Catatan Mualaf Jerman Wilfred Hoffman tentang Sejarah Organisasi Islam di Amerika

Senin, 21 November 2022 - 05:15 WIB
loading...
Catatan Mualaf Jerman Wilfred Hoffman tentang Sejarah Organisasi Islam di Amerika
Murad Wilfred Hoffman, mualaf asal Jerman. Foto/Ilustrasi: saphirnews
A A A
Mualaf asal Jerman , Murad Wilfred Hoffman, membuat catatan tentang sejarah panjang organisasi- organisasi Islam di Amerika. Catatan itu dibuat saat ia dalam perjalanan di dalam pesawat udara pada 9 Oktober 1985.

Berikut catatan Hoffman selengkapnya sebagaimana dinukil dari buku berjudul "Pergolakan Pemikiran: Catatan Harian Muslim Jerman" (Gema Insani Press, 1998).



Dalam perjalanan pesawat yang memakan waktu 15 jam dari Brussel ke San Fransisco --di mana akan diselenggarakan konferensi NATO -- aku mendapatkan banyak waktu untuk membaca sejarah perkembangan Islam di Amerika, suatu sejarah yang sarat dengan distorsi.

Pada tahun 1932, Elija Muhammad "sang nabi" mendirikan organisasi muslim kulit hitam di Detroit, sebuah organisasi rasialis saingan kulit putih yang berkarakter militeristis. Umat Islam dijadikan sebagai tendensi-tendensi politik separatis.

Hanya saja, di antara para aktivis politik yang pergi dan belajar di Mekkah berubah haluan dengan cara yang tidak diduga-duga menjadi umat Islam yang saleh dan militan.

Hal ini terjadi pada seorang yang memiliki reputasi baik (atau jelek) seperti Malcolm-X --yang terbunuh tahun 1965. Dan, seorang radikal yang dulu punya latar belakang kriminal, seperti Rob Brown --sekarang bernama Gamal Abdullah al-Amin-- dan Wallace, putra Elija Muhammad.



Setelah Wallace Muhammad memegang tampuk kepemimpinan selama 10 tahun, ia mendapat hidayah dan mengejutkan banyak kalangan, sewaktu perayaan sepuluh tahun kepemimpinannya (20 April 1985).

Saat itu, ia memproklamasikan secara bersahaja bahwa legitimasi organisasinya tidak islami. Lalu, ia meminta saudara-saudaranya untuk keluar dan bersatu di bawah naungan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai warga negara Amerika, khususnya, dengan umat Islam umumnya yang mencakup kulit putih dan kulit hitam.

Bisa diduga, dengan serta-merta mereka menolak ajakannya.

Perjalanan sejarah berubah secara revolusioner sampai-sampai melahirkan gerakan separatis hitam baru, yaitu ketika Louis Farrakhan mendirikan Umat Islam Baru yang menganut garis keras.

Tentu saja, perkembangan ini merusak citra Islam di Amerika secara umum. Masa depan akhirnya memihak mayoritas muslim kulit hitam yang secara perlahan namun pasti, kembali menuju sumber-sumber Islam yang hakiki.

Sampai hari ini saja terdapat 50.000 naskah terjemahan Al-Qur'an dalam edisi bahasa Inggris yang beredar di pasaran dengan harga murah berkat usaha organisasi (Tahrike, Tarsile) yang didirikan lima tahun lain.

Jika ada yang bertanya, di mana terdapat "percetakan masa kini" yang bisa dianggap sebagai lembaga terbesar dalam menangani distribusi buku-buku keislaman, dan paling banyak cabangnya? Jawabannya, tentu ada di Ann Arbor, Michigan. Apa ada di tempat lain?



Keluarga Katholik
Siapa Hoffman? Nama sebelum ia masuk Islam adalah Wilfred Hoffman. Begitu memeluk Islam, namanya ditambah menjadi Murad Wilfred Hoffman atau lebih populer dengan Murad Hoffman.

Dia terlahir pada 6 Juli 1931, dari sebuah keluarga Katholik, di Jerman. Pendidikan Universitasnya dilalui di Union College, New York. Dia Doktor dalam bidang Undang-Undang Jerman, juga magister dari Universitas Harvard dalam bidang Undang-Undang Amerika.

Ia bekerja di kementerian luar negeri Jerman, semenjak tahun 1961 hingga tahun 1994. Ia terutama bertugas dalam masalah pertahanan nuklir. Murad pernah menjadi direktur penerangan NATO di Brussel, Duta Besar Jerman di Aljazair dan terakhir Duta Besar Jerman di Maroko, hingga tahun 1994.

Pengalamannya sebagai duta besar dan tamu beberapa negara Islam mendorongnya untuk mempelajari Islam, terutama Al-Qur'an. Dengan tekun ia mempelajari Islam dan belajar mempraktikkan ibadah-ibadahnya.

Setelah lama ia rasakan pergolakan pemikiran dalam dirinya yang makin mendekatkan dirinya kepada keimanan, pada tanggal 25 September 1980, di Islamic Center Colonia, ia mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ketika ia menjadi duta besar Jerman di Maroko, pada tahun 1992, ia mempublikasikan bukunya yang menggegerkan masyarakat Jerman: Der Islam als Alternative (Islam sebagai Alternatif).

Dalam buku tersebut, ia tidak saja menjelaskan bahwa Islam adalah alternatif yang paling baik bagi peradaban Barat yang sudah keropos dan kehilangan justifikasinya, namun ia secara eksplisit mengatakan bahwa alternatif Islam bagi masyarakat Barat adalah suatu keniscayaan.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2616 seconds (0.1#10.140)