Kisah Bahlul yang Berani Menasihati Khalifah Harun Ar-Rasyid

Senin, 21 Mei 2018 - 16:26 WIB
Kisah Bahlul yang Berani...
Kisah Bahlul yang Berani Menasihati Khalifah Harun Ar-Rasyid
A A A
Siapa yang tidak kenal dengan istilah “bahlul”? Istilah yang sangat populer dan seringkali diselipkan saat bercanda, mengejek atau menertawakan orang lain. "Ente bahlul, bahlul parah ente!", yang artinya ente bodoh.Namun, siapa sangka, ternyata istilah populer ini sebenarnya diambil dari kisah nyata seorang tokoh yang amat fenomenal. Dia adalah Bahlul, seorang ulama sufi yang dianggap gila oleh masyarakat pada zamannya. Ia hidup pada zaman khilafah Abbasiyah. Tepatnya saat Khalifah Harun Ar-Rasyid berkuasa.
Dikutip dari Kitab Uqala al-Majanin (kebijaksanaan orang-orang gila) diceritakan bahwa suatu ketika di tengah perjalanan, Khalifah Harun Ar-Rasyid bertemu dengan Bahlul. Bahlul yang dianggap gila itu kebetulan sedang duduk merenung di atas kuburan.

Sang Khalifah pun mendekat dan mengawali pembicaraan dengan nada sedikit mengejek. "Hai Bahlul, hai orang gila. Kapan kau sembuh dan bisa berfikir dengan benar?"

Seketika itu Bahlul langsung lari dan naik ke atas pohon. Lalu ia berteriak dengan suara lantang. "Hai Harun, hai orang gila. Kapan kau sembuh dan bisa berfikir dengan benar?".

Kemudian Khalifah Harun pun mendekatinya ke bawah pohon sembari masih menaiki kudanya. Lalu Ia berkata pada Bahlul, "He, aku yang gila atau kamu yang duduk di atas kuburan itu (yang gila)?"

"Kamu yang gila," ujar Bahlul dengan sedikit membentak. "Bagaimana bisa?" jawab Sang Khalifah.

"Karena aku tahu, bahwa itu (sambil menunjuk ke arah istana Khalifah Harun) akan sirna. Dan ini (sambil menunjuk ke arah kuburan) akan abadi. Dan aku pun membangun ini sebelum (masuk) ini. Sedangkan kamu hanya fokus membangun istana dan merobohkan (melupakan) kuburanmu. Kau lebih memilih istanamu daripada kuburanmu, padahal mau nggak mau kuburan adalah tempat kau berpulang!"

"Sekarang katakan padaku, siapa sebenarnya yang gila, aku atau kamu?" lanjut si Bahlul. Jawaban cerdas Bahlul itu pun membuat hati Sang Khalifah tergoncang. Ia mulai menyadari kesalahan berfikirnya. Ia pun menangis tersedu sampai jenggotnya basah dipenuhi air mata.

"Demi Allah, kau benar wahai Bahlul," ujar sang Khalifah dengan nada lembut. "Tambahkan lagi nasihatmu padaku wahai Bahlul!"

"Cukup dengan Kitab Allah, peganglah erat-erat!" kata Bahlul.

"Apa kau punya keperluan atau keinginan, aku akan memenuhinya," ujar Sang Khalifah.

Bahlul pun menjawab iya. "Aku punya tiga keinginan, jika kau memenuhinya aku akan sangat berterima kasih padamu".

"Katakan apa itu," tanya Kahlifah.

"Tambahkan umurku!" kata Bahlul. "Aku tak bisa". jawab Sang Khalifah.

"Lindungi aku dari malaikat pencabut nyawa!" "Aku tak bisa".

"Masukkan aku ke dalam surga, dan jauhkan aku dari api neraka!" "Aku tak bisa," jawab sang khalifah.

Lagi-lagi Sang Khalifah tak mampu memenuhi keinginan Bahlul. Lalu Bahlul, berkata: "Ketahuilah, Kau ini seorang hamba, bukan raja! Maaf, aku tak punya keinginan darimu".

Begitulah kisah menakjubkan dari seorang Bahlul. Kisah ini mengandung hikmah dan pelajaran bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9230 seconds (0.1#10.140)