QS. Al-'Ankabut Ayat 60
Ayat ini turun untuk menenteramkan hati orang-orang yang beriman yang memenuhi seruan Rasulullah saw untuk hijrah, baik mereka yang telah hijrah, maupun kaum Muslimin yang sedang bersiap-siap untuk hijrah, seakan-akan Allah mengatakan, "Hai orang-orang yang beriman, tantanglah musuh-musuh Allah itu. Janganlah sekali-kali kamu takut kepada kepapaan dan kemiskinan karena betapa banyaknya binatang melata yang tidak sanggup mengumpulkan makanan setiap hari untuk keperluannya, tetapi Allah tetap memberinya rezeki. Kamu wahai orang-orang yang beriman, jauh lebih baik dari binatang dan lebih pandai mencari makan, kenapa kamu khawatir tidak akan mendapat makanan. Walaupun kamu hijrah tanpa membawa sesuatu, tetapi Allah pasti memberimu rezeki. Allah Maha Mendengar segala macam doa, mengetahui segala keadaan hamba-hamba-Nya."
Ayat ini mengisyaratkan kepada kaum Muslimin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan makhluk-Nya sedikit pun. Dia mengemukakan suatu perumpamaan mudah dipahami pengertiannya oleh kaum Muslimin, seperti anak-anak binatang yang tidak sanggup mencari makan sendiri. Allah menjadikan induknya sayang kepadanya, sehingga mereka mau berusaha dan bersusah payah mencarikan makanan bagi anaknya. Kemudian induk itu menyuapkan makanan yang didapat ke dalam mulut anak-anaknya, sebagaimana kita saksikan pada burung dan sebagainya. Ada pula binatang yang memberi makan anaknya dengan air susu dari induknya, sebagaimana yang terdapat pada binatang menyusui. Semuanya itu merupakan ketentuan Allah, sehingga dengan demikian setiap makhluk bisa mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Demikian pula halnya manusia, ada yang kuat, ada yang lemah, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang kecil, ada yang besar, ada yang tinggal di tempat yang subur, dan ada pula yang tinggal di tempat yang tandus, semuanya diberi rezeki oleh Allah, sesuai dengan kebutuhan mereka. Inilah yang dimaksud dengan ayat ini. Allah memberikan rezeki kepada semua makhluk-Nya, termasuk kaum Muhajirin, sekalipun harta benda mereka tertinggal di Mekah, dan mata pencahariannya terputus.
Allah berfirman:
Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semua-nya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudh). (Hud/11: 6)
Kemudian ayat ini ditutup dengan menegaskan bahwa Allah Maha Mendengar apa yang diminta hamba-Nya dan Maha Mengetahui semua keperluannya.
Dari ayat-ayat di atas dipahami bahwa manusia tidak mengetahui dengan pasti apa-apa yang dilakukannya. Ia hanya mengetahui keperluan dan kebutuhan lahir saja, sedangkan keperluan-keperluan yang bersifat rohani, dan yang lainnya, banyak yang tidak diketahuinya, seperti keperluan akan udara yang harus ia hirup sepanjang hari, air, dan sebagainya. Meskipun begitu, setiap mukmin diwajibkan berusaha dan berikhtiar dalam hidupnya. Allah telah memberikan potensi untuk berkehendak dan berusaha sehingga kita tetap wajib berusaha, sebagaimana firman Allah:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (ar-Ra'd/13: 11)
Surat Al 'Ankabuut terdiri atas 69 ayat, termasuk golongan surat-surrat Makkiyah. Dinamai Al 'Ankabuut berhubung terdapatnya perkataan Al 'Ankabuut yang berarti laba-laba pada ayat 41 surat ini, dimana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah berhala-berhala itu, dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya, padahal kalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan hancur. Begitu pula halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan mereka sebagai tempat berlindung dan tempat meminta sesuatu yang mereka ingini, padahal sembahan-sembahan mereka itu tidak mampu sedikit juga menolong mereka dari azab Allah waktu di dunia, seperti yang terjadi pada kaum Nuh, kaum Ibrahim, kaum Luth, kaum Syu'aib, kaum Saleh, dan lain-lain. Apalagi menghadapi azab Allah di akhirat nanti, sembahan-sembahan mereka itu lebih tidak mampu menghindarkan dan melindungi mereka.
Bacaan selawat asyghil pertama kali dicetuskan oleh Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo. Kata asyghil, dalam bahasa Arab berarti sibuk.
Bacaan doa agar tidak hujan bisa diamalkan jika turunnya hujan justru merugikan diri kita. Doa ini dikenal juga sebagai doa agar dihindarkan dari hujan yang merusak.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.