Tawa dan Air Mata di Mabit dan Khataman Nasional PPPA Daarul Qur'an
A
A
A
Puluhan kendaraan, mobil dan motor, berjalan menanjak pelan di jalanan berkelok menuju puncak Dlingo, Mangunan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sore hari, satu jam sebelum azan Maghrib berkumandang, seluruh kendaraan terparkir rapi, ratusan santri mulai keluar dari mobil. Koko dan gamis putih para santri segera memenuhi puncak bukit Mangunan.
Ustaz Suryo mulai menyalakanmegaphone, mengomando para santri dan para assatizh (guru) untuk melakukan upacara. Sejenak saja, para santri sudah berbaris rapi membentuk dua kompi besar antara santri putra dan putri atas ''perintah” Ustaz Suryo, lelaki 36 tahun mantanDebt Collectorsejak beberapa tahun silam yang kini berkhidmad menjadi Koordinator Rumah Tahfidz wilayah Yogyakarta.
Upacara dimulai, seluruh peserta menyimak dan mengaminkan amanat pembina upacara. “Bismillah, ini adalah momentum ikhtiar kita semua untuk tetap mendawamkan Tahfizhul Qur'an di Yogyakarta ke depan,” jelas Maulana Kurnia Putra, pimpinan cabang PPPA Daarul Qur'an Yogyakarta.
Upacara sore itu membuka rangkaian event program “Mabit dan Khataman Nasional” dari PPPA Daarul Qur'an. Peserta upacara membubarkan diri dengan rapi setelah lagu Indonesia Raya dan Mars Daarul Qur'an dilantunkan.
“Mabit dan Khataman Nasional” menjadi puncak event program PPPA Daarul Qur'an cabang Yogyakarta. Event ini adalah rangkaian program penyaluran sedekah para donatur pada Ramadan 2017 melalui beberapa programBerbagi Takjil,Khataman Nasional,Berbagi Parcel Nusantara, danRamadan Ceria bersama Mobile Qur'an(MoQu) yang didukung PayTren dan Hajj Chicken.
Romantisme Api Unggun
Ratusan santri serta para assatizh rumah tahfizh berjalan rapi menuju Aula Taman Buah Mangunan untuk berbuka puasa bersama. Dua kardus makanan dan satu gelas sup buah dibawa setiap peserta ke dalam ruang aula. Para santri membentuk kelompok masing-masing, ciri khas santri denganhalaqahnya, mereka khusyuk menikmati hidangan buka puasa dan mengobrol. Riuh tawa pecah sejenak kemudian, beberapa santri sibuk membenahi kopyah hitam yang miring dan sarung yang kedodoran sambil terus mengunyah hidangan berbuka.
Buka puasa bersama ditutup dengan rangkaian salat berjamaah, Tarawih, dan khataman bersama. Ustaz Amru Al Hafidz memberi materi kultum mengenai keutamaan menjadi seorang Muslim. Ada heran sekaligus takzim dari para santri menyimak Ustaz Amru Al Hafidz hingga malam menjelang.
Api unggun mulai dinyalakan Ustaz Suryo, para santri mulai keluar ruang aula menuju tanah lapang mengelilingi api unggun. Angin puncak bukit semilir dingin, hangat api unggun mencipta romantisme tersendiri. Bunda Irya, salah satu pengajar rumah tahfidz, mengisi muhasabah malam itu. "Kalau kita masih jauh dari Alquran, jangan-jangan Alquran lah yang tidak mau bersama kita karena dosa-dosa kita," tegas Bunda Irya kepada para santri.
Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara ledakan-ledakan kecil dari kayu bakar dan isak tangis yang tertahan dari para santri. Bunda Irya menghadirkan penyesalan-penyesalan kepada semua peserta, hati dan raga para santri dipaksa untuk mengakui dosa-dosa. Munajat menutup muhasabah malam bersama redupnya api unggun di puncak bukit Dlingo, Mangunan.
Air Mata Mobile Qur'an
Subuh menjelang, para santri sudah terjaga sejak sepertiga malam. Selepas salat berjamaah, semua peserta duduk memenuhi ruang aula, Kak Puput (trainer Mobile Qur'an) mengkondisikan. Pagi ini, Kak Puput tidak melatih metode menghafal Alqur'an, para santri tahfidz PPPA Daarul Qur'an Yogyakarta telah menghafal 5 sampai 30 juz.
Agenda Mobile Qur'an (MoQu) biasanya ceria, kini terasa haru. Kak Puput lihai mengaduk perasaan para santri. MoQu kali ini dipenuhi air mata. Kak Puput mengajak para santri untuk tetap istiqamah dalam menjaga hafalan Alqur'an. Selalu kembali ke muhasabah, mempertanyakan kembali apa-apa yang telah dilakukan untuk tetap menjaga Kalam Allah SWT. Para santri perlahan terdiam. Muhasabah dan munajat Kak Puput membuat semua peserta terisak.
