Kisah Anggota Nation of Islam Johnny Lee X Mencari Tuhan
loading...
A
A
A
Ajaran Wallace bagi saya sama dampaknya dengan yang diajarkan oleh gereja Kristen. Saya dulu sering tertidur ketika pendeta berpidato. Saya berdiri di sana dan mendengarkannya berkhutbah dan ketika saya pikir pendeta akan mengatakan siapa Tuhan itu, dia berhenti dan mulai bernyanyi. Saya berkata, "Apa yang dibicarakannya!"
Sebenarnya tidak ada yang perlu dilakukan. Tidak ada lagi yang perlu dicari. Ketika saya mendengar ajaran itu lagi, saya tahu itulah yang saya cari. Dahulu saya begitu bahagia. Ketika saya mendengar Farrakhan mengajar lagi, saya menangis.
Anda lihat, saya hidup di dua sisi mata uang. Sekarang saya mendapat kesempatan untuk hidup di sisi yang baik.
Saya dahulu menembak, membantai. Ketika saya sedang "marah" saya selalu membawa senjata. Saya mulai membawa senjata lagi setelah keluar dari Nation.
Saya hanya berpikir ada sesuatu "di dalam" diri saya dengan membawa pistol --dan sebuah pisau bertangkai hitam. Saya pikir jika pistol saya macet, ada sebilah pisau untuk melindungi saya.
Ketika saya masih kecil di Virginia, saya biasa pergi ke tempat-tempat yang paling keras. Saya menyebutnya dengan Ember Darah. Saya pikir itu karena mereka memakan makanan yang buruk, lalu menjadi panas, dan ingin berkelahi. Tetapi sekarang, saya tidak akan melukai siapa pun. Saya kira saya tidak tega dan tidak mampu menyakiti seseorang. Saya tidak memiliki naluri untuk membunuh.
Sekarang, saya tidak memiliki senjata. Hanya satu yang saya yakini akan melindungi saya, Allah. Jika saya harus mati, saya rasa itu memang waktunya bagi saya untuk mati.
Farrakhan banyak mengingatkan saya pada Malcolm. Kami menyebut diri kami Nation of Islam baru. Kebangkitan Pertama adalah bersama Elijah Muhammad, dan Kebangkitan Kedua bersama Farrakhan. Itu hanyalah perubahan komando, hanya itu.
Sejak saya kembali kepada Nation, saya menjadi letnan. Mereka bilang banyak kisah yang harus saya sampaikan.
Sebenarnya tidak ada yang perlu dilakukan. Tidak ada lagi yang perlu dicari. Ketika saya mendengar ajaran itu lagi, saya tahu itulah yang saya cari. Dahulu saya begitu bahagia. Ketika saya mendengar Farrakhan mengajar lagi, saya menangis.
Anda lihat, saya hidup di dua sisi mata uang. Sekarang saya mendapat kesempatan untuk hidup di sisi yang baik.
Saya dahulu menembak, membantai. Ketika saya sedang "marah" saya selalu membawa senjata. Saya mulai membawa senjata lagi setelah keluar dari Nation.
Saya hanya berpikir ada sesuatu "di dalam" diri saya dengan membawa pistol --dan sebuah pisau bertangkai hitam. Saya pikir jika pistol saya macet, ada sebilah pisau untuk melindungi saya.
Ketika saya masih kecil di Virginia, saya biasa pergi ke tempat-tempat yang paling keras. Saya menyebutnya dengan Ember Darah. Saya pikir itu karena mereka memakan makanan yang buruk, lalu menjadi panas, dan ingin berkelahi. Tetapi sekarang, saya tidak akan melukai siapa pun. Saya kira saya tidak tega dan tidak mampu menyakiti seseorang. Saya tidak memiliki naluri untuk membunuh.
Sekarang, saya tidak memiliki senjata. Hanya satu yang saya yakini akan melindungi saya, Allah. Jika saya harus mati, saya rasa itu memang waktunya bagi saya untuk mati.
Farrakhan banyak mengingatkan saya pada Malcolm. Kami menyebut diri kami Nation of Islam baru. Kebangkitan Pertama adalah bersama Elijah Muhammad, dan Kebangkitan Kedua bersama Farrakhan. Itu hanyalah perubahan komando, hanya itu.
Sejak saya kembali kepada Nation, saya menjadi letnan. Mereka bilang banyak kisah yang harus saya sampaikan.
(mhy)