QS. Az-Zukhruf Ayat 69

اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا بِاٰيٰتِنَا وَكَانُوۡا مُسۡلِمِيۡنَ‌ۚ
Allaziina aamanuu bi Aayaatinaa wa kaanuu muslimiin
(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan mereka berserah diri.
Juz ke-25
Tafsir
Orang-orang yang tidak takut dan tidak bersedih hati itu ialah orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami yang tertulis yang dibawa oleh para rasul utusan Kami serta yang terhampar di alam ini, dan mereka berserah diri dengan sepenuhnya kepada Allah dengan melaksanakan ajaran-ajaran-Nya.
Dalam ayat ini, diterangkan tentang hamba-hamba yang diseru Allah pada hari itu yaitu hamba-hamba yang telah beriman kepada ayat-ayat-Nya, yang jiwanya telah tunduk dan patuh kepada-Nya, yang melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhkan larangan-larangan-Nya.

Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa al-Mu'tamir bin Sulaiman dari ayahnya berkata, "Pada waktu terjadinya hari Kiamat, ketika manusia dibangkitkan dari kuburnya, tidak ada seorang pun yang tidak merasa takut dan khawatir serta bingung. Ketika itu, terdengarlah suara, "Wahai hamba-hamba-Ku, tidak ada yang perlu kamu takuti dan khawatirkan pada hari ini dan janganlah kamu risau hati." Setelah mendengar itu, semua manusia mengharapkan agar ia termasuk hamba-hamba Allah yang dimaksud dalam seruan itu, terdengar lagi seruan yang kedua, "Wahai orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, yang tunduk dan berserah diri kepada Allah." Mendengar seruan itu, maka orang-orang yang beriman bergembira dan hilanglah kesedihan, ketakutan dan kebingungan mereka. Sedangkan orang-orang kafir berputus asa.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Az-Zukhruf
Surat Az Zukhruf terdiri atas 89 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Asy Syuura. Dinamai Az Zukhruf (Perhiasan) diambil dari perkataan Az Zukhruf yang terdapat pada ayat 35 surat ini. Orang-orang musyrik mengukur tinggi rendahnya derajat seseorang tergantung kepada perhiasan dan harta benda yang ia punyai, karena Muhammad s.a.w. adalah seorang anak yatim lagi miskin, ia tidak pantas diangkat Allah sebagai seorang rasul dan nabi. Pangkat rasul dan nabi harus diberikan kepada orang yang kaya. Ayat ini menegaskan bahwa harta tidak dapat dijadikan dasar untuk mengukur tinggi rendahnya derajat seseorang, karena harta itu merupakan hiasan kehidupan duniawi, bukan berarti kesenangan akhirat.