QS. Taha Ayat 86
Menurut satu riwayat setelah melihat kaumnya menyembah berhala dia lalu mendengar suara hiruk pikuk dan berbagai macam teriakan dari kaumnya dan melihat mereka menari-nari di sekeliling patung itu. Qurtubi meriwayatkan bahwa Abu Bakar ath-Turthusy pernah ditanya orang tentang sekumpulan orang berdzikir menyebut nama Allah dan berselawat menyebut nama Nabi Muhammad dengan cara menari-nari serta memukul gendang dan karena asyiknya ada di antara mereka yang jatuh pingsan, kemudian mereka mengambil makanan yang mereka bawa dan telah disiapkan, bagaimanakah hukum perbuatan mereka? Apakah hal itu dibolehkan oleh Islam atau tidak? ath-Turthusy menjawab, "Mazhab Sufi, yang seperti itu adalah batil, suatu kejahilan dan kesesatan. Islam itu adalah (ajaran) kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Adapun memukul gendang (dan menari-nari) sampai seperti orang kesurupan maka orang yang mula-mula mengadakannya ialah Samiri di waktu dia membuat patung anak sapi untuk disembah kaum Musa dengan menari-nari di sekelilingnya. Maka perbuatan seperti itu adalah perbuatan orang-orang kafir dan penyembah anak sapi."
Selanjutnya Musa berkata kepada kaumnya, "Mengapa kamu menyembah patung itu padahal Allah telah menjanjikan kepadamu janji-janji yang baik dan menguntungkan sesudah mengaruniakan kepadamu berbagai nikmat seperti membebaskan kamu dari kaum Firaun menempatkan kamu di tempat ini, memberimu makanan yang lezat dan berkhasiat. Allah menjanjikan akan menurunkan Al-Kitab kepadamu, di dalamnya terdapat syariat dan peraturan untuk kebaikan dan kebahagiaan kamu di dunia dan di akhirat. Dia menjanjikan pula akan memberikan pahala yang banyak kepadamu kalau kamu tetap beriman dan beramal saleh dan menjanjikan pula bahwa kamu akan memasuki tanah suci Palestina dengan mengalahkan penghuni-penghuninya yang kuat dan perkasa. Kenapa kamu cepat sekali berpaling dari agama Allah padahal belum berapa lama janji itu dinyatakan Allah kepadamu, dan tanda-tanda janji itu pasti akan terwujud dan terlaksana seperti yang kamu lihat dan kamu alami sendiri? Apakah kamu menyangka bahwa kamu telah lama menunggu-nunggu terwujudnya janji itu ataukah kamu sengaja menunggu kemurkaan Allah atasmu dengan perbuatan ini. Bukankah kamu telah berjanji kepadaku bahwa kamu akan tetap beriman sampai aku kembali kepadamu, dan tidak akan mengada-adakan sesuatu yang merusak akidah kamu atau bertentangan dengan akidah itu."
Surat Thaahaa terdiri atas 135 ayat, diturunkan sesudah diturunkannya surat Maryam, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Surat ini dinamai Thaahaa, diambil dari perkataan yang berasal dan ayat pertama surat ini. Sebagaimana yang lazim terdapat pada surat-surat yang memakai huruf-huruf abjad pada permulaannya, di mana huruf tersebut seakan-akan merupakan pemberitahuan Allah kepada orang-orang yang membacanya, bahwa sesudah huruf itu akan dikemukakan hal-hal yang sangat penting diketahui, maka demikian pula halnya dengan ayat-ayat yang terdapat sesudah huruf thaahaa dalam surat ini. Allah menerangkan bahwa Al Quran merupakan peringatan bagi manusia, wahyu dari Allah, Pencipta semesta alam. Kemudian Allah menerangkan kisah beberapa orang nabi; akibat-akibat yang telah ada akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Allah dan orang-orang yang mengingkari-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Selain hal-hal tersebut di atas, maka surat ini mengandung pokok-pokok isi sebagai berikut:
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.
Pada saat Daulah Mamalik berkuasa di Mesir, Sultan Baybars menjadikan kota Mesir sebagai arena kegiatan para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga berkembangkanlah ilmu pengetahuan di Mesir.
Dalam surat ke-107, termaktub dalam Al-Quran, Allah mengkritik orang-orang yang rajin melakukan ibadah salat lima waktu, namun tidak peduli terhadap perbaikan nasib mereka yang terpinggir, terasing, menderita dan tertindas.
Ali Al-Shahbuni dalam kitabnya mengatakan: Mereka yang mengikuti di sini dhamir kepada kelompok, yakni orang-orang dari Ahli kitab, dan mereka itu adalah kaum Yahudi.