QS. Maryam Ayat 64

وَمَا نَتَنَزَّلُ اِلَّا بِاَمۡرِ رَبِّكَ‌ ۚ لَهٗ مَا بَيۡنَ اَيۡدِيۡنَا وَمَا خَلۡفَنَا وَمَا بَيۡنَ ذٰ لِكَ‌ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا‌
Wa maa natanazzalu illaa bi amri Rabbika lahuu maa baina aidiinaa wa maa khalfanaa wa maa baina zaalik; wa maa kaana Rabbuka nasiyyaa
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali atas perintah Tuhanmu. Milik-Nya segala yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita, dan segala yang ada di antara keduanya, dan Tuhanmu tidak lupa.
Juz ke-16
Tafsir
Keterangan tentang keadaan surga yang dijanjikan kepada hamba Allah yang bertakwa disusul dengan penjelasan bahwa turunnya Jibril merupakan kehendak dan perintah Allah. Ketika Rasulullah mengharapkan Jibril lebih sering datang, dia menjawab, “Wahai Nabi Muhammad, tidaklah kami, para malaikat, turun kecuali atas perintah Tuhanmu. Ketahuilah bahwa hanya milik-Nya segala yang ada di alam semesta, apa saja yang ada di hadapan kita, yang ada di belakang kita, dan segala yang ada di antara keduanya, dan ketahui pula bahwa Tuhanmu tidak pernah lupa sedikit pun.
Pada ayat ini Jibril menegaskan kepada Nabi Muhammad bahwa para malaikat tidak akan dapat turun membawa wahyu kepada rasul-rasul kecuali bila mereka telah mendapat perintah dari Allah sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya, sesuai dengan kepentingan hamba-Nya, baik mengenai urusan duniawi maupun mengenai urusan akhirat. Dialah yang memiliki semua yang ada di hadapan dan di belakang kita dan yang ada di antara keduanya, Dialah yang mengurus dan mengaturnya. Karena itu Dia pulalah yang lebih mengetahui tentang yang baik dan yang tidak baik bagi makhluk-Nya. Dialah yang menetapkan kapan para malaikat akan turun kepada rasul-Nya untuk membawa wahyu, dan untuk berapa lama Dia membiarkan malaikat tidak turun kepada mereka sesuai dengan ilmu dan kebijaksanaan-Nya. Jadi kalau malaikat terlambat menurunkan wahyu kepada Rasul, bukanlah itu karena Allah telah meninggalkan Rasul, murka atau Dia telah lupa kepadanya. Mustahil Allah bersifat lalai dan lupa.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Maryam
Surat Maryam terdiri atas 98 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, karena hampir seluruh ayatnya diturunkan sebelum Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah, bahkan sebelum sahabat-sahabat beliau hijrah ke negeri Habsyi. Menurut riwayat Ibnu Mas'ud, Ja'far bin Abi Thalib membacakan permulaan surat Maryam ini kepada raja Najasyi dan pengikut-pengikutnya di waktu ia ikut hijrah bersama-sama sahabat-sahabat yang lain ke negeri Habsyi.Surat ini dinamai Maryam, karena surat ini mengandung kisah Maryam, ibu Nabi Isa a.s. yang serba ajaib, yaitu melahirkan puteranya lsa a.s., sedang ia sebelumnya belum pernah dikawini atau dicampuri oleh seorang laki-laki pun. Kelahiran Isa a.s. tanpa bapa, merupakan suatu bukti kekuasaan Allah s.w.t. Pengutaraan kisah Maryam sebagai kejadian yang luar biasa dan ajaib dalam surat ini, diawali dengan kisah kejadian yang luar biasa dan ajaib pula, yaitu dikabulkannya doa Zakaria a.s. oleh Allah s.w.t., agar beliau dianugerahi seorang putera sebagai pewaris dan pelanjut cita-cita dan kepercayaan beliau, sedang usia beliau sudah sangat tua dan isteri beliau seorang yang mandul yang menurut ukuran ilmu biologi tidak mungkin akan terjadi.