Kisah Perempuan yang Selalu Berbicara dengan Bahasa Alquran
A
A
A
Dalam Kitab Syarah ‘Uqudullijain karya Syekh Muhammad bin Umar An-Nawawi diceritakan banyak kisah-kisah para Nabi, aulia dan perempuan salehah. Ada satu kisah menarik seorang perempuan yang ‘tersesat’ tidak berbicara kecuali dengan menggunakan bahasa dan ayat Alquran.
Dikisahkan, Abdullah Alwasiti bercerita pernah di Arafah ia melihat seorang perempuan berkata: “Barang siapa mendapat petunjuk Allah maka takkan ada yang dapat menyesatkanya, Barang siapa disesatkan Allah maka tidak ada orang yang akan menunjukinya”. (Baca Juga: Kisah Perempuan Salehah yang Berjihad Menafkahkan Hartanya)
Abdullah Alwasiti menyadari bahwa perempuan itu seorang yang tersesat di jalan. Dia pun bertanya. ”Wahai perempuan dari mana asalmu?”. Si perempuan menjawab (yang artinya): “Maha Suci Allah Dzat yang telah meng-Isra’kan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho.
Menurut Abdullah perempuan itu berasal dari Muqodas. Dia pun bertanya: ”Untuk keperluan apa kedatanganmu kemari?” Perempuan itu menjawab: ”Diwajibkan oleh Allah atas manusia menunaikan haji bagi orang yang mampu menempuh perjalananya”.
Abdullah Alwasiti bertanya: ”Kau punya suami?” Perempuan itu menjawab: ”Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan dengan masalah itu!”.
”Apa kau bersedia naik unta ?” Tanya Abdullah Alwasiti. Perempuan itu menjawab: ”Perkara apa saja dari kebaikan yang kamu kerjakan maka Allah mengetahuinya”.
Ketika perempuan itu hendak menaiki kuda, ia berkata: ”Katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar menundukkan pandangan mereka!”.
Maka akupun berpaling dari memandanginya. Setelah berada di punggung kendaraan kembali aku bertanya: ”Siapa namamu?” tanya Abdullah Alwasiti.
“Ceritakanlah kisah Maryam di dalam Alqur’an?” jawab perempuan itu. “Kau punya anak?” ia menjawab: “Berwasiatlah Ibrahim dengan milat itu kepada anak-anaknya dan Yaqub”.
Abdullah Alwasiti berusaha mengerti bahwa perempuan itu mempunyai beberapa anak. Dia pun melanjutkan pertanyaan: ”Siapa nama mereka? Sang perempuan itu menjawab: ”Dan Allah berfirman kepada Musa dengan firman-firman-Nya dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih (pilihan). Hai Dawud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi”. (jadi nama anak-anak mereka adalah Musa, Ibrahim, dan Dawud).
Abdullah Alwasiti bertanya lagi: ”Ke daerah mana aku dapat menjumpai mereka?” Perempuan itu menjawab: “Dan beberapa tanda, dengan bintang mereka diberi petunjuk jalan”.
Abdullah Alwasiti pun mengerti bahwa perempuan itu termasuk salah seorang yang ada dalam rombongan pengendara unta. Dia melanjutkan pertanyaan: ”Mariam beberapa hari ini kau belum makan apa-apa?” ia menjawab: ”Sesungguhnya aku bernadzar kepada Tuhan Arrahman untuk berpuasa.”
Ketika Abdullah Alwasiti telah sampai ke tempat anak-anaknya dan mereka melihat ibunda mereka menangis seketika, perempuan itu berkata: ”Salah seorang di antara kamu pergilah ke kota dengan membawa uang untuk berbelanja”.
Aku bertanya kepada anak-anaknya tentang ibundanya itu. Mereka menjawab “Sesungguhnya dia sudah tiga hari ini tersesat jalan. Ia bernadzar tidak akan berbicara apa-apa kecuali menggunakan bahasa Alqur’an.” Setelah itu Abdullah Alwasiti bertanya kepada mereka, begitu melihat bahwa mereka menangis semua.
Mereka menjawab: ”Sesungguhnya ia dalam keadaan nadzar”. Maka akupun buru-buru masuk menjumpainya dan bertanya kepadanya mengenai keadaan yang dialami. Perempuan itu menjawab: ”Dan sakaratul maut datang dengan nyata”.
Setelah kematiannya, malamnya Abdullah Alwasiti bermimpi bertemu dengan perempuan itu. Abdullah Alwasiti bertanya: ”Dimana kamu sekarang?” Perempuan itu menjawab: ”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa ditempatkan dalam surga dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang Maha Kuasa.”
Demikian kisah perempuan bernazar dengan bahasa Alquran yang penuh hikmah. Terdapat isyarat bahwa setiap orang yang bertakwa akan mendapat kesenangan di sisi Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: ”Sesungguhnya istri yang mentaati suaminya dimohonkan ampunan oleh burung-burung yang terbang di udara, ikan-ikan yang ada di air dan para Malaikat yang ada di langit, selagi istri itu berada dalam keridhoan suaminya”.
