Mandi Limau, Ubah Aroma Air Jadi Wangi

Kamis, 18 Juni 2015 - 06:39 WIB
Mandi Limau, Ubah Aroma Air Jadi Wangi
Mandi Limau, Ubah Aroma Air Jadi Wangi
A A A
SIBOLGA - Seluruh obyek wisata "sungai" yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, berubah aroma, dari air biasa menjadi harum Limau.

Tradisi mandi Limau atau pangir (marpangir) atau dalam bahasa pesisir Sibolga disebut Balimo-limo, yaitu mandi bersama yang dilakukan oleh ribuan masyarakat Sibolga dan Tapteng, Rabu (17/6/2015), menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan 1436 Hijriah.

Perubahan aroma sungai tersebut terjadi mulai dari hulu hingga hilir sungai. Itu terjadi karena sepanjang sungai, seperti Sungai Sarudik (Kecamatan Sarudik), Sungai Sibuluan (Kecamatan Sibuluan), Sungai Pondok Bambu Tukka (Kecamatan Tukka), Sungai Pinangsori (Kecamatan Pinangsori), Sungai Golkar (Kecamatan Tapian Nauli), Sungai Kolang (Kecamatan Kolang) dan lain sebagainya disesaki oleh warga yang mandi dengan Limau.

Budaya ini dilakuan sehari sebelum pelaksanaan ibadah suci Puasa. Ribuan warga dari kaum Muslimin dan Muslimat dari kedua daerah akan berbondong - bondong mandi di sungai-sungai terdekat ataupun terjauh, termasuk juga laut, untuk sekadar membasuh (membersihkan) diri dengan ramuan Limau (panggir) yang sudah dipersiapkan.

Ramuan limau tersebut berasal dari tumbuhan alami yang memiliki aroma wewangian seperti bunga kelapa, bunga pinang, daun Pandan, serai, daun pandan, jeruk purut, daun jeruk purut dan lainnya. Semua bahan itu ketika dimandikan akan menempelkan aroma harum bagi tubuh.

Nurpatah Sijabat, (41), warga Pandan, Kabupaten Tapteng, membenarkan adanya perubahan aroma sungai seperti aroma Limau. Bahkan warnanya juga sejenak berubah hijau kekuning-kuningan. Hal tersebut terjadi karena mewangian ramuan Limau dan warna ramuan Limau yang mengarah ke hijau.

“Tapi ini tidak akan berdampak bagi sungai ataupun kehidupan dalam sungai. Sebagaimana ramuan Limau ini tidak berdampak bagi anggota tubuh orang yang memandikannya,” tuturnya.

Menurut Fitri, (26), warga Kota Sibolga, perobahan aroma dan warna sungai ini hanya berlangsung sekejap, seiring berpulangnya warga ke rumah masing – masing setelah pelaksanaan mandi pangir. “Artinya, ini hanya berlangsung hari ini saja. Besok, sudah tidak ada lagi,” terang Fitri.

Tokoh Masyarakat Sibolga, Erwin S Simatupang menerangkan, mandi Limau atau Marpanggir yang dilaksanakan oleh kaum Muslimin dan Muslimat Kota Sibolga dan Tapteng, sehari sebelum puasa, merupakan sebuah tradisi dan bukan merupakan kegiatan yang bersifat ritual. Tradisi tersebut sudah berlangsung lama secara turun temurun, setiap menjelang puasa Ramadhan.

“Itu (mandi pangir) hanya sebuah tradisi daerah. Karena mandi pangir sama sekali tidak tertulis (tercantum) dalam kitab suci Alqur’an ataupun dalam tulisan – tulisan bernuansa Islam lainnya. Atau bukan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan di dalam ajaran agama Islam,” bebernya.
(jonny simatupang)
(lis)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2750 seconds (0.1#10.140)