Tradisi Lebaran di Negeri Sungai Nil
A
A
A
Ustaz Dr Miftah el-Banjary
Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran Kebahasaan Alumni Jami’ah Dual Arabiyah Mesir
Hari Raya Ied merupakan hari kemenangan yang dirayakan kaum muslimin di seluruh belahan dunia, salah satunya di negeri Sungai Nil, Mesir. Sebagaimana tradisi lebaran pada umumnya, pelaksanan salat Ied di Mesir lebih awal dari Indonesia. Biasanya penduduk Mesir, seperti di Kairo sudah memulai salat Ied dari pukul 6 pagi dan sudah berakhir pada pukul 7 pagi di masjid atau lapangan terbuka.
Meskipun usai salat Ied, pada umumnya ada tradisi silaturahmi lebaran bagi sesama orang Mesir, namun nuansanya tidak semeriah di Tanah air. Boleh dikatakan, suasana lebaran di sana sepi. Tidak ada arus mudik sebagaimana yang menjadi tradisi lebaran di Indonesia. Justru, bagi mereka tradisi pulang kampung itu berlangsung pada hari raya Ied Adha.
Tidak ada aneka makanan khas di saat lebaran, melainkan mereka biasa hanya menghidangkan halawiyat (sejenis manisan) dan mukhallal (sejenis asinan buah-buahan dengan campuran cuka). Dan tidak ada acara khusus yang menarik, kecuali kebanyakan mereka lebih suka bersantai di taman-taman menikmati pepohonan hijau sambil bersantap makanan bersama keluarga.
Bagi orang Mesir, keramaian di saat berlebaran itu terlalu penting. Hal terpenting bagi mereka adalah saling mengucapkan doa dan harapan agar tahun selanjutnya menjadi lebih baik. Mereka biasa mengucapkan ucapan “Kullu sanah wa antum thayyib. Semoga setiap tahun Anda dalam keadaan baik.”
Begitu pun masyarakat Indonesia yang berada di Mesir pun biasa melaksanakan salat Ied secara bersama-sama yang diselenggarakan oleh KBRI bekerja sama dengan PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) Mesir. Acara lebaran bersama biasanya dipusatkan di Masjid as-Salam di Nasr City yang dimulai sejak pukul 8 hingga pukul 9 pagi.
Usai salat Ied, KBRI biasanya akan membuka acara “Open House” sebagai wadah silaturahmi bagi masyarakat Indonesia di Mesir. Tempat diadakannya Open House tersebut, kadang di Masjid As-Salam dan terkadang pula di KBRI Cairo di kawasan Garden City. Acaranya hanya sekadar bersilaturahmi menikmati hidangan makanan dan minuman khas Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia.
Hal menarik, jika acara tersebut diadakan di KBRI, para mahasiswa yang datang dari berbagai tempat untuk menghadiri acara open house tersebut akan kembali menyaksikan dan menikmati keindahan panorama Sungai Nil. Gedung KBRI Cairo terletak di kawasan kantor kedutaan besar negara-negara sahabat yang tidak jauh dari sepanjang aliran Sungai Nil.
Berlebaran sembari menikmati keindahan panorama sungai Nil bersama-sama kawan seperantauan di negeri orang memang bisa menjadi penghibur di kala jauh dari orang tua dan keluarga. Pada malam harinya, para pengunjung bisa menikmati keindahan lampu yang gemerlapan atau menaiki kapal perahu yang membawa pengunjung mengelilingi sungai Nil di tengah gemerlap cahaya gedung-gedung di pinggiran sungai Nil.
Bagi mahasiswa Indonesia yang memilih tempat tinggal di flat atau asrama, biasanya mereka akan memasak khas masakan Nusantara, seperti bakso, mie ayam, rawon, sate ayam, soto dan masakan lainnya dari daerah mereka masing-masing.
Seperti contohnya, bagi para mahasiswa dari Banjar yang berada di asrama KMKM (Kekeluargaan Mahasiswa Kalimantan Mesir) biasanya mereka akan membuat Soto Banjar sebagai masakan khas yang bisa mengobati rasa rindu terhadap banua kampung halaman mereka. Begitulah cara mereka menikmati suasana berlebaran agar tetap bahagia dan bermakna, meski jauh dari keluarga dan Tanah air tercinta.
