Anwar Ibrahim dan Harapan Umat Islam Masa Kini

Jum'at, 13 Januari 2023 - 21:58 WIB
loading...
Anwar Ibrahim dan Harapan...
Imam Shamsi Ali, Direktur Jamaica Muslim Center yang juga Presiden Nusantara Foundation. Foto/dok SINDOnews
A A A
Imam Shamsi Ali
Direktur Jamaica Muslim Center,
Presiden Nusantara Foundation

Anwar Ibrahim yang baru saja dilantik oleh Sultan Malaysia sebagai PM Malaysia baru-baru ini melakukan kunjungan ke Tanah Air. Kunjungannya ke Indonesia merupakan kunjungan resmi pertamanya sebagai kepala pemerintahan.

Kunjungan Anwar Ibrahim ke Indonesia sebagai negara tetangga dan serumpun tentunya mewakili banyak kesamaan dalam cita-cita perjuangan. Sosok Anwar Ibrahim seolah hadir menjembatani kedua negara serumpun itu.

Sesungguhnya terpilihnya Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri Malaysia melalui perjalanan panjang itu menjadi harapan baru. Tidak saja di kawasan ASEAN, tapi juga dunia Islam dan dunia global secara umum. Satu orang tentunya tidaklah efektif untuk mewakili harapan besar itu. Tapi minimal kehadiran Anwar bagaikan percikan air di tengah teriknya musim kemarau.

Seperti yang pernah saya sampaikan bahwa Anwar Ibrahim menjadi sosok yang unik di kancah perpolitikan dunia. Keunikan Anwar Ibrahim saya kira melampaui sosok Erdogan yang seringkali diidolakan dunia Islam, khususnya Indonesia.

Berbeda dengan Erdogan yang muncul secara tiba-tiba dari posisi wali kota Ankara menjadi perdana menteri lalu presiden. Belakangan kembali menduduki posisi Perdana Menteri dengan memberikan kekuasaan lebih pada posisi itu. Anwar memiliki latar belakang aktivis pergerakan (movement activist) sejak mahasiswa.

Satu pengalaman sederhana saya ketika mulai aktif dalam kegiatan Parade Islam Internasional (Internasional Muslim Day Parade) di kota New York. Kebetulan saya memimpin kegiatan ini sejak tahun 1998 hingga tahun 2017 lalu. Salah seorang anggota tim saya ketika itu adalah seorang tokoh Muslim keturunan India bernama Dr Abdul Quddus.

Satu hal yang beliau selalu ceritakan ke saya bahwa Anwar Ibrahim adalah roommate atau tinggal sekamar ketika mereka keduanya menjadi mahasiswa di Georgetown University di Washington DC. Dan beliau menambahkan bahwa Anwar Ibrahim is "a brilliant and an asset for the Ummah".

Harapan Umat Masa Kini
Anwar Ibrahim tak disangkal adalah tokoh yang menyatukan banyak kelebihan kualitas (quality privileges) sebagai seorang tokoh dan pemimpin. Selain tentunya pintar dan berwawasan luas (broad minded) juga memiliki pengalaman dan pergaulan yang sangat luas.

Barangkali ini menjadi satu kelebihan Anwar dibandingkan Erdogan. Keduanya memiliki komitmen keislaman (ghirah Islam) yang tinggi. Tapi Anwar punya wawasan global karena pengalaman dan pergaulan yang luas tadi.

Di sinilah kemudian harapan itu tumbuh. Bahwa dunia kita saat ini adalah dunia global yang berkarakter interconnected sekaligus deeply competitive. Hanya soliditas internal (soliditas kepribadian) dan keluasan pergaulan (networking) yang bisa mengimbagi karakter dunia gobal itu.

Keadaan dunia Islam dan dunia global secara umum memerlukan sosok pemimpin yang memiliki multi-dimensional character. Memerlukan ilmu dan wawasan, kemampuan manejerial yang handal, dan tidak kalah pentingnya memiliki integritas yang terbangun di atas nilai-nilai spiritualitas yang mapan. Dengan segala ketidaksempurnaannya, Anwar nampaknya memiliki semua itu.

Tantangan yang ada di hadapan Anwar Ibrahim tentu tidak kecil dan tidak sedikit. Selain permasalahan internal dalam negeri, di mana reformasi pemerintahan Malaysia masih merupakan homework panjang Anwar yang telah lama tertunda dan harus dilanjutkan.

Tapi lebih jauh dari itu, dengan kesadaran keislaman dan keummatannya Anwar pastinya juga terbebani dengan berbagai permasalahan yang dialami oleh Umat Islam di dunia global saat ini. Dari Muslim Rohingya, Kashmir dan India, Uighur di China, dan tentunya Palestina yang klasik itu.

Semua tentunya tahu bahwa Anwar dengan perjalanan panjang dalam dunia pergerakan, sejak memimpin mahasiswa memperjuankan kesejahteraan rakyat miskin, hingga ketika telah menduduki posisi Wakil Perdana Menteri, jiwanya memberontak melihat penyelewengan-penyelewengan (khususnya korupsi) di Malaysia. Pemberontakan batin itu yang menjadikan beliau bangkit untuk melakukan reformasi yang dianggap anti establishment (pemerintahan Mahathir) dan membawanya kepada konsekuensi panjang. Beliau ditangkap dan dipenjara selama puluhan tahu.

Yang ingin saya sampaikan sesungguhnya bahwa setelah 100 tahun runtuhnya kejayaan Ottoman (Turki Utsmani) yang berpusat di Istanbul, ada secercah harapan kebangkitan umat itu dengan tampilnya Anwar Ibrahim. Tapi dalam dunia global yang sangat interdependen saat ini tentunya berbagai permasalahan dunia Islam takkan bisa diselesaikan oleh hanya seorang Anwar.

Karena seperti yang pernah banyak kalangan sampaikan, mungkin masanya Muslim Asia tampil di depan untuk mempelopori gerakan islaah atau pembaharuan kehidupan umat. Anwar sendiri pernah menyebutkan hal ini dengan kata Asian renaissance atau kebangkitan Asia. Yang belakangan beliau mengelaborasi dengan urgensi pemerkasaan ekonomi dan budaya (tentu termasuk keagamaan).

Dan hal itu tentunya akan terjadi ketika ada kolaborasi dengan pemimpin Islam yang memiliki wawasan dan kapasitas yang minimal dekat dengan Anwar. Seorang pemimpin yang pintar dan berwawasan, paham permasalahan dan tahu mencari solusi, punya integritas tinggi, kemampuan leadership yang handal, punya pengalaman panjang dan pergaulan luas. Tapi juga memiliki kemampuan komunikasi yang saya anggap di atas rata-rata (beyond average).

Dan harapan saya sebagai Muslim Asia dan Indonesia khususnya, impian itu akan terlahir dari bumi Indonesia tercinta. Semoga!

Manhattan City, 12 Januari 2023

(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3391 seconds (0.1#10.140)