QS. Az-Zukhruf Ayat 68

يٰعِبَادِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡكُمُ الۡيَوۡمَ وَلَاۤ اَنۡتُمۡ تَحۡزَنُوۡنَ‌ۚ
Yaa 'ibaadi laa khawfun 'alaikumul Yawma wa laaa antum tahzanuun
"Wahai hamba-hamba-Ku! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari itu dan tidak pula kamu bersedih hati.
Juz ke-25
Tafsir
Allah telah menggambarkan dalam ayat-ayat yang lalu tentang keadaan Bani Israil yang memperoleh azab yang amat pedih di hari Kiamat karena ke zaliman mereka. Selanjutnya, Allah menggambarkan ke nikmatan yang akan di peroleh oleh orang-orang saleh di dalam surga. “Wahai hamba-hamba-Ku yang mengikuti jalan-Ku yang lurus! Tidak ada ketakutan bagimu pada hari Kiamat itu dan tidak pula kamu bersedih hati dalam menghadapi keadaan apa pun pada hari itu.
Dalam ayat ini diterangkan pernyataan Allah kepada orang-orang yang beriman, di waktu terjadinya hari Kiamat, yang pada saat itu semua manusia berada dalam kebingungan dan ketakutan. Allah berkata kepada mereka, "Wahai hamba-hamba-Ku, tidak ada sesuatu pun yang perlu kamu takutkan dan khawatirkan pada hari Kiamat, kamu semua telah menempuh jalan yang lurus selama hidup di dunia dan telah melakukan segala sesuatu karena cintamu kepada-Ku dan karena kamu mencari keridaan-Ku. Karena itu, pada hari ini, kamu semua berada di bawah perlindungan-Ku dan dalam jaminan keamanan dari-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku, janganlah kamu bersedih hati karena berpisah dengan dunia dan janganlah khawatir menghadapi hidup pada masa yang akan datang. Hendaklah kamu yakin bahwa sejak saat ini, kamu telah lepas dari segala cobaan dan malapetaka yang akan menimpamu, dan pada saat ini pula kamu akan menempati tempat yang paling baik yang tak ada tandingannya, yaitu surga yang mempunyai kenikmatan yang sempurna."
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Az-Zukhruf
Surat Az Zukhruf terdiri atas 89 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Asy Syuura. Dinamai Az Zukhruf (Perhiasan) diambil dari perkataan Az Zukhruf yang terdapat pada ayat 35 surat ini. Orang-orang musyrik mengukur tinggi rendahnya derajat seseorang tergantung kepada perhiasan dan harta benda yang ia punyai, karena Muhammad s.a.w. adalah seorang anak yatim lagi miskin, ia tidak pantas diangkat Allah sebagai seorang rasul dan nabi. Pangkat rasul dan nabi harus diberikan kepada orang yang kaya. Ayat ini menegaskan bahwa harta tidak dapat dijadikan dasar untuk mengukur tinggi rendahnya derajat seseorang, karena harta itu merupakan hiasan kehidupan duniawi, bukan berarti kesenangan akhirat.