Asbabun Nuzul Surat Al Waqiah Lengkap
loading...
A
A
A
Asbabun nuzul atau sebab turunnya surat Al Waqiah secara lengkap terbagi menjadi beberapa peristiwa, terutama terkait ayat-ayat yang diturunkannya secara berbeda.
Dikutip dari buku 'Asbabun Nuzul : Latar belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur'an' edisi kedua yang disusun KH Q Shaleh dan HAA Dahlan serta timnya yang diterbitkan penerbit Diponegoro Bandung, dijelaskan beberapa bagian tentang asbabun nuzul Surat Al Waqiah ini, yakni:
1. QS Al Waqiah ayat 11-14
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun surat al Waqiah ayat (11-14) sampai ayat “stulatun minal awwalin waqolilun minal akhirin” (segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian [yang masuk syurga]) mendengar ini sebagian kaum Muslimin merasa tidak gembira.
Maka turunlah ayat berikutnya. “tsullatun minal awwalina wastulaltun minal akhirin” (QS al Waqiah : 39-40) yang menegaskan bahwa pada zaman mulai Islam muncul, sampai hari akhir dari Kaum Muslimin banyak menjadi ahli surga. (Keterangan tersebut diriwayatkan oleh imam Ahmad, Ibnul Mundzir dan Ibnu Abi Hatim dan terdapat sanad yang tidak dikenal yang bersambung dari Abi Hurairah).
Kemudian dalam suatu riwayat dikemukakan ketika turun ayat “idza waqa’atil waqi’ah dan didalamnya diterangkan “Tsullatun minal awwalin, waqalilun, minal akhirin” (QS. Al Waqiah : 13-14) Umar bin Khattab berkata : “Ya Rasulullah! Tsullatun minal awwalin wa qalilun minna?(segolongan besar dari orang-orang terdahulu, dan segolongan kecil dari kita?)
Setahun kemudian baru turunlah ayat berikut- nya (QS Al Waqiah : 39-40) yang menegaskan bahwa segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan golongan besar pula dari golongan orang-orang yang hidup kemudian (yang masuk surga). Ketika itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memanggil Umar: Hai Umar! mari dengarlah apa yang telah diturunkan Allah : “Tsullatun minal awwalin wa tsullatun minal akhirin”(segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian).( Keterangan ini diriwayatkan oleh Ibnu Asakir di dalam Tarikh dimasyq dengan sanad yang diragukan dari 'Urwah bin Ruwaim yang bersumber dari Jabir bin Abdillah).
2. QS Al-Waqiah ayat 27-29
Sebab turunnya tiga ayat ini (ayat 27-29), dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengizinkan orang-orang Thaif mengusai lembah yang indah dan bersarang madu, mereka mendengar bahwa surga itu serba indah. Mereka berangan-angan untuk memiliki lembah di surga seperti yang dimiliki waktu itu. Maka turunlah ayat ini (QS Al-Waqiah ayat 27 sampai dengan ayat 29), yang melukiskan kehidupan di surga na’im yang disediakan bagi golongan “kanan”.
Keterangan tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari 'Urwah bin Rawaim (tapi mursal) dan diriwayatkan oleh Sa'id bin Manshur di dalam susunannya dan al-Baihaqi dalm kitab al-Ba'ts yang bersumber dari 'Atha' dan Mjahid.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa orang-orang kagum melihat lembah yang teduh dinaungi pohon-pohon yang rindang dan indah. Ayat ini (ayat 27 – 29) turun melukiskan kehidupan surga yang serba indah dan lebih. (Keterangan : Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang lain yang bersumber dari Mujahid)
3. QS Al Waqiah ayat 75-82
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa bahwa ketika turun hujan pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda : “Diantara manusia ada yang bersyukur dan ada yang kafir karena turun hujan”. Diantara yang hadir berkata : “Ini adalah rahmat yang diberikan Allah” Sedang yang lainnya berkata : “Sungguh tepat benar ramalan si Fulan”. Maka turunlah : Surat Al Waqiah ayat 75 sampai dengan 82, untuk mengingatkan bahwa semua kejadian itu adalah ketetapan Allah swt. (Dalilnya diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu Abbas).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat 75 – 82, turun berkenaan dengan serombongan Kaum Anshar di waktu perang Tabuk yang beristirahat di Hijr (peninggalan kaum Nabi Shaleh) dan dilarang menggunakan air yang ada di situ.
