QS. Fatir Ayat 21

وَلَا الظِّلُّ وَلَا الۡحَـرُوۡرُۚ
Wa laz zillu wa lal haruur
dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas,
Juz ke-22
Tafsir
dan tidak pula sama antara yang teduh, yakni kenyamanan dan ketenangan di surga, dengan yang panas, yakni pedihnya siksa neraka.
Selanjutnya, Allah menerangkan bahwa yang terlindung tidak sama dengan yang terkena panas. Sebagian ulama tafsir mengartikan dhill (teduh/naungan) di sini dengan surga, karena surga itu mempunyai naungan yang menyebabkan hawa sejuk. Sebagaimana firman Allah:

Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang yang bertakwa (ialah seperti taman), mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa berbuah dan teduh. (ar-Ra'd/13: 35)

Sedang harr (panas) diartikan dengan neraka, karena ia memang satu tempat yang amat panas dan penuh dengan api yang menyala-nyala, jauh lebih panas dari api yang dikenal di dunia. Sepercik bunga api neraka saja jatuh di dunia, maka dunia akan panas seluruhnya sebagaimana dijelaskan di dalam suatu hadis.

Sekiranya sepercik api dari bunga-bunga api neraka (berada) di timur, maka akan dirasakan panasnya (oleh orang-orang yang berada) di barat. (Riwayat ath-thabrani dari Anas bin Malik)
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Fatir
Surat Faathir terdiri atas 45 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Furqaan dan merupakan surat akhir dari urutan surat-surat dalam Al Quran yang dimulai dengan Alhamdulillah. Dinamakan Faathir (pencipta) ada hubungannya dengan perkataan Faathir yang terdapat pada ayat pertama pada surat ini. Pada ayat tersebut diterangkan bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi, Pencipta malaikat-malaikat, Pencipta semesta alam yang semuanya itu adalah sebagai bukti atas kekuasaan dan kebesaran-Nya. Surat ini dinamai juga dengan surat Malaikat karena pada ayat pertama disebutkan bahwa Allah telah menjadikan malaikat-malaikat sebagai utusan-Nya yang mempunyai beberapa sayap.