QS. Asy-Syu'ara' Ayat 84

وَاجۡعَلْ لِّىۡ لِسَانَ صِدۡقٍ فِى الۡاٰخِرِيۡنَۙ‏
Waj'al lii lisaana sidqin fil aakhiriin
dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,
Juz ke-19
Tafsir
Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian, Allah mengabulkan doa Nabi Ibrahim. Namanya tetap bersinar, sikapnya tetap diagungkan, keturunannya adalah para nabi dari Bani Israil yang terakhir adalah Nabi Muhammad Sallallàhu ‘alaihi wa sallam.
Selanjutnya Ibrahim berdoa agar nama baik beliau menjadi buah bibir yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian, sehingga beliau menjadi suri teladan yang utama sampai hari Kiamat, ini pun dikabulkan Allah, sebagaimana firman-Nya:

Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, "Selamat sejahtera bagi Ibrahim." Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (as-saffat/37: 108-110).

Janji Allah dalam ayat di atas dibuktikan kebenarannya dalam lembaran sejarah kenabian. Banyak sekali dari keturunan Nabi Ibrahim yang menjadi nabi dan rasul Allah, baik dari keturunan Ismail ataupun dari keturunan Ishak. Agama-agama besar di dunia (Islam, Kristen dan Yahudi) masing-masing menggolongkan agamanya kepada Nabi Ibrahim. Oleh sebab itu, beliau dimuliakan dan dihormati oleh berbagai agama menurut caranya masing-masing. Berdasarkan keterangan ini, wajarlah andaikata mereka menganggap Ibrahim adalah seorang Yahudi (menurut pengakuan orang Yahudi). Demikianlah pula halnya Ibrahim dipandang sebagai orang Nasrani (menurut kepercayaan agama Nasrani), sebab Isa Almasih putra Maryam juga masih keturunan Nabi Ibrahim. Tegasnya dalam sejarah kenabian, ia dianggap sebagai bapak para nabi. Akan tetapi, semua dugaan bahwa Ibrahim penganut Yahudi atau penganut agama tertentu tidak benar. Al-Qur'an membantah keyakinan demikian:

Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik. (ali 'Imran/3: 67)

Adapun pengertian buah tutur yang baik dalam doa ini ialah Nabi Muhammad. Beliau memang keturunan Nabi Ibrahim (dari pihak Ismail) yang terakhir yang diangkat sebagai nabi dan rasul. Risalah Nabi Muhammad (dan juga para nabi) adalah risalah agama tauhid. Rasulullah sendiri dalam sebuah hadis mengatakan:

Aku ini (pelaksanaan bagi terkabulnya) doa Ibrahim. (Riwayat Muslim dari 'Aisyah)

Pada hakikatnya agama yang disampaikan Nabi Muhammad merupakan lanjutan dari ajaran yang disampaikan Nabi Ibrahim.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Asy-Syu'ara'
Surat ini terdiri dari 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.