Allah Menjadikan Seseorang itu Miskin atau Kaya, Ini Dalilnya
loading...
A
A
A
Banyak orang tetap saja tidak menyadari, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berkehendak menentukan seseorang itu miskin atau kaya . Sehingga banyak umat Islam ketika kekurangan harta, dia akan meminta-minta kepada selain Allah dengan minta bantuan pesugihan atau penglaris atau minta kepada sesama makhluk, dan sebagainya.
Padahal, Allah adalah tempat bergantung , berpijak, dan berharap. Sedang minta pertolongam ke "orang pintar" atau dukun adalah perbuatan setan yang malah menjerumuskan kepada perbuatan syirik. Seharusnya lah seorang muslim hanya menyandarkan harapannya kepada Allah dengan berusaha, berdoa, dan bertawakal.
Hendaknya disadari juga bahwa Allah maha kaya. Allah maha pemberi. Allah maha mengatur siapa yang layak mendapat kelebihan harta dan siapa yang panas diberi dengan kondisi sedikit kekurangan. Allah yang menentukan siapa yang kaya dan siapa yang miskin. Bekerja adalah wasilah dan jalan. Tapi Allah yang menentukan takaran rezeki dan kekayaan seorang hamba.
Dalam tafsir surat Asyuura 27 disebutkan, sesungguhnya ada diantara hamba Allah orang yang tidak pantas baginya kecuali kaya. Sebab, ️kalau seandainya Allah menjadikan dia sebagai orang miskin, niscaya kemiskinannya akan merusak dirinya dengan menjauh dari agamanya.
️Dan diantara hamba Allah ada orang yang tidak pantas baginya kecuali miskin. Sebab, kalau seandainya Allah menjadikan dia orang kaya, niscaya kekayaannya akan merusak dirinya dan dia akan berpaling dan menjauh dari agama dan ketaatan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat." (QS. Asy-Syura : 27)
Jadi, adalah hikmah Allah yang begitu agung ketika menetapkan seseorang menjadi kaya atau miskin.
Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, ketika menjelaskan Surat Asy- Syura ayat 27, Ibnu Katsir rahimahullah berkata bahwa Allah memberikan rezki kepada mereka, dengan rezki yang Dia pilih yang di dalamnya ada kemaslahatan mereka. Dan Allah lebih tahu akan hal itu, maka Dia pun menjadikan kaya orang yang berhak untuk kaya. Lalu menjadikan miskin siapa saja yang berhak untuk miskin. Dan Allah memberi rezeki sesuai kadar hamba-Nya dalam ketentuan-Nya bahwa Dia lah yang maha pemberi rezeki.
Harus diyakini bahwa Allah lah satu-satunya pemberi rezeki. Yaitu rezeki yang sifatnya umum, yaitu segala sesuatu yang dimiliki hamba, baik berupa makanan dan selain itu. Dengan kehendak-Nya, kita bisa merasakan berbagai nikmat rizki, makan, harta dan lainnya.
Karena AllahTa’alaberfirman :
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)
Firman-Nya :
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)
Allah juga menegaskan bahwa : “Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah; maka mengapakah engkau bisa berpaling (dari perintah beribadah kepada Allah semata)?” (QS. Fathir: 3)
Selain Allah sama sekali tidak dapat memberi rezeki. AllahTa’alaberfirman :
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun).” (QS. An Nahl: 73)
Seandainya Allah menahan rizki manusia, maka tidak ada selain-Nya yang dapat membuka pintu rizki tersebut. AllahTa’alaberfirman :
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2).
Itu memang benar, tidak mungkin ada yang dapat memberikan makan dan minum ketika Allah menahan rezeki tersebut.
Dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, disebutkan bahwa Allah memberi rezeki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani. Ulama Ath Thohawidalam matan kitab aqidahnya berkata, “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga.
Dalam hadis qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman :
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim, dari Abu Dzar Al Ghifari).
Mengenai hadits di atas itu, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta segala kebutuhan pada-Nya.”
Ketahuilah bahwa kaya dan miskin bukanlah tanda orang itu mulia dan hina. Karena orang kafir (tidak menyembah Allah dan tidak beriman pada Rasulullah) saja Allah beri rezeki, begitu pula dengan orang yang bermaksiat pun Allah beri rezeki. Jadi rezeki tidak dibatasi pada orang beriman saja. Itulah lathif-nya Allah (Maha Lembutnya Allah). Sebagaimana dalam ayat disebutkan :
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)
Dan, sejatinya kekayaan dan kemiskinan merupakan ujian dari Allâh Azza wa Jalla terhadap para hamba-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
Dan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan. (Qs.Al-Anbiyâ : 35)
Islam juga mengatasi kemiskinan dengan menyeru orang-orang miskin untuk bekerja, tidak malas dan berpangku tangan, agar mereka tidak menjadi beban masyarakat. Berusaha mengentaskan kemiskinan dan bekerja mencari rezeki merupakan perkara yang disyariatkan dan terpuji.
