QS. Asy-Syu'ara' Ayat 20

قَالَ فَعَلۡتُهَاۤ اِذًا وَّاَنَا مِنَ الضَّآلِّيۡنَؕ‏
Qoola fa'altuhaaa izanw wa ana minad daaaliin
Dia (Musa) berkata, "Aku telah melakukannya, dan ketika itu aku termasuk orang yang khilaf.
Juz ke-19
Tafsir
Nabi Musa berkata, “Aku telah melakukannya, yakni pembunuhan terhadap seorang Qibti tanpa aku sengaja dan ketika itu aku termasuk orang yang khilaf bahwa pukulanku terhadapnya akan mengakibatkan kematiannya, padahal aku memukulnya dengan tujuan untuk memberikan pelajaran kepadanya.
Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan jawaban Musa atas cercaan dan penghinaan Fir'aun terhadapnya, setelah kekakuan pada lidahnya hilang. Musa menjelaskan bahwa pembunuhan yang dilakukannya terhadap tukang roti Fir'aun yang bertengkar dengan seorang dari Bani Israil adalah suatu ketidaksengajaan dan tidak direncanakan. Dia hanya ingin melerai dan memberi pelajaran kepada tukang roti itu agar tidak berlaku kasar dan menghina Bani Israil. Dia memang memukulnya tetapi tidak bermaksud untuk membunuh, karena tidak tahan melihat tukang roti itu begitu sombong dan menghina kaumnya, Bani Israil. Kalau itu dianggap kesalahan, maka Musa mengakui bahwa waktu itu dia betul-betul khilaf.

Sekarang dia sudah berubah, Musa telah menjadi rasul yang diberi tugas oleh Allah untuk mengajak Fir'aun dan kaumnya kepada kehidupan beragama yang benar. Musa juga diberi tugas untuk membebaskan Bani Israil dari perbudakan yang tidak benar, yaitu perbudakan manusia oleh manusia.

Jika Fir'aun menyebut-nyebut jasa baiknya yang telah mengasuh Musa dan mendidiknya di istana, hal itu disebabkan kebijaksanaan Fir'aun atas keinginan istrinya untuk menyelamatkannya ketika ia dibuang ibunya ke Sungai Nil. Keluarga Fir'aun kemudian mengambilnya dan memelihara serta membesarkannya. Di sisi lain, Fir'aun telah mengeksploitasi Bani Israil dengan memperlakukan mereka sebagai budak.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Asy-Syu'ara'
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.