Pakar Ilmu Linguistik Arab & Tafsir Alquran Kebahasaan Alumni Jami’ah Dual Arabiyah Mesir
Hari Raya Ied merupakan hari kemenangan yang dirayakan kaum muslimin di seluruh belahan dunia, salah satunya di negeri Sungai Nil, Mesir. Sebagaimana tradisi lebaran pada umumnya, pelaksanan salat Ied di Mesir lebih awal dari Indonesia. Biasanya penduduk Mesir, seperti di Kairo sudah memulai salat Ied dari pukul 6 pagi dan sudah berakhir pada pukul 7 pagi di masjid atau lapangan terbuka.
Meskipun usai salat Ied, pada umumnya ada tradisi silaturahmi lebaran bagi sesama orang Mesir, namun nuansanya tidak semeriah di Tanah air. Boleh dikatakan, suasana lebaran di sana sepi. Tidak ada arus mudik sebagaimana yang menjadi tradisi lebaran di Indonesia. Justru, bagi mereka tradisi pulang kampung itu berlangsung pada hari raya Ied Adha.
Tidak ada aneka makanan khas di saat lebaran, melainkan mereka biasa hanya menghidangkan halawiyat (sejenis manisan) dan mukhallal (sejenis asinan buah-buahan dengan campuran cuka). Dan tidak ada acara khusus yang menarik, kecuali kebanyakan mereka lebih suka bersantai di taman-taman menikmati pepohonan hijau sambil bersantap makanan bersama keluarga.
Bagi orang Mesir, keramaian di saat berlebaran itu terlalu penting. Hal terpenting bagi mereka adalah saling mengucapkan doa dan harapan agar tahun selanjutnya menjadi lebih baik. Mereka biasa mengucapkan ucapan “Kullu sanah wa antum thayyib. Semoga setiap tahun Anda dalam keadaan baik.”
Begitu pun masyarakat Indonesia yang berada di Mesir pun biasa melaksanakan salat Ied secara bersama-sama yang diselenggarakan oleh KBRI bekerja sama dengan PPMI (Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia) Mesir. Acara lebaran bersama biasanya dipusatkan di Masjid as-Salam di Nasr City yang dimulai sejak pukul 8 hingga pukul 9 pagi.
Usai salat Ied, KBRI biasanya akan membuka acara “Open House” sebagai wadah silaturahmi bagi masyarakat Indonesia di Mesir. Tempat diadakannya Open House tersebut, kadang di Masjid As-Salam dan terkadang pula di KBRI Cairo di kawasan Garden City. Acaranya hanya sekadar bersilaturahmi menikmati hidangan makanan dan minuman khas Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia.
Hal menarik, jika acara tersebut diadakan di KBRI, para mahasiswa yang datang dari berbagai tempat untuk menghadiri acara open house tersebut akan kembali menyaksikan dan menikmati keindahan panorama Sungai Nil. Gedung KBRI Cairo terletak di kawasan kantor kedutaan besar negara-negara sahabat yang tidak jauh dari sepanjang aliran Sungai Nil.
Berlebaran sembari menikmati keindahan panorama sungai Nil bersama-sama kawan seperantauan di negeri orang memang bisa menjadi penghibur di kala jauh dari orang tua dan keluarga. Pada malam harinya, para pengunjung bisa menikmati keindahan lampu yang gemerlapan atau menaiki kapal perahu yang membawa pengunjung mengelilingi sungai Nil di tengah gemerlap cahaya gedung-gedung di pinggiran sungai Nil.
Bagi mahasiswa Indonesia yang memilih tempat tinggal di flat atau asrama, biasanya mereka akan memasak khas masakan Nusantara, seperti bakso, mie ayam, rawon, sate ayam, soto dan masakan lainnya dari daerah mereka masing-masing.
Seperti contohnya, bagi para mahasiswa dari Banjar yang berada di asrama KMKM (Kekeluargaan Mahasiswa Kalimantan Mesir) biasanya mereka akan membuat Soto Banjar sebagai masakan khas yang bisa mengobati rasa rindu terhadap banua kampung halaman mereka. Begitulah cara mereka menikmati suasana berlebaran agar tetap bahagia dan bermakna, meski jauh dari keluarga dan Tanah air tercinta.
(rhs)