Dikisahkan, Abdullah Alwasiti bercerita pernah di Arafah ia melihat seorang perempuan berkata: “Barang siapa mendapat petunjuk Allah maka takkan ada yang dapat menyesatkanya, Barang siapa disesatkan Allah maka tidak ada orang yang akan menunjukinya”. (Baca Juga: Kisah Perempuan Salehah yang Berjihad Menafkahkan Hartanya)
Abdullah Alwasiti menyadari bahwa perempuan itu seorang yang tersesat di jalan. Dia pun bertanya. ”Wahai perempuan dari mana asalmu?”. Si perempuan menjawab (yang artinya): “Maha Suci Allah Dzat yang telah meng-Isra’kan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho.
Menurut Abdullah perempuan itu berasal dari Muqodas. Dia pun bertanya: ”Untuk keperluan apa kedatanganmu kemari?” Perempuan itu menjawab: ”Diwajibkan oleh Allah atas manusia menunaikan haji bagi orang yang mampu menempuh perjalananya”.
Abdullah Alwasiti bertanya: ”Kau punya suami?” Perempuan itu menjawab: ”Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan dengan masalah itu!”.
”Apa kau bersedia naik unta ?” Tanya Abdullah Alwasiti. Perempuan itu menjawab: ”Perkara apa saja dari kebaikan yang kamu kerjakan maka Allah mengetahuinya”.
Ketika perempuan itu hendak menaiki kuda, ia berkata: ”Katakanlah kepada orang-orang yang beriman agar menundukkan pandangan mereka!”.
Maka akupun berpaling dari memandanginya. Setelah berada di punggung kendaraan kembali aku bertanya: ”Siapa namamu?” tanya Abdullah Alwasiti.
“Ceritakanlah kisah Maryam di dalam Alqur’an?” jawab perempuan itu. “Kau punya anak?” ia menjawab: “Berwasiatlah Ibrahim dengan milat itu kepada anak-anaknya dan Yaqub”.
Abdullah Alwasiti berusaha mengerti bahwa perempuan itu mempunyai beberapa anak. Dia pun melanjutkan pertanyaan: ”Siapa nama mereka? Sang perempuan itu menjawab: ”Dan Allah berfirman kepada Musa dengan firman-firman-Nya dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih (pilihan). Hai Dawud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi”. (jadi nama anak-anak mereka adalah Musa, Ibrahim, dan Dawud).
Abdullah Alwasiti bertanya lagi: ”Ke daerah mana aku dapat menjumpai mereka?” Perempuan itu menjawab: “Dan beberapa tanda, dengan bintang mereka diberi petunjuk jalan”.
Abdullah Alwasiti pun mengerti bahwa perempuan itu termasuk salah seorang yang ada dalam rombongan pengendara unta. Dia melanjutkan pertanyaan: ”Mariam beberapa hari ini kau belum makan apa-apa?” ia menjawab: ”Sesungguhnya aku bernadzar kepada Tuhan Arrahman untuk berpuasa.”
Ketika Abdullah Alwasiti telah sampai ke tempat anak-anaknya dan mereka melihat ibunda mereka menangis seketika, perempuan itu berkata: ”Salah seorang di antara kamu pergilah ke kota dengan membawa uang untuk berbelanja”.
Aku bertanya kepada anak-anaknya tentang ibundanya itu. Mereka menjawab “Sesungguhnya dia sudah tiga hari ini tersesat jalan. Ia bernadzar tidak akan berbicara apa-apa kecuali menggunakan bahasa Alqur’an.” Setelah itu Abdullah Alwasiti bertanya kepada mereka, begitu melihat bahwa mereka menangis semua.
Mereka menjawab: ”Sesungguhnya ia dalam keadaan nadzar”. Maka akupun buru-buru masuk menjumpainya dan bertanya kepadanya mengenai keadaan yang dialami. Perempuan itu menjawab: ”Dan sakaratul maut datang dengan nyata”.
Setelah kematiannya, malamnya Abdullah Alwasiti bermimpi bertemu dengan perempuan itu. Abdullah Alwasiti bertanya: ”Dimana kamu sekarang?” Perempuan itu menjawab: ”Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa ditempatkan dalam surga dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang Maha Kuasa.”
Demikian kisah perempuan bernazar dengan bahasa Alquran yang penuh hikmah. Terdapat isyarat bahwa setiap orang yang bertakwa akan mendapat kesenangan di sisi Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: ”Sesungguhnya istri yang mentaati suaminya dimohonkan ampunan oleh burung-burung yang terbang di udara, ikan-ikan yang ada di air dan para Malaikat yang ada di langit, selagi istri itu berada dalam keridhoan suaminya”.
(rhs)