Peringati Maulid Nabi, JATMAN DKI Ajak Masyarakat Bangun Tradisi Khataman Kitab Hadits

Jum'at, 21 Oktober 2022 - 18:04 WIB
loading...
Peringati Maulid Nabi,...
Pengurus JATMAN DKI Jakarta menggelar Halaqah Alim Ulama dan Masyayikh Thoriqoh Al-Mutabarah An-Nahdliyah se-DKI Jakarta dalam rangka memeriahkan Ihtifal Maulid Rasulullah SAW akhir pekan lalu. Foto: Ist
A A A
JAKARTA - Pengurus JATMAN DKI Jakarta menggelar Halaqah Alim Ulama dan Masyayikh Thoriqoh Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah se-DKI Jakarta dalam rangka memeriahkan Ihtifal Maulid Rasulullah SAW akhir pekan lalu.

Dalam kegiatan tersebut digelar Khataman 1.322 Hadis Rasulullah SAW dari Kitab Monomental Al-Adab Al-Mufrod karya Imam Al-Bukhori Al-Ju'fiy yang dibimbing KH Ahmad Marwazie Al-Batawie Al-Makkiy. Turut hadir pula Ketua PWNU DKI Jakarta KH Samsul Ma'arif dan Rois JATMAN DKI KH Hamdan Rasyid.
Baca juga: Aktualisasi Maulid Nabi sebagai Motor Pemberantasan Korupsi

Mudir Idarah Wustho JATMAN DKI Jakarta KH Muhammad Danial Nafis dalam sambutannya mengatakan sudah beberapa tahun ini mengadakan Ihtifal Maulid. Selain membaca maulid seperti burdah atau barzanji, ada tradisi yang lain coba untuk dibangun khususnya di JATMAN Idaroh Wustho DKI dan Zawiyah Arraudhah yaitu membaca kutubul hadits.

“Tentunya ini menunjukkan bahwa tuduhan yang namanya ahlu thoriqoh itu tidak memiliki tradisi keilmuan dan melakukan amal bid’ah, bahwa anggapan itu jauh panggang dari api atau sangatlah tidak benar,” tegas Kiai Nafis.

Menurut dia, memperingati Maulid Nabi dengan mengadakan taklim dan khataman kitab hadits masih sedikit di Jakarta, karena biasanya peringatan Maulid yang ada hanya majelis pembacaan kitab maulid saja.

"Sangat jarang yang membaca dan mengkhatamkan kitab hadits. Karena ada faedah yang lebih besar dengan membaca hadits, tentunya agar Rasulullah SAW membersamai kita, dan kita akan lebih dekat dengan beliau,” ujarnya.

JATMAN DKI dan Zawiyah Arraudhah terus berupaya membangkitkan tradisi berpikir melalui kajian kitab turats, terutama berkaitan dengan tasawuf.

Tujuannya agar masyarakat mengetahui bahwa dalam rutinitas thariqah tidak hanya berzikir, membaca manakib, bershalawat, dan haul yang memberi dampak positif kepada setiap individu, juga terdapat tradisi keilmuan dengan mengaji kitab-kitab turats, terutama karya ulama tasawuf.

"Jadi thariqah itu pasti Ahlu sunnah wal jamaah, tapi tidak hanya sifatnya tradisi berzikir, tapi juga tradisi pikir. Ketika engkau zikir maka akan melahirkan pikiran yang positif dan melahirkan amaliah saleh khairiyah,” ucapnya.

Ketua Majelis Ifta JATMAN DKI KH Yunus Abdul Hamid menambahkan zaman saat ini banyak yang mengaku dirinya Mursyid, tetapi tidak banyak Mursyid yang memiliki bashirah atau penglihatan mata hati yang tajam sehingga mengetahui penyakit hati muridnya sekaligus membimbing muridnya untuk dapat menyucikan jiwa.
Baca juga: Maulid Nabi: Kisah Alam Menyambut Lahirnya Rasulullah SAW

Ibarat dokter yang mengobati pasien, Mursyid harus mengetahui terlebih dulu penyakitnya agar dapat memberikan obat yang sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.

"Artinya, hatinya sudah futuh melalui wirid yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah. Mursyid akan membimbing muridnya untuk terlebih dulu bertobat. Setelah itu, Mursyid akan menuntun muridnya menapaki manzilah yang lebih tinggi yaitu istikamah. Selanjutnya, murid dibawa melangkah pada manzilah yang lebih atas yaitu takwa. Setelah seseorang itu bertakwa maka dengan rahmat Allah SWT orang tersebut menjadi muslim yang kaffah,” jelas Kiai Yunus.

Ketika seseorang telah terbebas dari berhala fisik seperti tidak menyembah patung dan sejenisnya, maka harus juga terbebas dari berhala nafsu yang ada dalam diri. "Dengan begitu, ibadahnya tidak karena perkara dunia seperti harta dan jabatan, tetapi murni karena Allah," katanya.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2305 seconds (0.1#10.140)