Kisah Raja Tubba' Batalkan Serang Madinah dan Robohkan Kakbah karena Nasihat Rabi Yahudi

Rabu, 21 September 2022 - 05:15 WIB
loading...
Kisah Raja Tubba Batalkan Serang Madinah dan Robohkan Kakbah karena Nasihat Rabi Yahudi
Raja Tubba membatalkan niatnya merobohkan kakbah karena nasihat 2 orang rabi Yahudi. Raja ini kemudian memeluk agama Yahudi dan berdakwah kepada kaumnya. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Raja Tubba, raja kaum Saba, membatalkan menyerang Madinah dan Kakbah setelah mendengar saran 2 orang pendeta atau rabi Yahudi. Madinah, kata rabi Yahudi itu, akan menjadi tempat hijrah seorang nabi akhir zaman. Sedangkan Kakbah adalah tempat suci yang dibangun Ibrahim as kekasih Allah.

Peristiwa ini terjadi 700 tahun sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW . Ibnu Katsir saat menafsirkan surat Ad-Dukhan ayat 36 mengangkat kisah Raja Tubba tersebut.



Menurut Ibnu Katsir , dahulu orang-orang Himyar (yakni kaum Saba') mengangkat seorang raja. Mereka menjuluki raja tersebut dengan gelar Tubba'. Hal ini seperti Kisra bagi Raja Persia, Kaisar bagi Raja Romawi, Fir’aun bagi Raja Mesir, Negus bagi Raja Habsyah, dan julukan-julukan lainnya yang berlaku di kalangan tiap bangsa.

Sebagian dari para Tubba' ini ada yang keluar dari negeri Yaman dan menjelajahi berbagai negeri hingga sampai di Samarkand.

Di tanah pengembaraan para Tubba' mendirikan kerajaan. Mereka memiliki balatentara yang kuat. Kerajaannya luas, dan rakyatnya banyak. Pendiri dan yang membangun kota Hirah adalah Tubba'.

Diriwayatkan, Raja Tubba pada saat melalui kota Madinah bermaksud memerangi penduduknya. Hanya saja, penduduk Madinah mempertahankan diri dan memerangi mereka di siang hari, sedangkan di malam harinya penduduk Madinah menjamu mereka. Akhirnya raja itu malu terhadap penduduk Madinah dan akhirnya dia tidak lagi memerangi mereka.

Raja itu membawa serta dua orang pendeta Yahudi yang pernah menasihatinya. Keduanya menceritakan kepada rajanya bahwa tiada cara baginya untuk menaklukkan kota Madinah ini, karena sesungguhnya kota ini kelak akan dijadikan tempat hijrah nabi akhir zaman.

Selanjutnya si raja meneruskan perjalanannya, dan membawa serta kedua pendeta Yahudi itu ke negeri Yaman.

Ketika raja itu melewati Mekkah, ia berkehendak akan merobohkan Kakbah, tetapi kedua pendeta Yahudi itu melarangnya. Keduanya menceritakan kepadanya kebesaran dari Kakbah itu, bahwa Kakbah tersebut dibangun oleh Ibrahim kekasih Allah, dan kelak di masa mendatang Kakbah akan mempunyai kedudukan yang besar di masa nabi yang akan diutus di akhir zaman nanti.



Akhirnya si Raja itu menghormati Baitullah. Ia melakukan tawaf di sekelilingnya dan memberinya kain kelambu dari sutera, hadiah-hadiah, dan berbagai macam pakaian, serta menyembelih kurban di dekat kakbah sebanyak 6000 ekor unta. Peristiwa ini terjadi di masa orang-orang Jurhum.

Kemudian ia kembali meneruskan perjalanannya menuju negeri Yaman. Dia sana ia menyeru penduduk Yaman untuk beragama Yahudi sama dengan dirinya. Di masa itu agama yang tersebar adalah agama Nabi Musa as. Di negeri Yaman terdapat sebagian orang yang mendapat hidayah sebelum Al-Masih diutus. Akhirnya sebagian penduduk Yaman masuk agama Yahudi mengikuti jejak rajanya.

Raja Dimasyq
Kisah ini secara panjang lebar diceritakan oleh Imam Muhammad Ibnu Ishaq di dalam Kitabus Sirah-nya. Al-Hafiz Ibnu Asakir juga telah mengetengahkan biografi raja ini di dalam kitab tarikhnya.

Ibnu Asakir mengatakan bahwa raja tersebut adalah Raja Dimasyq. Disebutkan bahwa apabila memeriksa kudanya, maka dibariskan untuknya kuda-kuda dari kota Dimasyq sampai ke Yaman.

