3 Macam Kisah dalam Al-Qur'an dan 4 Hikmahnya
loading...
A
A
A
Ada tiga macam kisah dalam Al-Qur'an . Pertama, kisah-kisah Nabi terdahulu, mencakup tentang sepak terjang dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat yang Allah berikan kepada mereka, para penentang dakwahnya, serta perjalanan dan perkembangan dakwah mereka.
Kedua, kisah-kisah yang menceritakan peristiwa-peristiwa terdahulu serta sosok-sosok yang tidak termasuk nabi. Seperti, perawan suci Maryam yang melahirkan Nabi Isa as.
Ketiga, kisah-kisah yang terkait peristiwa pada zaman Nabi saw. Seperti, perang Badar, dan perang Uhud dalam Surah Ali Imran, dan lain-lain.
Syaikh Manna’ al-Qaththan, dalam kitab berjudul "Mabahits fi Ulum Al-Quran", adanya kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur'an itu mempunyai beberapa tujuan atau hikmah.
Pertama, dari adanya kisah Al-Qur'an ialah sebagai bukti kesamaan misi dakwah Al-Qur'an dengan Nabi terdahulu. Di dalam kitab-kitab Nabi terdahulu itu tertulis informasi tentang datangnya Nabi terakhir. Tetapi sangat disayangkan, fakta ini sengaja disembunyikan, bahkan hal ini dilakukan oleh para pemuka agamanya sendiri.
Penceritaan kisah-kisah adalah sebagai bentuk untuk memperlihatkan bahwa apa yang dibawa Nabi SAW dan nabi-nabi sebelumnya sama. Yakni, mengajak umat manusia untuk menyembah Tuhan yang Esa. Jika kisah-kisah nabi sebelumnya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, bagaimana bisa para pembaca mengetahui kesamaan misi dakwahnya.
Kedua, bahwa kisah dalam Al-Qur'an memantapkan hati Nabi SAW dan umatnya atas agama. Hal ini digambarkan dengan perjuangan Nabi dan umat Islam dalam berdakwah dan menyebarkan agama Allah ini dengan berbagai penolakan bahkan siksaan yang dialami mereka. Maka untuk menghadapi itu dibutuhkan keimanan yang kuat dan spirit (semangat) yang dapat menjadikan hati mereka untuk mengobarkan cahaya keimanan.
Beratnya medan juang juga dirasakan oleh para utusan terdahulu. Intimidasi terhadap umat yang beriman juga pernah dialami oleh umat terdahulu juga. Namun, hal itu hanya sebagai cobaan saja, karena kemenangan akan tercapai cepat atau lambat dan kebatilan akan segera sirna.
Ketiga, bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur'an membenarkan kenabian sekaligus mengenang jasa Nabi terdahulu. Ini dapat kita amati dari hadis yang menyebutkan bahwa kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkan hamba-hamba-Nya dan meminta pertanggung jawaban masing-masing mereka.
Di lain sisi, kisah Al-Qur'an juga membuktikan kebenarkan dakwah Nabi SAW. Keberadan kisah-kisah dapat menjadi bukti kebenaran Nabi karena melihat faktor bahwa Nabi tidak pernah belajar sejarah dari seorang pun. Namun demikian, kevalidan cerita-cerita yang disampaikannya dapat dibuktikan secara ilmiah di masa-masa modern walaupun orang-orang tidak percaya kepada beliau, menganggap apa yang dibawa oleh nabi sebagai sesuatu yang mengada-ada, bahkan menuduh Nabi sebagai orang yang tidak waras (gila).
Keempat, kisah-kisah dalam Al-Qur'an juga dapat menjadi bantahan bagi ahli kitab yang menghilangkan fakta-fakta kebenaran. Hal ini berangkat dari klaim-klaim ahli kitab yang kebanyakan mengada-ada, ataupun merekayasa suatu hal. Seperti, halnya mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah, begitupun sebaliknya.
Tidak hanya itu, kisah Al-Qur'an juga dapat berfungsi sebagai sarana pembelajaran yang efektif. Seperti diungkap sebelumnya, bahwa sebuah kisah itu merupakan salah satu bentuk kesusastraan yang dapat memancing perhatian pendengar dan lebih efektif menanamkan sebuah ajaran ke dalam hati. Berkisah ini telah menjadi salah satu sarana dan metode dalam pendidikan yang efektif dalam pembelajaran.
