QS. Al-A’raf Ayat 94

وَمَاۤ اَرۡسَلۡنَا فِىۡ قَرۡيَةٍ مِّنۡ نَّبِىٍّ اِلَّاۤ اَخَذۡنَاۤ اَهۡلَهَا بِالۡبَاۡسَآءِ وَالضَّرَّآءِ لَعَلَّهُمۡ يَضَّرَّعُوۡنَ
Wa maaa arsalnaa fii qaryatim min Nabiyyin illaaa akhaznaaa ahlahaa bil baasaaa'i waddarraaa'i la'allahum yaddarra'uun
Dan Kami tidak mengutus seorang nabi pun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar mereka (tunduk dengan) merendahkan diri.
Juz ke-9
Tafsir
Dan Kami tidak mengutus seorang nabi pun kepada sesuatu negeri, untuk mengajak penduduknya kepada agama Allah yang benar, lalu penduduknya mendustakan nabi itu, melainkan pasti Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan atau kesulitan berupa penindasan pihak lain atas mereka, serta petaka yang disebabkan oleh peperangan dan bencana alam, dan penderitaan, berupa kemiskinan, penyakit serta krisis yang beragam. Hal itu Kami lakukan agar mereka menyadari kesalahan dan tunduk dengan merendahkan diri dan memohon kepada Allah dengan tulus hati agar dibebaskan dari siksa itu.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa salah satu dari ketetapan Allah yang berlaku ialah bahwa Dia mengutus rasul-Nya kepada suatu umat, kemudian apabila umat tersebut mendustakan rasul-Nya, maka Allah menimpakan cobaan kepada umat tersebut, berupa kesempitan rezeki dan penderitaan. Cobaan tersebut dimaksudkan untuk menyadarkan mereka sehingga menjadi umat yang tunduk dan rendah hati dengan ikhlas berdoa kehadirat Allah agar mereka dilepaskan dari azab tersebut.

Kemewahan dan kesenangan hidup menyebabkan manusia lupa kepada Tuhannya. Akan tetapi, bila suatu ketika ia ditimpa kesusahan dan kesempitan, maka hal itu akan menimbulkan kesadaran dalam hatinya, lalu kembali ke jalan yang ditunjukkan agamanya, dan berusaha untuk memperbaiki dirinya.

"Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi, tetapi Dia menurunkan dengan ukuran yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Mahateliti terhadap (keadaan) hamba-hamba-Nya, Maha Melihat. (asy-Syura/42: 27)

Seseorang baru dapat merasakan nikmatnya kekayaan bila suatu ketika ia pernah kehilangan kekayaan itu. Seseorang baru mengerti nikmat kesehatan bila suatu ketika ia pernah sakit. Demikian pula halnya dengan nikmat-nikmat lainnya yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia.

Dengan demikian jelaslah, apabila suatu ketika Allah mencabut nikmat-Nya dari seseorang atau satu bangsa, maka tujuannya agar mereka sadar dan mau beriman dan taat kepada Allah, yakin akan sifat-sifat kekuasaan, keadilan dan kasih sayang Allah kepada makhluk. Sehingga mereka akan kembali merendahkan diri kepada Allah dan tunduk kepada peraturan-Nya, serta mengharapkan ampunan-Nya, untuk melepaskan mereka dari kesusahan yang menimpanya.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-A’raf
Surat Al A'raaf yang berjumlah 206 ayat termasuk golongan surat Makkiyah, diturunkan sebelum turunnya surat Al An'aam dan termasuk golongan surat Assab 'uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Dinamakan Al A'raaf karena perkataan Al A'raaf terdapat dalam ayat 46 yang mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada di atas Al A'raaf yaitu: tempat yang tertinggi di batas surga dan neraka.
Sejarah dan Asal Mula...
Sejarah dan Asal Mula Perayaan Idulfitri

Sejarah dan asal mula perayaan Idulfitri penting diketahui umat Muslim. Dan ternyata Idulfitri ini sangat berkaitan dengan Ramadan dan perang Badar. Begini penjelasannya:

Bulan Syawal, Julukan...
Bulan Syawal, Julukan dan Amalan yang Dianjurkan

Karena keistimewaan dan keutamaannya, bulan Syawal ternyata memiliki beragam nama dan julukan. Nama atau julukan apa saja? Serta amalan apa saja yang dianjurkan?

Hikmah Idulfitri : Kembali...
Hikmah Idulfitri : Kembali ke Fitrah dan Istiqamah Memegang Teguh Ajaran Islam

Umat Islam merayakan momen Idulfitri yang disebut-sebut sebagai hari kemenangan dan saatnya kembali ke Fitrah. Apa sebenarnya makna Fitrah?

Hikmah Melewati Jalan...
Hikmah Melewati Jalan Berbeda setelah Melaksanakan Salat Ied

Salah satu amalan sunnah ketika salat Idulfitri yaitu berangkat dan pulang melewati jalan berbeda. Berikut hikmah disunnahkannya menempuh jalan berbeda saat salat Id.

7 Adab Merayakan Idulfitri,...
7 Adab Merayakan Idulfitri, dari Mandi Sunnah hingga Tunjukkan Kebahagiaan

Hari raya Idulfitri merupakan momentum untuk menyempurnakan hubungan vertikal dengan Allah (hablun minallah) dan secara horizontal membangun hubungan sosial yang baik (hablun minnannas)