QS. Asy-Syu'ara' Ayat 74

قَالُوۡا بَلۡ وَجَدۡنَاۤ اٰبَآءَنَا كَذٰلِكَ يَفۡعَلُوۡنَ‏
Qooluu bal wajadnaaa aabaaa 'anaa kazaalika yaf'aluun
Mereka menjawab, "Tidak, tetapi kami dapati nenek moyang kami berbuat begitu."
Juz ke-19
Tafsir
Mereka menjawab, “Tidak, mereka tidak memberikan kemanfaatkan dan mendatangkan bahaya, tetapi kami dapati nenek moyang kami berbuat begitu.” Mereka berbangga dengan perilaku seperti itu. Inilah bentuk taklid buta, yaitu mengikuti cara beribadah orang lain walaupun hal itu salah.
Pertanyaan-pertanyaan itu mereka jawab sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Namun demikian, pada akhirnya Ibrahim mengetahui motif sesungguhnya dari penyembahan itu, yaitu merupakan tradisi yang diwarisi dari nenek moyang mereka. "Kami hanya mendapati nenek moyang kami berbuat demikian, dan kebiasaan itulah yang kami ikuti," jawab mereka dengan tegas kepada Ibrahim.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Asy-Syu'ara'
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.