Jujur adalah Bagian Tazkiyatun Nafs, Suami-Istri Harus Tahu Hal Ini
loading...
A
A
A
Tazkiyatun Nafs adalah menyucikan jiwa dan menjernihkan hati. Tazkiyatun nafs bisa diraih dengan akhlak yang mulia. Menyenangi zikir, berdoa, bertaubat, berbuat baik pada sesama, menjaga sholat, dan bersedekah adalah termasuk tazkiyatun nafs . Menurut Imam Ibnu Taimiyah, di antara bagian dari tazkiyatun nafs adalah sikap jujur .
Jujur harus hadir di tempat-tempat umum, terlebih lagi di lingkungan rumah tangga Islami. Antara suami dan istri harus saling jujur dan tidak gemar berdusta. Juga hubungan antara anak dan orang tuanya, harus dihiasi kejujuran.
Suami dan istri harus berlaku jujur dalam perkataan, perbuatan, ibadah dan dalam semua perkara. Jujur itu berarti selaras antara lahir dan batin, ucapan dan perbuatan, serta antara berita dan fakta.
Maksudnya, hendaklah suami istri terus berlaku jujur. Karena jika senantiasa jujur, maka itu akan membawa kepada al-birr (yakni melakukan segala kebaikan), dan kebaikan itu akan membawa ke surga yang merupakan puncak keinginan, sebagaimana Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan.” (Al-Infithâr : 13)
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allâh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (At-Taubah : 119)
Tidak dibayangkan kerusakannya sebuah rumah tangga jika penghuninya saling tidak jujur dan suka berdusta. Maka akan dicabut keberkahan dalam rumah tangga itu. Antara suami atau istri kerap berdusta untuk menutupi kemaksiatannya. Nau'dzubillah.
Dalam buku Tazkiyatun Nafs yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menulis bahwa Allah mencela orang suka berdusta. Karakter suka berdusta dan berkata yang mengada-ada (berkata tidak sebenarnya) adalah karakter orang munafik dan Yahudi. Sikap tidak jujur dan sangat suka mendengar berita bohong serta suka membuat kabar palsu adalah karakter Yahudi, bukan karakter seorang muslim.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka, "Kami telah beriman," padahal hati mereka belum beriman; dan juga orang-orang Yahudi yang sangat suka mendengar (berita-berita) bohong dan sangat suka mendengar (perkataan-perkataan) orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya. Mereka mengatakan, "Jika ini yang diberikan kepadamu (yang sudah diubah) terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah." Barang siapa dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau tidak akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya). Mereka itu adalah orang-orang yang sudah tidak dikehendaki Allah untuk menyucikan hati mereka. Di dunia mereka mendapat kehinaan dan di akhirat akan mendapat azab yang besar." (QS. Al-Ma'idah : 41)
Islam menyebutkan bahwa perilaku jujur adalah perilaku yang teramat mulia. Sayangnya, di zaman sekarang ini, perilaku jujur amatlah langka. Kita jumpai di kantoran, di pasaran, di berbagai lingkungan kerja, bahkan di rumah tangga perilaku jujur ini hampir saja usang.
Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim)
Seorang yang tidak jujur dianjurkan segera bertaubat. Karena jujur dan ikhlas merupakan dampak dari keimanan yang benar. Dalam surat Al-Baqarah ayat 177, Allah mengabarkan bahwa jujur (berkata benar) adalah ciri orang yang bertakwa. Karena jujur akan menyucikan jiwa dan membersihkan hati.
Tidak jujur dan saling berdusta dalam rumah tangga adalah pemicu ketidakharmonisan pasangan suami istri. Bahkan ujung-ujungnya bisa tmennyebabkan perceraian dalam rumah tangga.
Berlaku jujurlah. Karena jujur akan membawa kita ke surga. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. (Al Hadis, dari Madârijus Sâlikîn)
Wallahu A'lam
Jujur harus hadir di tempat-tempat umum, terlebih lagi di lingkungan rumah tangga Islami. Antara suami dan istri harus saling jujur dan tidak gemar berdusta. Juga hubungan antara anak dan orang tuanya, harus dihiasi kejujuran.
Suami dan istri harus berlaku jujur dalam perkataan, perbuatan, ibadah dan dalam semua perkara. Jujur itu berarti selaras antara lahir dan batin, ucapan dan perbuatan, serta antara berita dan fakta.
