Mengenal Suluak, Tradisi Naqsabandiyah Selama Ramadan
A
A
A
PADANG - Suluak adalah tradisi berzikir selama Ramadan yang dilakukan oleh Tarekat Nasabandiyah di Padang Sumatera Barat.
Dimana dalam tradisi ini, beberapa orang yang mengikutinya terus berada dalam ruangan di dalam Masjid dan hanya berzikir siang dan malam.
Menurut guru Tarekat Naqsabandiyah Mursyid Syafri Malin Mudo atau Buya Piri tahun ini ada 13 orang yang mengikuti ritual Suluak tersebut, dua laki-laki dan 11 perempuan yang berasal dari berbagai daerah yang ada di Sumatera Barat.
"Ada dari Solok, Pesisir Selatan dan Solok Selatan serta dari Padang sendiri. Mereka datang itu 10 hari sebel Ramadan. Jadi hitungannya Suluak dilakukan selama 40 hari," katanya.
Arti Suluak itu menurut Buya Piri mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi segala hal yang duniawi. Mereka melakukan sembayang serta zikir siang dan malam.
"Semuanya bervariasi tergantung kemampuan mereka, ada yang berzikir selama 10 hari, 20 hari, 30 hari dan 40 hari, tergantung kemauan mereka," ujarnya.
Menurut Buya Piri, suluak mereka tidak sama dengan suluak yang diajarkan Muhamadiyah. Dalam suluk Naqsabandiyah, tiga ajaran intinya adalah Islam, Iman, dan Ikhsan, ibarat three in one.
"Islam adalah landasan agama, Imam merupakan rukun dalam agama Islam, dan Ikshan artinya seolah-olah nampak Tuhan dan mendekatkan diri pada diri Nya," terangnya.
Sebenarnya ritual berzikir itu bisa dilakukan pada bulan-bulan biasa, seperti bulan Rajab, Syaban dan Zulhijah, namun banyak yang memilih pada bulan Ramadan, alasanya di bulan suci ini pahalanya lebih besar dibanding pada bulan-bulan lain.
"Selama melakukan ritual ini dilarang melakukan aktivitas duniawi, termasuk keluar dari lokasi berzikir yang dilakukan hanya sembayang, makan dan kembali berzikir," ujarnya.
Umumnya, ritual ini memang hanya diikuti oleh yang berusia tua. Pasalnya bagi yang berusia muda, mereka masih mengalami menstruasi, akan dapat menghalangi mereka dari ibadahnya.
Dimana dalam tradisi ini, beberapa orang yang mengikutinya terus berada dalam ruangan di dalam Masjid dan hanya berzikir siang dan malam.
Menurut guru Tarekat Naqsabandiyah Mursyid Syafri Malin Mudo atau Buya Piri tahun ini ada 13 orang yang mengikuti ritual Suluak tersebut, dua laki-laki dan 11 perempuan yang berasal dari berbagai daerah yang ada di Sumatera Barat.
"Ada dari Solok, Pesisir Selatan dan Solok Selatan serta dari Padang sendiri. Mereka datang itu 10 hari sebel Ramadan. Jadi hitungannya Suluak dilakukan selama 40 hari," katanya.
Arti Suluak itu menurut Buya Piri mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi segala hal yang duniawi. Mereka melakukan sembayang serta zikir siang dan malam.
"Semuanya bervariasi tergantung kemampuan mereka, ada yang berzikir selama 10 hari, 20 hari, 30 hari dan 40 hari, tergantung kemauan mereka," ujarnya.
Menurut Buya Piri, suluak mereka tidak sama dengan suluak yang diajarkan Muhamadiyah. Dalam suluk Naqsabandiyah, tiga ajaran intinya adalah Islam, Iman, dan Ikhsan, ibarat three in one.
"Islam adalah landasan agama, Imam merupakan rukun dalam agama Islam, dan Ikshan artinya seolah-olah nampak Tuhan dan mendekatkan diri pada diri Nya," terangnya.
Sebenarnya ritual berzikir itu bisa dilakukan pada bulan-bulan biasa, seperti bulan Rajab, Syaban dan Zulhijah, namun banyak yang memilih pada bulan Ramadan, alasanya di bulan suci ini pahalanya lebih besar dibanding pada bulan-bulan lain.
"Selama melakukan ritual ini dilarang melakukan aktivitas duniawi, termasuk keluar dari lokasi berzikir yang dilakukan hanya sembayang, makan dan kembali berzikir," ujarnya.
Umumnya, ritual ini memang hanya diikuti oleh yang berusia tua. Pasalnya bagi yang berusia muda, mereka masih mengalami menstruasi, akan dapat menghalangi mereka dari ibadahnya.
(nag)