Kisah Asiyah, Wanita yang Diperlihatkan Surga Saat Disiksa Firaun
A
A
A
Asiyah binti Muzahim adalah satu dari empat perempuan mulia yang menjadi penghuni surga berkat keteguhan imannya. Kisah Asiyah, istri Firaun, raja zalim di zaman Nabi Musa alaihissalam (AS) patut diteladani terutama bagi kaum perempuan.
Kisah Asiyah mempertahankan keimanannya diabadikan Allah Swt dalam Alquran. Allah menceritakan kisahnya dalam Surah Tahrim ayat 11: “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.”
Dalam Kitab Uqudulijain, Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi menceritakan kisah Asiyah yang menjadikan tauhid kepada Allah adalah segalanya. Untuk diketahui, Asiyah binti Muzahim adalah perempuan Bani Israil keturunan para nabi.
Ketika Nabi Musa mengalahkan para tukang sihir Fir’aun, keimanan Asiyah semakin mantap. Keimananya kepada Allah sebenarnya sudah lama tertanam di hatinya. Asiyah menolak menyatakan Fir’aun (suaminya) sebagai Tuhan.Dalam Tafsir Muroh Labid disebutkan bahwa benih-benih iman dalam hati Asiyah mulai tampak ketika ingin mengasuh Nabi Musa yang dihanyutkan di sungai. Saat itu Asiyah memohon kepada suaminya Fir’aun untuk tidak membunuh bayi mungil tersebut. Bahkan ia meminta untuk menjadikannya anak angkat.Asiyah berkata ,“Ia bisa menyenangkan hatiku dan hatimu, maka janganlah kau membunuhnya, karena bayi ini berasal dari negeri lain, bukan Bani Israil. Semoga ia bisa bermanfaat bagi kita”. Fir’aun pun mengabulkannya.
Setelah Nabi Musa tumbuh dewasa dan diangkat sebagai Nabi (utusan Allah), para tukang sihir Firaun berhasil dikalahkannya. Setelah mengetahui kekalahan tukang sihir itu, keimanan Asiyah semakin teguh. Asiyah semakin yakin bahwa ada Dzat yang menciptakan dan mengatur urusan manusia. Bukan Firaun suaminya yang mengaku mampu menghidupkan dan mematikan manusia.
Keimanan Asiyah pun akhirnya diketahui oleh Fir’aun. Setelah mengetahui jelas keimanan istrinya, Fir’aun pun menjatuhkan hukuman dan siksa yang berat. Kedua tangan dan kaki Asiyah diikat. Ia ditelentangkan di atas tanah yang panas, wajahnya dihadapkan ke terik sinar matahari. Manakala para penyiksanya kembali, Malaikat menutup sinar matahari sehingga siksaan itu tidak terasa.
Tak cukup sampai di situ, Fir’aun kembali memerintahkan para algojonya menjatuhkan sebongkah batu besar ke dada Asiyah. Naudzubillah, sungguh siksa yang amat berat dan sangat tidak manusiawi.
Ketika Asiyah melihat batu besar itu hendak dijatuhkan padanya, beliau pun berdoa kepada Allah Swt: ”Robbi Ibnilii ‘Indaka Baitan Fil Jannah. ” Artinya: ”Wahai Allah Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di Surga, (QS At-Tahrim, ayat 11).
Allah Swt pun memperlihatkan sebuah gedung di surga yang terbuat dari marmer berwarna mengkilat. Asiyah sangat bergembira, lalu ruhnya keluar menyusul kemudian barulah batu besar itu dijatuhkan pada tubuhnya. Beliau tidak merasakan sakit karena jasadnya sudah tidak mempunyai nyawa.
Ulama asal Yaman, Syeikh Habib Abdullah Al-Haddad mengatakan, seseorang yang sempurna adalah orang yang mempermudah hak-haknya, tetapi tidak mempermudah (meremehkan) hak-hak Allah. Sebaliknya orang yang kurang sempurna adalah orang yang diketahui berlaku sebaliknya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah SAW juga memuji Asiyah dan tiga perempuan mulia lainnya. Beliau bersabda: “Sebaik-baik wanita penghuni Surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun, dan Maryam binti ‘Imran.”
