QS. Asy-Syu'ara' Ayat 10

وَاِذۡ نَادٰى رَبُّكَ مُوۡسٰۤى اَنِ ائۡتِ الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِيۡنَۙ‏
Wa iz naadaa Rabbuka Muusaaa ani'-til qawmaz zaalimiin
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya), "Datangilah kaum yang zhalim itu,
Juz ke-19
Tafsir
Sebagai hiburan kepada Nabi Muhammad dan sebagai pelajaran bagi penduduk Mekah, Allah menceritakan kembali sejarah nabi-nabi terdahulu dan keingkaran kaumnya terhadap mereka. Dan ingatlah, wahai Rasul, ketika Tuhanmu di lembah Tuwa menyeru Nabi Musa dengan firman-Nya, “Datangilah dan berserulah, atas nama-Ku kepada kaum yang zalim, yang melampaui batas-batas kemanusiaan itu, seperti menyembah kepada selain Allah dan membunuhi bayi-bayi lelaki."
Pada ayat ini, Allah menyuruh Nabi Muhammad menceritakan kepada kaumnya yang kafir cerita Nabi Musa a.s. yang berhadapan dengan Fir'aun. Kisah ini dimulai ketika Nabi Musa masih di bukit Sinai, dia menerima perintah supaya pergi ke Mesir menyeru Fir'aun bersama kaumnya yang telah sesat. Mereka adalah kaum yang senantiasa berbuat zalim yang telah lama memperbudak Bani Israil dan berlaku sewenang-wenang terhadap mereka. Nabi Musa diperintahkan menyampaikan risalah kepada Fir'aun dan kaumnya yang demikian congkak dan sombong. Kaum yang menganggap diri mereka keturunan dewa-dewa, sedangkan bangsa lain adalah bangsa yang hina, termasuk bangsa Israil, kaum Musa sendiri.

Fir'aun mempunyai kerajaan yang kuat serta tentara yang berani dan lengkap persenjataannya. Kepada Fir'aun dan kaumnya itu, Musa diperintahkan Allah untuk menyeru mereka agar mengubah kepercayaan yang telah mendarah daging menjadi orang yang beriman dan bertakwa dengan meninggalkan segala perbuatan dan kepercayaan yang tidak benar itu. Tentu saja Musa agak merasa cemas dan khawatir akan nasibnya berhadapan dengan kaum yang kasar dan sombong itu.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Asy-Syu'ara'
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.