Menghafal Alqur'an ternyata tidak hanya sekedar pemenuhan target jumlah hafalan, tetapi juga proses menjaga dan mendakwahkannya. Inilah tugas hakiki dari seorang penjaga Alqur'an, berat namun tetap harus dilalui untuk menjadi sebaik-baiknya manusia.
Sumber: www.pppa.or.id
Ustaz Suryo mulai menyalakanmegaphone, mengomando para santri dan para assatizh (guru) untuk melakukan upacara. Sejenak saja, para santri sudah berbaris rapi membentuk dua kompi besar antara santri putra dan putri atas ''perintah” Ustaz Suryo, lelaki 36 tahun mantanDebt Collectorsejak beberapa tahun silam yang kini berkhidmad menjadi Koordinator Rumah Tahfidz wilayah Yogyakarta.
Upacara dimulai, seluruh peserta menyimak dan mengaminkan amanat pembina upacara. “Bismillah, ini adalah momentum ikhtiar kita semua untuk tetap mendawamkan Tahfizhul Qur'an di Yogyakarta ke depan,” jelas Maulana Kurnia Putra, pimpinan cabang PPPA Daarul Qur'an Yogyakarta.
Upacara sore itu membuka rangkaian event program “Mabit dan Khataman Nasional” dari PPPA Daarul Qur'an. Peserta upacara membubarkan diri dengan rapi setelah lagu Indonesia Raya dan Mars Daarul Qur'an dilantunkan.
“Mabit dan Khataman Nasional” menjadi puncak event program PPPA Daarul Qur'an cabang Yogyakarta. Event ini adalah rangkaian program penyaluran sedekah para donatur pada Ramadan 2017 melalui beberapa programBerbagi Takjil,Khataman Nasional,Berbagi Parcel Nusantara, danRamadan Ceria bersama Mobile Qur'an(MoQu) yang didukung PayTren dan Hajj Chicken.
Romantisme Api Unggun
Ratusan santri serta para assatizh rumah tahfizh berjalan rapi menuju Aula Taman Buah Mangunan untuk berbuka puasa bersama. Dua kardus makanan dan satu gelas sup buah dibawa setiap peserta ke dalam ruang aula. Para santri membentuk kelompok masing-masing, ciri khas santri denganhalaqahnya, mereka khusyuk menikmati hidangan buka puasa dan mengobrol. Riuh tawa pecah sejenak kemudian, beberapa santri sibuk membenahi kopyah hitam yang miring dan sarung yang kedodoran sambil terus mengunyah hidangan berbuka.
Buka puasa bersama ditutup dengan rangkaian salat berjamaah, Tarawih, dan khataman bersama. Ustaz Amru Al Hafidz memberi materi kultum mengenai keutamaan menjadi seorang Muslim. Ada heran sekaligus takzim dari para santri menyimak Ustaz Amru Al Hafidz hingga malam menjelang.
Api unggun mulai dinyalakan Ustaz Suryo, para santri mulai keluar ruang aula menuju tanah lapang mengelilingi api unggun. Angin puncak bukit semilir dingin, hangat api unggun mencipta romantisme tersendiri. Bunda Irya, salah satu pengajar rumah tahfidz, mengisi muhasabah malam itu. "Kalau kita masih jauh dari Alquran, jangan-jangan Alquran lah yang tidak mau bersama kita karena dosa-dosa kita," tegas Bunda Irya kepada para santri.
Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara ledakan-ledakan kecil dari kayu bakar dan isak tangis yang tertahan dari para santri. Bunda Irya menghadirkan penyesalan-penyesalan kepada semua peserta, hati dan raga para santri dipaksa untuk mengakui dosa-dosa. Munajat menutup muhasabah malam bersama redupnya api unggun di puncak bukit Dlingo, Mangunan.
Air Mata Mobile Qur'an
Subuh menjelang, para santri sudah terjaga sejak sepertiga malam. Selepas salat berjamaah, semua peserta duduk memenuhi ruang aula, Kak Puput (trainer Mobile Qur'an) mengkondisikan. Pagi ini, Kak Puput tidak melatih metode menghafal Alqur'an, para santri tahfidz PPPA Daarul Qur'an Yogyakarta telah menghafal 5 sampai 30 juz.
Agenda Mobile Qur'an (MoQu) biasanya ceria, kini terasa haru. Kak Puput lihai mengaduk perasaan para santri. MoQu kali ini dipenuhi air mata. Kak Puput mengajak para santri untuk tetap istiqamah dalam menjaga hafalan Alqur'an. Selalu kembali ke muhasabah, mempertanyakan kembali apa-apa yang telah dilakukan untuk tetap menjaga Kalam Allah SWT. Para santri perlahan terdiam. Muhasabah dan munajat Kak Puput membuat semua peserta terisak.
Menghafal Alqur'an ternyata tidak hanya sekedar pemenuhan target jumlah hafalan, tetapi juga proses menjaga dan mendakwahkannya. Inilah tugas hakiki dari seorang penjaga Alqur'an, berat namun tetap harus dilalui untuk menjadi sebaik-baiknya manusia.
Sumber: www.pppa.or.id
(aww)