Kisah Asiyah mempertahankan keimanannya diabadikan Allah Swt dalam Alquran. Allah menceritakan kisahnya dalam Surah Tahrim ayat 11: “Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, istri Fir‘aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.”
Dalam Kitab Uqudulijain, Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi menceritakan kisah Asiyah yang menjadikan tauhid kepada Allah adalah segalanya. Untuk diketahui, Asiyah binti Muzahim adalah perempuan Bani Israil keturunan para nabi.
Ketika Nabi Musa mengalahkan para tukang sihir Fir’aun, keimanan Asiyah semakin mantap. Keimananya kepada Allah sebenarnya sudah lama tertanam di hatinya. Asiyah menolak menyatakan Fir’aun (suaminya) sebagai Tuhan.Dalam Tafsir Muroh Labid disebutkan bahwa benih-benih iman dalam hati Asiyah mulai tampak ketika ingin mengasuh Nabi Musa yang dihanyutkan di sungai. Saat itu Asiyah memohon kepada suaminya Fir’aun untuk tidak membunuh bayi mungil tersebut. Bahkan ia meminta untuk menjadikannya anak angkat.Asiyah berkata ,“Ia bisa menyenangkan hatiku dan hatimu, maka janganlah kau membunuhnya, karena bayi ini berasal dari negeri lain, bukan Bani Israil. Semoga ia bisa bermanfaat bagi kita”. Fir’aun pun mengabulkannya.
Setelah Nabi Musa tumbuh dewasa dan diangkat sebagai Nabi (utusan Allah), para tukang sihir Firaun berhasil dikalahkannya. Setelah mengetahui kekalahan tukang sihir itu, keimanan Asiyah semakin teguh. Asiyah semakin yakin bahwa ada Dzat yang menciptakan dan mengatur urusan manusia. Bukan Firaun suaminya yang mengaku mampu menghidupkan dan mematikan manusia.
Keimanan Asiyah pun akhirnya diketahui oleh Fir’aun. Setelah mengetahui jelas keimanan istrinya, Fir’aun pun menjatuhkan hukuman dan siksa yang berat. Kedua tangan dan kaki Asiyah diikat. Ia ditelentangkan di atas tanah yang panas, wajahnya dihadapkan ke terik sinar matahari. Manakala para penyiksanya kembali, Malaikat menutup sinar matahari sehingga siksaan itu tidak terasa.
Tak cukup sampai di situ, Fir’aun kembali memerintahkan para algojonya menjatuhkan sebongkah batu besar ke dada Asiyah. Naudzubillah, sungguh siksa yang amat berat dan sangat tidak manusiawi.
Ketika Asiyah melihat batu besar itu hendak dijatuhkan padanya, beliau pun berdoa kepada Allah Swt: ”Robbi Ibnilii ‘Indaka Baitan Fil Jannah. ” Artinya: ”Wahai Allah Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di Surga, (QS At-Tahrim, ayat 11).
Allah Swt pun memperlihatkan sebuah gedung di surga yang terbuat dari marmer berwarna mengkilat. Asiyah sangat bergembira, lalu ruhnya keluar menyusul kemudian barulah batu besar itu dijatuhkan pada tubuhnya. Beliau tidak merasakan sakit karena jasadnya sudah tidak mempunyai nyawa.
Ulama asal Yaman, Syeikh Habib Abdullah Al-Haddad mengatakan, seseorang yang sempurna adalah orang yang mempermudah hak-haknya, tetapi tidak mempermudah (meremehkan) hak-hak Allah. Sebaliknya orang yang kurang sempurna adalah orang yang diketahui berlaku sebaliknya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah SAW juga memuji Asiyah dan tiga perempuan mulia lainnya. Beliau bersabda: “Sebaik-baik wanita penghuni Surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun, dan Maryam binti ‘Imran.”
(rhs)