekitar jam 7 pagi," jelasnya.
Menurut Nina, berpuasa saat Pandemi dan pada saat situasi normal, sebetulnya tak banyak bedanya bagi kebanyakan muslim Indonesia di Swedia.
"Toh, pada saat normal pun kami tidak pernah mendengar azan atau pengumuman waktunya berbuka atau sahur dari toa masjid. Tidak ada laki-laki bersarung dan ibu-ibu yang pulang ke rumah bersama, sehabis tarawih di mesjid atau mushola terdekat," tuturnya.
Masjid Ditutup
Keluarga Nina bermukim di Malmö. Seperti di kota lainnya, masjid-masjid ditutup selama pandemi . Padahal sebetulnya pemerintah Swedia membolehkan masyarakat berkumpul di bawah 50 orang. Namun para pengurus mesjid memilih mengikuti rekomendasi Pemerintah untuk menghindari risiko buruk.
Kegiatan tarawih dipersilahkan untuk dilakukan di rumah-rumah dengan grup kecil atau keluarga. Ceramah agama pun dilakukan lewat online. Buka puasa bersama di masjid-masjid dan perkumpulan Islam pun ditiadakan.
"Suasana ramadan baru saya rasakan kalau pergi ke kawasan yang banyak toko imigran asal Timur Tengah. Penjualan korma terlihat lebih marak dari biasanya," ujar Nina.
Nina menuturkan, kegiatan rutinnya selama Ramadhan masih seperti biasa. "Sehari-hari saya bekerja part time," ujarnya.
Akhir pekan berkumpul di taman menikmati sinar matahari bersama teman-teman dari Organisasi Swedish-Indonesia Bagus sambil berlatih tari Indonesia. Buat saya pribadi, katanya, ini kegiatan positif sambil ngabuburit. Kebetulan Swedia tidak memberlakukan lockdown di saat pendemi ini. "Tapi kami tetap berhati-hati dan membawa masker, sarung tangan serta disinfectant," ujarnya.
Malam hari saat menunggu sahur, biasanya saya mendengar kajian atau selawat lewat Facebook, YouTube dan sebagainya.
Data tahun 2016, diperkirakan muslim di Swedia sekitar 810 ribu orang atau sekitar 10,1% dari total penduduk Swedia. Mereka kebanyakan adalah imigran dari berbagai negara, seperti negara-negara Arab, sejumlah negara Afrika, negara- negara eks Yugoslavia (Bosnia, Serbia dll) juga Indonesia. Muslim Indonesia di Swedia relatif kecil jumlahnya. Karena jumlah masyarakat Indonesia juga hanya mencapai sekitar seribuan di seluruh Swedia.
(mhy)