Secercah Senyum Keberkahan Ramadan di Kampung Pemulung
A
A
A
MALANG - Cerita menarik terajut di Kampung Pemulung, Sukun, Malang. Ada sekitar 32 kepala keluarga tinggal setiap hari. Mereka berjalan dari satu lorong ke lorong, gang ke gang, tempat satu ke tempat lainnya untuk mencari sampah yang masih layak digunakan dan bisa ditukar kembali dengan beberapa lembaran rupiah.
Di balik kehidupan yang serba kekurangan dan terbatas, mereka lebih memilih untuk bergulat dengan tumpukan sampah ketimbang meminta-minta atau mencuri milik orang lain. Menariknya, di tengah tuntutan kehidupan untuk mencari nafkah, ada sebuah rumah belajar bagi anak-anak kecil yang masih bersekolah.
Pak Aboe adalah pendiri dan penggerak rumah belajar tersebut. Ia adalah sosok pria berusia 78 tahun yang penuh semangat memberikan ilmu kepada anak-anak kampung pemulung. Setiap hari Senin sampai Jum'at anak-anak diajarkan dengan pelajaran sekolah. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu anak-anak diajarkan mengaji.
"Dulu, ada seorang anak pemulung di sini yang nangis ketika pulang sekolah. Ketika saya tanya alasannya karena dia tak mengerjakan PR dan disuruh pulang oleh gurunya. Benar, orang tua mereka selalu sibuk memulung, tak ada waktu untuk menemani dan mengajari anaknya. Mendengar hal itu saya merasa sangat prihatin dan mendirikan rumah belajar ini," kenang Pak Aboe sambil terus tersenyum.
Tak sampai disitu, selesai belajar bersama teman-temannya. Tiba waktunya untuk anak-anak membantu orangtuanya mencari sampah. Berjalan kaki menyusuri jalan saat pagi yang sejuk, panasnya terik matahari dan dinginnya malam.
Senin (19/6), PPPA Daarul Qur'an Malang mengadakan buka puasa bersama di Kampung Pemulung. Tampak anak-anak kecil berkumpul di rumah belajar mengenakan baju busana muslim. Mereka dihibur oleh dongeng Mobile Qur'an (MoQu) yang ceria dari Kak Wulan. Ia bercerita kisah-kisah islami ditemani bonekanya.
Anak-anak tertawa lepas mendengarkan dongeng. Sejenak kemudian, mereka duduk bersama menunggu buka puasa. Azan Maghrib pun menggema. Secara bergiliran mereka mengambil makanan dan berbuka. Selain itu, ada juga pembagian bingkisan Ramadan berupa beras, jilbab, dan mukena. Bingkisan diberikan di setiap rumah warga.
Pada kesempatan itu pula, PPPA Daarul Qur'an Malang memberikan buku-buku untuk rumah baca Pak Aboe. Ada buku pelajaran sekolah dan ada juga buku cerita dan hiburan. Anak-anak tampak gembira dan berebut ingin membaca buku-buku tersebut.
“Terima kasih kepada Daarul Qur'an telah berbagi di kampung pemulung. Saya senang bisa mendengarkan dongeng, dapat makanan buka puasa, dan buku-buku untuk dibaca," ucap Nadia salah satu murid di rumah belajar.
Sumber: www.pppa.or.id
Di balik kehidupan yang serba kekurangan dan terbatas, mereka lebih memilih untuk bergulat dengan tumpukan sampah ketimbang meminta-minta atau mencuri milik orang lain. Menariknya, di tengah tuntutan kehidupan untuk mencari nafkah, ada sebuah rumah belajar bagi anak-anak kecil yang masih bersekolah.
Pak Aboe adalah pendiri dan penggerak rumah belajar tersebut. Ia adalah sosok pria berusia 78 tahun yang penuh semangat memberikan ilmu kepada anak-anak kampung pemulung. Setiap hari Senin sampai Jum'at anak-anak diajarkan dengan pelajaran sekolah. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu anak-anak diajarkan mengaji.
"Dulu, ada seorang anak pemulung di sini yang nangis ketika pulang sekolah. Ketika saya tanya alasannya karena dia tak mengerjakan PR dan disuruh pulang oleh gurunya. Benar, orang tua mereka selalu sibuk memulung, tak ada waktu untuk menemani dan mengajari anaknya. Mendengar hal itu saya merasa sangat prihatin dan mendirikan rumah belajar ini," kenang Pak Aboe sambil terus tersenyum.
Tak sampai disitu, selesai belajar bersama teman-temannya. Tiba waktunya untuk anak-anak membantu orangtuanya mencari sampah. Berjalan kaki menyusuri jalan saat pagi yang sejuk, panasnya terik matahari dan dinginnya malam.
Senin (19/6), PPPA Daarul Qur'an Malang mengadakan buka puasa bersama di Kampung Pemulung. Tampak anak-anak kecil berkumpul di rumah belajar mengenakan baju busana muslim. Mereka dihibur oleh dongeng Mobile Qur'an (MoQu) yang ceria dari Kak Wulan. Ia bercerita kisah-kisah islami ditemani bonekanya.
Anak-anak tertawa lepas mendengarkan dongeng. Sejenak kemudian, mereka duduk bersama menunggu buka puasa. Azan Maghrib pun menggema. Secara bergiliran mereka mengambil makanan dan berbuka. Selain itu, ada juga pembagian bingkisan Ramadan berupa beras, jilbab, dan mukena. Bingkisan diberikan di setiap rumah warga.
Pada kesempatan itu pula, PPPA Daarul Qur'an Malang memberikan buku-buku untuk rumah baca Pak Aboe. Ada buku pelajaran sekolah dan ada juga buku cerita dan hiburan. Anak-anak tampak gembira dan berebut ingin membaca buku-buku tersebut.
“Terima kasih kepada Daarul Qur'an telah berbagi di kampung pemulung. Saya senang bisa mendengarkan dongeng, dapat makanan buka puasa, dan buku-buku untuk dibaca," ucap Nadia salah satu murid di rumah belajar.
Sumber: www.pppa.or.id
(aww)