Mirza Ghulam Ahmad dan Paham Imam Mahdi Pengikutnya

Kamis, 05 Desember 2024 - 10:33 WIB
loading...
Mirza Ghulam Ahmad dan...
Bagi kaum Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad adalah realitas Isa al-Masih dan al-Mahdi yang dijanjikan kemunculannya di akhir zaman. Ilustrasi: AI/Ist
A A A
SEJARAH berdirinya Ahmadiyah , tidak terlepas dari sejarah Mirza Ghulam Ahmad sendiri sebagai pendiri aliran ini. Ia dilahirkan di Qadian tahun 1835, ayahnya bernama Mina Ghulam Murtada.

Dalam perjalanan hidupnya, Mirza Ghulam Ahmad pernah mendapat pendidikan dasar di kampung sendiri, kemudian ia meneruskan pelajarannya di kota Batala dekat kota Qadian.

Sewaktu mudanya, ia diasuh sendiri oleh ayahnya dalam mengurus tanah pertaniannya, kemudian ia menjadi pegawai pada pemerintah Inggris di Sialkot sejak 1864-1868.

Maulana Muhammad Ali dalam bukunya berjudul "Mirza Ghulam Ahmad of Qadian, His Life and Mission", (Lahore: Ahmadiyah Anjuman Isha'at Islam, 1959) menjelaskandi samping pekerjaan sehari-harinya, sisa waktu yang ada, ia pergunakan untuk membaca al-Quran.

"Selama di Sialkot, ia pernah terlibat dalam suatu persengketaan dengan kaum misionaris Kristen dan sesudah empat tahun tinggal di sana, ia dipanggil pulang oleh ayahnya untuk bertani," demikian Maulana Muhammad 'Ali.



Karena merasa tidak cocok dengan pekerjaan tersebut, maka sebagian besar waktunya dipergunakan untuk mempelajari al-Quran. Di saat yang sama, ia lebih suka menyepi daripada mengejar keduniaan.

Kematian ayahnya, merupakan babak baru dalam sejarah hidupnya, ia lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada Islam. Tampaknya ia mulai tertarik pada pergerakan kaum Hindu , Arya Samaj yang merupakan tantangan baginya serta mendorongnya untuk menulis beberapa artikel keagamaan, guna menentang kepercayaan dan pemimpin Hindu dalam berbagai media cetak.

Realitas Isa al-Masih

Wilfred Cantwell Smith dalam bukunya berjudul "Modern Islam in India", (New Delhi: Usha Publication, 1979) menuturkan semangat pembaharuan al-Mahdi Ahmadiyah ini, muncul setelah ia melihat kemunduran Islam dan umat Islam di satu pihak, dan gencarnya serangan-serangan kaum Arya Samaj, dan kaum misionaris Kristen terhadap Islam di pihak lain. Karenanya ia merasa terpanggil untuk mengadakan pembaharuan dalam masyarakat.

Pada awal kegiatannya, ia diterima oleh masyarakat luas termasuk dari kalangan masyarakat Islam ortodoks. Akan tetapi, sesudah Mirza menyatakan menerima wahyu dan telah diangkat oleh Tuhan sebagai al-Masih dan al-Mahdi, masyarakat berbalik memusuhi dan menghinanya.



Muslih Fathoni dalam bukunya berjudul "Faham Mahdi Syi'ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif" ( PT. RajaGrafindo Persada, 1994) mengatakan bagi kaum Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad adalah realitas Isa al-Masih dan al-Mahdi yang dijanjikan kemunculannya di akhir zaman.

"Keyakinan ini mereka jadikan sebagai prinsip akidah dan sekaligus merupakan ciri khas teologi aliran tersebut," katanya.

Untuk menopang kebenaran keyakinan itu, mereka menggunakan ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan tanda tanda hari kiamat, dan mereka tafsirkan sesuai dengan paham mereka.

Demikian pula dengan hadis-hadis Nabi, terutama hadis-hadis yang berhubungan dengan turunnya 'Isa al-Masih dan hadis-hadis Mahdiyyah yang relevan dengan prinsip keyakinan di atas, yang mereka tafsirkan dan sesuaikan dengan peristiwa-peristiwa alamiah.

S. Ali Yasir dalam "Gerakan Pembaharuan dalam Islam" (PP Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia, 1978) menambahkan untuk memperkuat signifikansi keyakinan tersebut, mereka juga menggunakan ramalan-ramalan yang mereka sebut sebagai ramalan orang suci atau wali.

Tanda-Tanda Kehadiran Imam Mahdi

Sebagai contoh yang cukup menarik dikemukakan di sini, ialah bahwa di antara tanda-tanda kehadiran al-Mahdi adalah terjadinya dua gerhana di bulan Ramadan, dan belum pernah terjadi sejak penciptaan langit dan bumi.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4744 seconds (0.1#10.24)