Diantara doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Ya Allâh aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri, dan kecukupan [HR. Muslim]
Dan rezeki yang banyak merupakan salah satu buah dari amal shaleh. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barang siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah silaturahmi. (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)
Wallahu A'alam
Padahal, Allah adalah tempat bergantung , berpijak, dan berharap. Sedang minta pertolongam ke "orang pintar" atau dukun adalah perbuatan setan yang malah menjerumuskan kepada perbuatan syirik. Seharusnya lah seorang muslim hanya menyandarkan harapannya kepada Allah dengan berusaha, berdoa, dan bertawakal.
Hendaknya disadari juga bahwa Allah maha kaya. Allah maha pemberi. Allah maha mengatur siapa yang layak mendapat kelebihan harta dan siapa yang panas diberi dengan kondisi sedikit kekurangan. Allah yang menentukan siapa yang kaya dan siapa yang miskin. Bekerja adalah wasilah dan jalan. Tapi Allah yang menentukan takaran rezeki dan kekayaan seorang hamba.
Dalam tafsir surat Asyuura 27 disebutkan, sesungguhnya ada diantara hamba Allah orang yang tidak pantas baginya kecuali kaya. Sebab, ️kalau seandainya Allah menjadikan dia sebagai orang miskin, niscaya kemiskinannya akan merusak dirinya dengan menjauh dari agamanya.
️Dan diantara hamba Allah ada orang yang tidak pantas baginya kecuali miskin. Sebab, kalau seandainya Allah menjadikan dia orang kaya, niscaya kekayaannya akan merusak dirinya dan dia akan berpaling dan menjauh dari agama dan ketaatan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَا دِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَ رْضِ وَلٰكِنْ يُّنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَآءُ ۗ اِنَّهٗ بِعِبَا دِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ
"Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Maha Mengetahui terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat." (QS. Asy-Syura : 27)
Jadi, adalah hikmah Allah yang begitu agung ketika menetapkan seseorang menjadi kaya atau miskin.
Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir, ketika menjelaskan Surat Asy- Syura ayat 27, Ibnu Katsir rahimahullah berkata bahwa Allah memberikan rezki kepada mereka, dengan rezki yang Dia pilih yang di dalamnya ada kemaslahatan mereka. Dan Allah lebih tahu akan hal itu, maka Dia pun menjadikan kaya orang yang berhak untuk kaya. Lalu menjadikan miskin siapa saja yang berhak untuk miskin. Dan Allah memberi rezeki sesuai kadar hamba-Nya dalam ketentuan-Nya bahwa Dia lah yang maha pemberi rezeki.
Harus diyakini bahwa Allah lah satu-satunya pemberi rezeki. Yaitu rezeki yang sifatnya umum, yaitu segala sesuatu yang dimiliki hamba, baik berupa makanan dan selain itu. Dengan kehendak-Nya, kita bisa merasakan berbagai nikmat rizki, makan, harta dan lainnya.
Karena AllahTa’alaberfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Fathir: 3)
Firman-Nya :
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah.” (QS. Saba’: 24)
Allah juga menegaskan bahwa : “Tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah; maka mengapakah engkau bisa berpaling (dari perintah beribadah kepada Allah semata)?” (QS. Fathir: 3)
Selain Allah sama sekali tidak dapat memberi rezeki. AllahTa’alaberfirman :
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun).” (QS. An Nahl: 73)
Seandainya Allah menahan rizki manusia, maka tidak ada selain-Nya yang dapat membuka pintu rizki tersebut. AllahTa’alaberfirman :
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2).
Itu memang benar, tidak mungkin ada yang dapat memberikan makan dan minum ketika Allah menahan rezeki tersebut.
Dalam Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, disebutkan bahwa Allah memberi rezeki tanpa ada kesulitan dan sama sekali tidak terbebani. Ulama Ath Thohawidalam matan kitab aqidahnya berkata, “Allah itu Maha Pemberi Rizki dan sama sekali tidak terbebani.” Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga.
Dalam hadis qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman :
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim, dari Abu Dzar Al Ghifari).
Mengenai hadits di atas itu, Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Hadits ini memotivasi setiap makhluk untuk meminta pada Allah dan meminta segala kebutuhan pada-Nya.”
Ketahuilah bahwa kaya dan miskin bukanlah tanda orang itu mulia dan hina. Karena orang kafir (tidak menyembah Allah dan tidak beriman pada Rasulullah) saja Allah beri rezeki, begitu pula dengan orang yang bermaksiat pun Allah beri rezeki. Jadi rezeki tidak dibatasi pada orang beriman saja. Itulah lathif-nya Allah (Maha Lembutnya Allah). Sebagaimana dalam ayat disebutkan :
اللهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ القَوِيُّ العَزِيزُ
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)
Dan, sejatinya kekayaan dan kemiskinan merupakan ujian dari Allâh Azza wa Jalla terhadap para hamba-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman :
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Dan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan. (Qs.Al-Anbiyâ : 35)
Islam juga mengatasi kemiskinan dengan menyeru orang-orang miskin untuk bekerja, tidak malas dan berpangku tangan, agar mereka tidak menjadi beban masyarakat. Berusaha mengentaskan kemiskinan dan bekerja mencari rezeki merupakan perkara yang disyariatkan dan terpuji.
Diantara doa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
Ya Allâh aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri, dan kecukupan [HR. Muslim]
Dan rezeki yang banyak merupakan salah satu buah dari amal shaleh. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Barang siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah silaturahmi. (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)
Wallahu A'alam
(wid)