QS. Al-'Ankabut Ayat 15
Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal. Agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (al-haqqah/69: 11-12)
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas ialah bahwa para rasul sesudah Nuh tidak perlu merasa sedih karena keingkaran kaumnya menerima kebenaran wahyu yang dibawanya. Siksaan dan halangan dari kaum kafir dan musyrik yang tidak senang kepada Islam merupakan peringatan bagi orang yang beriman bahwa sekalipun orang-orang musyrik itu menyiksa dan menyakiti mereka di dunia, namun pada akhirnya semuanya akan kembali juga kepada Tuhan. Orang-orang musyrik itu kembali dengan menemui malapetaka dan kesengsaraan dalam neraka yang menyala-nyala, sedang orang beriman dan sabar dalam menghadapi penderitaan itu kembali ke tempat yang mulia dengan penuh pertolongan Allah.
Demikianlah pelajaran dari kisah Nabi Nuh. Orang kafir yang selama ini menyakiti Nuh dan kaumnya pada akhirnya ditenggelamkan Tuhan dengan banjir, tetapi orang beriman bersama Nuh selamat, berlayar di atas kapal. Kesabaran Nuh berdakwah dalam masa yang lama itu hendaknya dijadikan pelajaran bagi setiap juru dakwah. Bahkan, seharusnya kita yang lebih besar memiliki rasa kesabaran dari Nuh, sebab umur dan usia kita berdakwah tidaklah sepanjang usia Nabi Nuh.
Surat Al 'Ankabuut terdiri atas 69 ayat, termasuk golongan surat-surrat Makkiyah. Dinamai Al 'Ankabuut berhubung terdapatnya perkataan Al 'Ankabuut yang berarti laba-laba pada ayat 41 surat ini, dimana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah berhala-berhala itu, dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya, padahal kalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan hancur. Begitu pula halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan mereka sebagai tempat berlindung dan tempat meminta sesuatu yang mereka ingini, padahal sembahan-sembahan mereka itu tidak mampu sedikit juga menolong mereka dari azab Allah waktu di dunia, seperti yang terjadi pada kaum Nuh, kaum Ibrahim, kaum Luth, kaum Syu'aib, kaum Saleh, dan lain-lain. Apalagi menghadapi azab Allah di akhirat nanti, sembahan-sembahan mereka itu lebih tidak mampu menghindarkan dan melindungi mereka.
Dzun Nun, seorang Mesir (wafat tahun 860), yang dianggap sebagai pengarang kisah ini, sering dikaitkan dengan semacam Perserikatan Rahasia (Freemasonry).
Halqavi (pengarang kisah ini) mengatakan hanya ada sedikit kisah Sufi, yang bisa dibaca oleh siapa pun saat kapan pun dan tetap mempengaruhi kesadaran batin secara konstruktif.
Setiap bahasa mengenal kata atau ungkapan yang bersifat metaforis, termasuk bahasa yang digunakan al-Quran. Tapi bagaimana dengan al-Quran yang redaksi-redaksinya merupakan susunan Ilahi?
Asbabun Nuzul Surat Al Buruj menjadi pembahasan yang menarik untuk diketahui sebab ada satu kisah yang dapat diambil hikmahnya.
Mereka berani menuding Nabi Muhammad SAW telah mencampuradukkan kebenaran dengan yang salah akibat menyebut bahwa Sulaiman AS adalah seorang Nabi.