QS. Az-Zumar Ayat 29

ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا رَّجُلًا فِيۡهِ شُرَكَآءُ مُتَشٰكِسُوۡنَ وَرَجُلًا سَلَمًا لِّرَجُلٍ ؕ هَلۡ يَسۡتَوِيٰنِ مَثَلًا ‌ؕ اَلۡحَمۡدُ لِلّٰهِ ‌ ۚ بَلۡ اَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُوۡنَ
Darabal laahu masalar rajulan fiihi shurakaaa'u mutashaakisuuna wa rajulan salamal lirajulin hal tastawi yaani masalaa; alhamdu lillaah; bal aksaruhum laa ya'lamuun
Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (hamba sahaya) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan, dan seorang hamba sahaya yang menjadi milik penuh dari seorang (saja). Adakah kedua hamba sahaya itu sama keadaannya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Juz ke-23
Tafsir
Allah membuat perumpamaan dalam Al-Qur’an tentang orang-orang yang menyekutukan Allah dan yang mengesakan-Nya. Perumpamaan itu berupa seorang budak laki-laki dewasa dan kuat yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat, yang diperebutkan dalam perselisihan, membuat budak itu bingung menentukan siapa yang harus ia ikuti, dan perumpamaan satunya berupa seorang hamba sahaya lain yang menjadi milik penuh dari seorang saja sehingga ia tahu pasti siapa tuannya. Adakah kedua hamba sahaya itu sama keadaannya? Tentu tidak sama. Segala puji bagi Allah yang telah membuat perumpamaan yang jelas itu sebagai pelajaran, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui pelajaran yang dipaparkan sehingga mereka tersesat.
Allah membuat suatu perumpamaan untuk menjelaskan perbedaan antara syirik dengan tauhid. Untuk itu Allah mengumpamakan dua orang budak. Budak yang satu dimiliki oleh beberapa orang tuan, mereka berserikat dalam kepemilikannya. Sedang budak yang lain hanya dimiliki oleh seorang tuan saja, tidak ada orang lain yang memilikinya. Pada suatu saat budak pertama mendapat perintah dari tuan-tuannya itu dengan perintah yang berbeda-beda, seperti tuan pertama memerintahkan membersihkan pekarangan rumahnya, tuan yang kedua menyuruh mencangkul kebunnya, tuan yang ketiga menyuruh membersihkan rumahnya dan sebagainya. Perintah ini diberikan pada saat yang sama. Perintah tuan yang manakah yang harus dikerjakan oleh budak tersebut? Tidak mungkin budak itu melaksanakan tiap-tiap perintah dari tuan-tuannya itu dalam waktu yang sama. Demikianlah seterusnya sehingga budak itu selalu kebingungan dalam menaati perintah-perintah dari masing-masing tuannya.

Adapun budak yang kedua yang hanya dimiliki oleh seorang tuan, ia dapat melaksanakan perintah tuannya dengan baik, ia tidak akan bingung dalam melaksanakan perintah itu, dan tuannya pun berlega hati karena budaknya itu dapat melaksanakan perintahnya dengan baik. Samakah keadaan kedua budak tersebut dan sama pulakah keadaan tuan dari masing-masing budak itu?

Demikianlah halnya dengan orang yang beragama tauhid dan orang yang beragama syirik. Orang yang beragama tauhid tidak pernah bingung dalam melaksanakan perintah dan larangan dari Tuhannya, karena perintah dan larangan itu bersumber dari Yang Maha Esa. Seorang yang beragama syirik selalu dalam keadaan bingung, perintah tuhannya yang manakah yang akan diikutinya. Sebaliknya orang yang beragama tauhid hanya menyembah Tuhan Yang Esa, sedang orang yang beragama syirik selalu bingung, tuhan yang manakah yang lebih patut disembah dari tuhan-tuhan yang lain.

Setelah menerangkan kesesatan syirik, Allah menegaskan bahwa segala puji hanyalah untuk-Nya, tidak untuk yang lain. Hanya Dia sajalah yang berhak disembah, tetapi kebanyakan manusia tidak mau mengetahuinya.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Az-Zumar
Surat Az Zumar terdiri ataz 75 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Saba'. Dinamakan Az Zumar (Rombongan-rombongan) karena perkataan Az Zumar yang terdapat pada ayat 71 dan 73 ini. Dalam ayat-ayat tersebut diterangkan keadaan manusia di hari kiamat setelah mereka dihisab, di waktu itu mereka terbagi atas dua rombongan; satu rombongan dibawa ke neraka dan satu rombongan lagi dibawa ke syurga. Masing- masing rombongan memperoleh balasan dari apa yang mereka kerjakan di dunia dahulu. Surat ini dinamakan juga Al Ghuraf (kamar-kamar) berhubung perkataan ghuraf yang terdapat pada ayat 20, dimana diterangkan keadaan kamar-kamar dalam syurga yang diperoleh orang-orang yang bertakwa.