QS. Al-An’am Ayat 81

وَكَيۡفَ اَخَافُ مَاۤ اَشۡرَكۡتُمۡ وَلَا تَخَافُوۡنَ اَنَّكُمۡ اَشۡرَكۡتُمۡ بِاللّٰهِ مَا لَمۡ يُنَزِّلۡ بِهٖ عَلَيۡكُمۡ سُلۡطٰنًا ‌ؕ فَاَىُّ الۡفَرِيۡقَيۡنِ اَحَقُّ بِالۡاَمۡنِ‌ۚ اِنۡ كُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ‌ۘ
Wa kaifa akhaafu maaa ashraktum wa laa takhaafuuna annakum ashraktum billaahi maa lam yunazzil bihii 'alaikum sultaanaa; fa aiyul fariiqaini ahaqqu bil amni in kuntum ta'lamuun
Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut dengan apa yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Manakah dari kedua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?"
Juz ke-7
Tafsir
Terhadap ketegaran sikap Nabi Ibrahim tersebut kaumnya terus menantang dan mengancamnya. Maka Nabi Ibrahim pun menjawab, "Bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan dengan Allah, baik benda-benda angkasa maupun berhala-berhala yang sama sekali tidak memiliki kekuasaan apa pun selain apa yang diizinkan oleh Allah, padahal kamu tidak takut dengan apa yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Kalau demikian, manakah dari kedua golongan itu, yakni kami yang mengesakan Allah atau kalian yang mempersekutukan-Nya, yang lebih berhak mendapat keamanan dari siksa dan malapetaka, jika kamu mengetahui coba jelaskan kepada kami?"
Ibrahim menegaskan bahwa ia tidak takut kepada sesembahan mereka, akan tetapi hanya takut kepada Allah. Sikap Ibrahim yang demikian itu menarik perhatian mereka. Nabi Ibrahim mengatakan bahwa mengapa ia harus takut kepada sembahan-sembahan yang mereka persekutukan dengan Allah dan dijadikan perantara yang dianggap dapat memberikan manfaat dan menolak madarat? Sedang mereka itu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan ciptaan mereka sendiri.

Seharusnya yang ditakuti adalah pembangkangan mereka terhadap Allah dan dugaan mereka yang salah, yaitu menganggap patung-patung dan bintang-bintang sebagai Tuhan. Itulah sebabnya Allah mencela sikap mereka. Allah menjelaskan kepada mereka bahwa agama yang dapat diterima ialah agama yang mempunyai alasan-alasan yang kuat dan bukti-bukti yang dapat diterima, apalagi mereka hanya memeluk agama dengan jalan taklid saja kepada nenek moyang mereka. Perbuatan demikian tidak didasarkan pada hidayah dan ilmu. Kemudian mereka dihadapkan pada dua pilihan, yaitu memeluk agama tauhid atau kemusyrikan. Sedangkan mereka sudah mengetahui bahwa Allah mempunyai kekuasaan menciptakan dan memusnahkan, menghidupkan dan mematikan, sedangkan patung-patung itu tidak dapat memberikan manfaat dan madarat sedikit pun. Di akhir ayat ini Allah menyuruh Nabi Ibrahim agar meminta jawaban kepada mereka apabila mereka sanggup menjawabnya.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-An’am
Surat Al An'aam (binatang ternak: unta, sapi, biri-biri dan kambing) yang terdiri atas 165 ayat, termasuk golongan surat Makkiyah, karena hampur seluruh ayat-ayat-Nya diturunkan di Mekah dekat sebelum hijrah. Dinamakan Al An'aam karena di dalamnya disebut kata An'aam dalam hubungan dengan adat-istiadat kaum musyrikin, yang menurut mereka binatang-binatang ternak itu dapat dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada tuhan mereka. Juga dalam surat ini disebutkan hukum-hukum yang berkenaan dengan binatang ternak itu.