Tafsir Surat Al-Mulk Ayat 22: Perbedaan Kaum Musyrik dan Orang Beriman

Rabu, 28 Desember 2022 - 19:33 WIB
loading...
Tafsir Surat Al-Mulk Ayat 22: Perbedaan Kaum Musyrik dan Orang Beriman
Manfaat mentadaburi Surat Al-Mulk dapat menyelamatkan seorang muslim dari siksa kubur dan memberi syafaat bagi pembacanya. Foto/Ist
A A A
Di antara manfaat mentadaburi Surat Al-Mulk dapat menyelamatkan seorang muslim dari siksa kubur dan memberi syafaat bagi pembacanya. Surat Al-Mulk memiliki hikmah di antaranya, kekuasaan Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, hakikat hidup dan kematian, serta peringatan bagi orang-orang kafir.

Pada lanjutan Surat Al-Mulk ayat 22, Allah memberi perbandingan antara kaum musyrik (orang-orang kafir) dan orang beriman, untuk menjadi pelajaran bagi manusia. Mari kita simak firman-Nya:

اَفَمَنۡ يَّمۡشِىۡ مُكِبًّا عَلٰى وَجۡهِهٖۤ اَهۡدٰٓى اَمَّنۡ يَّمۡشِىۡ سَوِيًّا عَلٰى صِرَاطٍ مُّسۡتَقِيۡمٍ

Afamay-yamsyii mukibban 'alaa wajhihii ahdaaa ammay-yamsyii sawiyyan 'alaa shiratim mustaqiim.

Artinya: "Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terpimpin (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?" (QS Al-Mulk ayat 22)

Penjelasan
Dalam tafsir Kementerian Agama disebutkan, kaum musyrik yang durhaka dilukiskan pada ayat ini dan dibandingkan dengan kaum beriman yang taat kepada Allah dengan ungkapan tegas. Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup sehingga terjungkal jatuh, yang lebih terpimpin dalam kebenaran ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang luas lagi lurus? Tentu saja keduanya tidak sama. Hanya orang jahil (bodoh) yang menilainya sama.

Pada ayat ini, Allah menyampaikan perbandingan perjalanan hidup yang ditempuh orang kafir dengan orang-orang beriman. Perbandingan ini diberikan dalam bentuk pertanyaan yang menyatakan bahwa orang yang selalu terjerembab (tersungkur) ketika berjalan dan kakinya selalu tersandung karena melalui jalan berbatu-batu dan berlubang. Tentu tidak mungkin selamat dan berjalan lebih cepat mencapai tujuan jika dibanding orang yang berjalan dalam suasana yang baik dan aman, di atas jalan datar dan mulus, serta dalam cuaca yang baik pula.

Perbandingan dalam ayat di atas dikemukakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Kalimat pertanyaan dalam ayat ini bukanlah untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui, tetapi sebagai penegas bahwa perbuatan orang-orang kafir itu adalah perbuatan yang tidak benar.

Perjalanan Hidup Orang Kafir
Untuk diketahui, perjalanan hidup orang-orang kafir itu adalah perjalanan menuju kesengsaraan dan penderitaan yang sangat berat. Seakan-akan ayat ini menyatakan bahwa orang yang berjalan tertelungkup dengan muka menyapu tanah akan mudah tersesat dalam mengarungi hidup di dunia. Sedang di akhirat kelak mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Perjalanan Hidup Orang Beriman
Perjalanan hidup orang-orang beriman digambarkan dengan berjalan yang baik, menempuh jalan lurus, yaitu jalan yang diridhai Allah. Mereka tidak akan tersesat dalam perjalanan hidupnya di dunia. Mereka akan sampai kepada tujuan yang diinginkannya. Di akhirat kelak mereka akan menempati surga yang penuh kenikmatan.

Dalam menjalankan usaha pekerjaannya dan menunaikan kewajibannya hendaknya mereka berpijak kepada syariat, petunjuk ilmu pengetahuan, akal yang sehat serta pengalaman. Ini bertujuan agar usaha dan pekerjaannya membuahkan hasil yang baik dan ridha dari Allah Ta'ala.



Wallahu A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1380 seconds (0.1#10.140)