Maksudnya, hendaklah suami istri terus berlaku jujur. Karena jika senantiasa jujur, maka itu akan membawa kepada al-birr (yakni melakukan segala kebaikan), dan kebaikan itu akan membawa ke surga yang merupakan puncak keinginan, sebagaimana Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ
"Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan.” (Al-Infithâr : 13)
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allâh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (At-Taubah : 119)
Tidak dibayangkan kerusakannya sebuah rumah tangga jika penghuninya saling tidak jujur dan suka berdusta. Maka akan dicabut keberkahan dalam rumah tangga itu. Antara suami atau istri kerap berdusta untuk menutupi kemaksiatannya. Nau'dzubillah.
Dalam buku Tazkiyatun Nafs yang ditulis oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menulis bahwa Allah mencela orang suka berdusta. Karakter suka berdusta dan berkata yang mengada-ada (berkata tidak sebenarnya) adalah karakter orang munafik dan Yahudi. Sikap tidak jujur dan sangat suka mendengar berita bohong serta suka membuat kabar palsu adalah karakter Yahudi, bukan karakter seorang muslim.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الرَّسُوْلُ لَا يَحْزُنْكَ الَّذِيْنَ يُسَا رِعُوْنَ فِى الْكُفْرِ مِنَ الَّذِيْنَ قَا لُوْۤا اٰمَنَّا بِاَ فْوَاهِهِمْ وَلَمْ تُؤْمِنْ قُلُوْبُهُمْ ۛ وَمِنَ الَّذِيْنَ هَا دُوْا ۛ سَمّٰعُوْنَ لِلْكَذِبِ سَمّٰعُوْنَ لِقَوْمٍ اٰخَرِيْنَ ۙ لَمْ يَأْتُوْكَ ۗ يُحَرِّفُوْنَ الْـكَلِمَ مِنْۢ بَعْدِ مَوَا ضِعِهٖ ۚ يَقُوْلُوْنَ اِنْ اُوْتِيْتُمْ هٰذَا فَخُذُوْهُ وَاِ نْ لَّمْ تُؤْتَوْهُ فَا حْذَرُوْا ۗ وَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ فِتْنَـتَهٗ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهٗ مِنَ اللّٰهِ شَيْـئًـا ۗ اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ لَمْ يُرِدِ اللّٰهُ اَنْ يُّطَهِّرَ قُلُوْبَهُمْ ۗ لَهُمْ فِيْ الدُّنْيَا خِزْيٌ ۖ وَّلَهُمْ فِيْ الْاٰ خِرَةِ عَذَا بٌ عَظِيْمٌ
"Wahai Rasul (Muhammad)! Janganlah engkau disedihkan karena mereka berlomba-lomba dalam kekafirannya. Yaitu orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan mulut mereka, "Kami telah beriman," padahal hati mereka belum beriman; dan juga orang-orang Yahudi yang sangat suka mendengar (berita-berita) bohong dan sangat suka mendengar (perkataan-perkataan) orang lain yang belum pernah datang kepadamu. Mereka mengubah kata-kata (Taurat) dari makna yang sebenarnya. Mereka mengatakan, "Jika ini yang diberikan kepadamu (yang sudah diubah) terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah." Barang siapa dikehendaki Allah untuk dibiarkan sesat, sedikit pun engkau tidak akan mampu menolak sesuatu pun dari Allah (untuk menolongnya). Mereka itu adalah orang-orang yang sudah tidak dikehendaki Allah untuk menyucikan hati mereka. Di dunia mereka mendapat kehinaan dan di akhirat akan mendapat azab yang besar." (QS. Al-Ma'idah : 41)
Islam menyebutkan bahwa perilaku jujur adalah perilaku yang teramat mulia. Sayangnya, di zaman sekarang ini, perilaku jujur amatlah langka. Kita jumpai di kantoran, di pasaran, di berbagai lingkungan kerja, bahkan di rumah tangga perilaku jujur ini hampir saja usang.
Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim)
Seorang yang tidak jujur dianjurkan segera bertaubat. Karena jujur dan ikhlas merupakan dampak dari keimanan yang benar. Dalam surat Al-Baqarah ayat 177, Allah mengabarkan bahwa jujur (berkata benar) adalah ciri orang yang bertakwa. Karena jujur akan menyucikan jiwa dan membersihkan hati.
Tidak jujur dan saling berdusta dalam rumah tangga adalah pemicu ketidakharmonisan pasangan suami istri. Bahkan ujung-ujungnya bisa tmennyebabkan perceraian dalam rumah tangga.
Berlaku jujurlah. Karena jujur akan membawa kita ke surga. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ
Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. (Al Hadis, dari Madârijus Sâlikîn)
Wallahu A'lam
(wid)