Kemudian mereka pindah ke tempat lain, tetapi mereka tidak mendapatkan air sama sekali. Mereka mengadu kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah sholat dua raka’at dan berdoa. Atas karunia Allah, berawanlah langit kemudian turun hujan, sehingga mereka dapat minum sepuas-puasnya.
Berkata serombongan Anshar kepada yang dituduh munafik: “Bagaimana pendapatmu setelah Nabi saw. berdo’a dan turun hujan untuk kepentingan kita?” Orang itu menjawab : “Kita diberi hujan tidak lain karena ramalan seseorang. Berkenaan dengan itu pula ayat (Surat Al-Waqiah ayat 75 – 82 ) turun untuk mengingatkan ummatnya bahwa segala sesuatu ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. (Dalilnya diriwayatkan oleh Ibnu Hatim yang bersumber dari Abi Hazrah).
Kandungan Surat Al Waqiah
Menurut Hasan al-Bashri, Surat al-Waqiah digolongkan sebagai surat yang turun di Makkah tanpa pengecualian. Pendapat berbeda datang dari Jabir, Ikrimah, Atha dan Ibn Abbas menyatakan bahwa al-Waqiah merupakan bagian dari surat makkiyah kecuali ayat ke-28 (Wa taj’aluna rizqokum annakum tukaddzibun). Sedangkan al-Kilaby berpendapat bahwa empat ayat terakhir dari surat al-Waqi’ah merupakan golongan madaniyyah (turun di Madinah).
Nama Al Waqiah diambil dari perkataan Al Waqi’ah yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat al Waqiah adalah surat ke-56 di juz 27 dalam Al Qur'an yang terdiri dari 96 ayat diturunkan sesudah surat Thaa Haa.
Al Waqiah artinya yaitu Hari Kiamat, itu sebabnya surah ini berisi gambaran tentang huru hara yang akan terjadi di hari kiamat nanti, dan pada waktu di hisab manusia terbagi menjadi tiga golongan, yakni As Shabiqun (golongan yang bersegera menjalankan kebaikan), ashabul yamiin (golongan kanan), dan ash khabus syimal (golongan kiri yang celaka): serta balasan yang diperoleh masing-masing golongan tersebut.
Surat ini juga berisi tentang bantahan Allah kepada orang-orang yang mengingkari keberadaan Tuhan, hari kiamat, dan adanya hisab. Selain itu diterangkan pula dalam surat ini bahwa Al Quran berasal dari Lauh Mahfudz.
Wallahu A'lam
Dikutip dari buku 'Asbabun Nuzul : Latar belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur'an' edisi kedua yang disusun KH Q Shaleh dan HAA Dahlan serta timnya yang diterbitkan penerbit Diponegoro Bandung, dijelaskan beberapa bagian tentang asbabun nuzul Surat Al Waqiah ini, yakni:
1. QS Al Waqiah ayat 11-14
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun surat al Waqiah ayat (11-14) sampai ayat “stulatun minal awwalin waqolilun minal akhirin” (segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian [yang masuk syurga]) mendengar ini sebagian kaum Muslimin merasa tidak gembira.
Maka turunlah ayat berikutnya. “tsullatun minal awwalina wastulaltun minal akhirin” (QS al Waqiah : 39-40) yang menegaskan bahwa pada zaman mulai Islam muncul, sampai hari akhir dari Kaum Muslimin banyak menjadi ahli surga. (Keterangan tersebut diriwayatkan oleh imam Ahmad, Ibnul Mundzir dan Ibnu Abi Hatim dan terdapat sanad yang tidak dikenal yang bersambung dari Abi Hurairah).
Kemudian dalam suatu riwayat dikemukakan ketika turun ayat “idza waqa’atil waqi’ah dan didalamnya diterangkan “Tsullatun minal awwalin, waqalilun, minal akhirin” (QS. Al Waqiah : 13-14) Umar bin Khattab berkata : “Ya Rasulullah! Tsullatun minal awwalin wa qalilun minna?(segolongan besar dari orang-orang terdahulu, dan segolongan kecil dari kita?)
Setahun kemudian baru turunlah ayat berikut- nya (QS Al Waqiah : 39-40) yang menegaskan bahwa segolongan besar dari orang-orang terdahulu dan golongan besar pula dari golongan orang-orang yang hidup kemudian (yang masuk surga). Ketika itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memanggil Umar: Hai Umar! mari dengarlah apa yang telah diturunkan Allah : “Tsullatun minal awwalin wa tsullatun minal akhirin”(segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian).( Keterangan ini diriwayatkan oleh Ibnu Asakir di dalam Tarikh dimasyq dengan sanad yang diragukan dari 'Urwah bin Ruwaim yang bersumber dari Jabir bin Abdillah).
