QS. Asy-Syu'ara' Ayat 32

​فَاَ لۡقٰى عَصَاهُ فَاِذَا هِىَ ثُعۡبَانٌ مُّبِيۡنٌ​ ۖ ​​ۚ‏
Fa alqoo 'asaahu fa izaaa hiya su'baanum mubiin
Maka dia (Musa) melemparkan tongkatnya, tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar yang sebenarnya.
Juz ke-19
Tafsir
Maka Musa melemparkan tongkatnya yang dahulu dia gunakan untuk menggembala kambing di negeri Madyan, tiba-tiba tongkat itu atas izin Allah berubah menjadi ular besar yang sebenarnya. Bukan tipuan sebagaimana yang dilakukan oleh para pesihir. Dengan peristiwa ini, Allah mampu mengubah benda mati menjadi benda yang hidup. Maka kebangkitan manusia di hari Kiamat bukanlah sesuatu yang sulit bagi Allah.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah Fir'aun mengemukakan tuntutan supaya Musa mendatangkan bukti yang nyata atas kebenaran dakwahnya, maka Musa segera melemparkan tongkatnya yang dengan tiba-tiba menjelma menjadi ular yang sesungguhnya. Disebutkan dalam Tafsir ar-Razi bahwa setelah tongkat Musa itu berubah menjadi ular, ular itu melenting ke atas, kemudian turun kembali ke bumi langsung menuju Fir'aun. Fir'aun berkata, "Demi yang mengutusmu Musa, ambillah ular itu, kalau tidak saya sendiri akan mengambilnya." Musa lalu mengambilnya dan kembalilah ular itu menjadi tongkat lagi seperti biasa.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Asy-Syu'ara'
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.