QS. Al-Mu’minun Ayat 28

فَاِذَا اسۡتَوَيۡتَ اَنۡتَ وَمَنۡ مَّعَكَ عَلَى الۡـفُلۡكِ فَقُلِ الۡحَمۡدُ لِلّٰهِ الَّذِىۡ نَجّٰٮنَا مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِيۡنَ
Fa izas tawaita ata wa mam ma'aka 'alal fulki faqulil hamdu lillaahil lazii najjaanaa minal qawmiz zalimiin
Dan apabila engkau dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, maka ucapkanlah, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zhalim."
Juz ke-18
Tafsir
Melanjutkan arahan-Nya kepada Nabi Nuh, Allah berfirman, “Dan apabila engkau dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, maka ucapkanlah, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari kejahatan dan gangguan orang-orang kafir yang zalim.’ Dan berdoalah pula terutama ketika engkau turun dari bahtera itu, “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku di kapal ini atau di mana pun yang Engkau kehendaki pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat dan pemberi kemuliaan bagi hamba-Mu.”
Allah memerintahkan kepada Nuh, jika ia bersama orang-orang yang beriman telah berada di atas perahu, maka ia harus mengucapkan pujian kepada Allah sebagai rasa syukur atas keselamatan mereka semuanya yang berada dalam perahu itu, "Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim." Ayat ini memberi petunjuk bahwa kita tidak boleh merasa gembira dengan turunnya azab kepada orang atau golongan lain, kecuali bila di dalamnya mengandung keselamatan bagi kaum mukminin, terhindarnya mereka dari bahaya kemusnahan, dan tersapu bersihnya dunia dari segala bentuk kemusyrikan dan kemaksiatan.

Menurut keterangan Ibnu 'Abbas ra bahwa yang berada dalam perahu Nuh itu selain semua jenis binatang itu ada 80 orang manusia, yaitu Nuh beserta tiga orang putranya beserta istri-istrinya dan 72 orang mukmin umat Nuh yang setia kepadanya.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Mu’minun
Surat Al Mu'minuun terdiri atas 118 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai Al Mu'minuun, karena permulaan ayat ini manerangkan bagaimana seharusnya sifat-sifat orang mukmin yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan ketenteraman jiwa mereka di dunia. Demikian tingginya sifat-sifat itu, hingga ia telah menjadi akhlak bagi Nabi Muhammad s.a.w.