2. QS Al-Waqiah ayat 27-29
Sebab turunnya tiga ayat ini (ayat 27-29), dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengizinkan orang-orang Thaif mengusai lembah yang indah dan bersarang madu, mereka mendengar bahwa surga itu serba indah. Mereka berangan-angan untuk memiliki lembah di surga seperti yang dimiliki waktu itu. Maka turunlah ayat ini (QS Al-Waqiah ayat 27 sampai dengan ayat 29), yang melukiskan kehidupan di surga na’im yang disediakan bagi golongan “kanan”.
Keterangan tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari 'Urwah bin Rawaim (tapi mursal) dan diriwayatkan oleh Sa'id bin Manshur di dalam susunannya dan al-Baihaqi dalm kitab al-Ba'ts yang bersumber dari 'Atha' dan Mjahid.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa orang-orang kagum melihat lembah yang teduh dinaungi pohon-pohon yang rindang dan indah. Ayat ini (ayat 27 – 29) turun melukiskan kehidupan surga yang serba indah dan lebih. (Keterangan : Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang lain yang bersumber dari Mujahid)
3. QS Al Waqiah ayat 75-82
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa bahwa ketika turun hujan pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda : “Diantara manusia ada yang bersyukur dan ada yang kafir karena turun hujan”. Diantara yang hadir berkata : “Ini adalah rahmat yang diberikan Allah” Sedang yang lainnya berkata : “Sungguh tepat benar ramalan si Fulan”. Maka turunlah : Surat Al Waqiah ayat 75 sampai dengan 82, untuk mengingatkan bahwa semua kejadian itu adalah ketetapan Allah swt. (Dalilnya diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu Abbas).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat 75 – 82, turun berkenaan dengan serombongan Kaum Anshar di waktu perang Tabuk yang beristirahat di Hijr (peninggalan kaum Nabi Shaleh) dan dilarang menggunakan air yang ada di situ.
Kemudian mereka pindah ke tempat lain, tetapi mereka tidak mendapatkan air sama sekali. Mereka mengadu kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah sholat dua raka’at dan berdoa. Atas karunia Allah, berawanlah langit kemudian turun hujan, sehingga mereka dapat minum sepuas-puasnya.
Berkata serombongan Anshar kepada yang dituduh munafik: “Bagaimana pendapatmu setelah Nabi saw. berdo’a dan turun hujan untuk kepentingan kita?” Orang itu menjawab : “Kita diberi hujan tidak lain karena ramalan seseorang. Berkenaan dengan itu pula ayat (Surat Al-Waqiah ayat 75 – 82 ) turun untuk mengingatkan ummatnya bahwa segala sesuatu ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. (Dalilnya diriwayatkan oleh Ibnu Hatim yang bersumber dari Abi Hazrah).
Kandungan Surat Al Waqiah
Menurut Hasan al-Bashri, Surat al-Waqiah digolongkan sebagai surat yang turun di Makkah tanpa pengecualian. Pendapat berbeda datang dari Jabir, Ikrimah, Atha dan Ibn Abbas menyatakan bahwa al-Waqiah merupakan bagian dari surat makkiyah kecuali ayat ke-28 (Wa taj’aluna rizqokum annakum tukaddzibun). Sedangkan al-Kilaby berpendapat bahwa empat ayat terakhir dari surat al-Waqi’ah merupakan golongan madaniyyah (turun di Madinah).
Nama Al Waqiah diambil dari perkataan Al Waqi’ah yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat al Waqiah adalah surat ke-56 di juz 27 dalam Al Qur'an yang terdiri dari 96 ayat diturunkan sesudah surat Thaa Haa.
Al Waqiah artinya yaitu Hari Kiamat, itu sebabnya surah ini berisi gambaran tentang huru hara yang akan terjadi di hari kiamat nanti, dan pada waktu di hisab manusia terbagi menjadi tiga golongan, yakni As Shabiqun (golongan yang bersegera menjalankan kebaikan), ashabul yamiin (golongan kanan), dan ash khabus syimal (golongan kiri yang celaka): serta balasan yang diperoleh masing-masing golongan tersebut.
Surat ini juga berisi tentang bantahan Allah kepada orang-orang yang mengingkari keberadaan Tuhan, hari kiamat, dan adanya hisab. Selain itu diterangkan pula dalam surat ini bahwa Al Quran berasal dari Lauh Mahfudz.
Wallahu A'lam
(wid)