Kemudian Al-Hafiz ibnu Asakir mengetengahkan melalui jalur Abdur Razzaq dari Ma'mar dari Ibnu Abu Zi-b dari Al-Maqbari, dari Abu Hurairah ra dari Nabi SAW yang telah bersabda:

"مَا أَدْرِي الْحُدُودُ طَهَّارَةٌ لِأَهْلِهَا أَمْ لَا؟ وَلَا أَدْرِي تُبَّعٌ لَعِينًا كَانَ أَمْ لَا؟ وَلَا أَدْرِي ذُو الْقَرْنَيْنِ نَبِيًّا كَانَ أَمْ مَلِكًا؟ " وَقَالَ غَيْرُهُ: "أَعُزَيْرًا كَانَ نَبِيًّا أَمْ لَا؟ ".

Aku tidak mengetahui apakah hukuman had itu dapat membersihkan pelakunya (dari dosa yang dilakukannya) ataukah tidak? Dan aku tidak mengetahui apakah Tubba' itu dikutuk ataukah tidak; dan aku tidak mengetahui apakah Dzulqarnain itu seorang nabi ataukah seorang raja? Dan di dalam riwayat lain disebutkan: (Aku tidak mengetahui) apakah Uzair itu seorang nabi ataukah bukan?



Kemudian Ibnu Asakir mengetengahkan riwayat yang melarang mencaci dan melaknat Tubba'. Seakan-akan pada awalnya Tubba' kafir, lalu masuk Islam dan mengikuti agama Musa as di tangan pendeta-pendeta Yahudi di masa itu yang berada pada jalan kebenaran sebelum Al-Masih diutus.

Ibnu Katsir mengatakan sesungguhnya Tubba' yang diisyaratkan di dalam Al-Qur'an ini kaumnya masuk Islam di tangannya, kemudian setelah ia wafat kaumnya kembali kepada kesesatan, yaitu menyembah berhala dan api. Maka Allah mengazab mereka, sebagaimana yang disebutkan di dalam tafsir surat Saba'.

Nama Asli
Tubba' yang berhaji itu adalah Tubba' yang pertengahan, nama aslinya adalah As'ad alias Abu Kuraib ibnu Malyakrib Al-Yamani. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa dia menjadi raja kaumnya selama 326 tahun; tiada seorang raja pun di Himyar yang masa pemerintahannya lebih lama daripada dia. Dia meninggal dunia sebelum Nabi SAW diutus dalam kurun waktu 700 tahun sebelumnya.

Para ahli sejarah menceritakan bahwa ketika dua rabi Yahudi Madinah itu menceritakan kepada Tubba' bahwa negeri ini (yakni Madinah) kelak akan menjadi tempat hijrah nabi akhir zaman yang bernama Ahmad. Maka Tubba' membuat sya'ir mengenai hal tersebut untuk penduduk Madinah, dan mereka melestarikannya dengan meriwayatkannya secara turun-temurun, generasi demi generasi, dari pendahulu mereka kepada generasi berikutnya.

Menurut Ibnu Katsir, termasuk orang yang hafal syair tersebut adalah Abu Ayyub Khalid ibnu Zaid yang rumahnya dipakai untuk tempat Rasulullah SAW tinggal sementara waktu di Madinah. Dia mengatakan:

شَهِدْتُ عَلَى أَحْمَدَ أنَّه ... رَسُولٌ مِنَ اللهِ بَاري النَّسَمْ ...
فَلَو مُدَّ عُمْري إِلَى عُمْرِهِ ... لَكُنْت وَزيرا لَهُ وَابْنَ عَمْ ...
وَجَاهَدْتُ بالسَّيفِ أعْدَاءَهُ ... وَفرَّجتُ عَنْ صَدْرِه كُلَّ غَمْ ...

Aku bersaksi bahwa Ahmad seorang utusan dari Allah Pencipta manusia. Seandainya usiaku dipanjangkan sampai ke zamannya, tentulah aku menjadi pembantunya dan sebagai saudara sepupunya. Tentu pula aku akan berjihad dengan pedang melawan semua musuhnya, dan aku akan melenyapkan semua hal yang menyusahkan hatinya.



Ibnu Abud Dunia telah meriwayatkan bahwa di masa Islam pernah dilakukan suatu penggalian terhadap sebuah kuburan kuno di kota Sana' dan ternyata mereka menjumpai dua jenazah wanita yang keduanya masih utuh. Di dekat kepala masing-masing terdapat lempengan perak yang ditulis dengan emas, menyebutkan bahwa ini adalah kuburan Huyay dan Tamis.

Menurut riwayat lain menyebutkan Huyay dan Tumadir; keduanya adalah anak perempuan Tubba'. Mereka berdua meninggal dunia dalam keadaan beragama Tauhid, yakni telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan keduanya tidak pernah mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1844 seconds (0.1#10.140)