Kedua, kisah-kisah yang menceritakan peristiwa-peristiwa terdahulu serta sosok-sosok yang tidak termasuk nabi. Seperti, perawan suci Maryam yang melahirkan Nabi Isa as.
Ketiga, kisah-kisah yang terkait peristiwa pada zaman Nabi saw. Seperti, perang Badar, dan perang Uhud dalam Surah Ali Imran, dan lain-lain.
Syaikh Manna’ al-Qaththan, dalam kitab berjudul "Mabahits fi Ulum Al-Quran", adanya kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur'an itu mempunyai beberapa tujuan atau hikmah.
Pertama, dari adanya kisah Al-Qur'an ialah sebagai bukti kesamaan misi dakwah Al-Qur'an dengan Nabi terdahulu. Di dalam kitab-kitab Nabi terdahulu itu tertulis informasi tentang datangnya Nabi terakhir. Tetapi sangat disayangkan, fakta ini sengaja disembunyikan, bahkan hal ini dilakukan oleh para pemuka agamanya sendiri.
Penceritaan kisah-kisah adalah sebagai bentuk untuk memperlihatkan bahwa apa yang dibawa Nabi SAW dan nabi-nabi sebelumnya sama. Yakni, mengajak umat manusia untuk menyembah Tuhan yang Esa. Jika kisah-kisah nabi sebelumnya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, bagaimana bisa para pembaca mengetahui kesamaan misi dakwahnya.
Kedua, bahwa kisah dalam Al-Qur'an memantapkan hati Nabi SAW dan umatnya atas agama. Hal ini digambarkan dengan perjuangan Nabi dan umat Islam dalam berdakwah dan menyebarkan agama Allah ini dengan berbagai penolakan bahkan siksaan yang dialami mereka. Maka untuk menghadapi itu dibutuhkan keimanan yang kuat dan spirit (semangat) yang dapat menjadikan hati mereka untuk mengobarkan cahaya keimanan.
Beratnya medan juang juga dirasakan oleh para utusan terdahulu. Intimidasi terhadap umat yang beriman juga pernah dialami oleh umat terdahulu juga. Namun, hal itu hanya sebagai cobaan saja, karena kemenangan akan tercapai cepat atau lambat dan kebatilan akan segera sirna.
Baca Juga
Ketiga, bahwa kisah-kisah dalam Al-Qur'an membenarkan kenabian sekaligus mengenang jasa Nabi terdahulu. Ini dapat kita amati dari hadis yang menyebutkan bahwa kelak di hari kiamat Allah akan mengumpulkan hamba-hamba-Nya dan meminta pertanggung jawaban masing-masing mereka.
Di lain sisi, kisah Al-Qur'an juga membuktikan kebenarkan dakwah Nabi SAW. Keberadan kisah-kisah dapat menjadi bukti kebenaran Nabi karena melihat faktor bahwa Nabi tidak pernah belajar sejarah dari seorang pun. Namun demikian, kevalidan cerita-cerita yang disampaikannya dapat dibuktikan secara ilmiah di masa-masa modern walaupun orang-orang tidak percaya kepada beliau, menganggap apa yang dibawa oleh nabi sebagai sesuatu yang mengada-ada, bahkan menuduh Nabi sebagai orang yang tidak waras (gila).
Keempat, kisah-kisah dalam Al-Qur'an juga dapat menjadi bantahan bagi ahli kitab yang menghilangkan fakta-fakta kebenaran. Hal ini berangkat dari klaim-klaim ahli kitab yang kebanyakan mengada-ada, ataupun merekayasa suatu hal. Seperti, halnya mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah, begitupun sebaliknya.
Tidak hanya itu, kisah Al-Qur'an juga dapat berfungsi sebagai sarana pembelajaran yang efektif. Seperti diungkap sebelumnya, bahwa sebuah kisah itu merupakan salah satu bentuk kesusastraan yang dapat memancing perhatian pendengar dan lebih efektif menanamkan sebuah ajaran ke dalam hati. Berkisah ini telah menjadi salah satu sarana dan metode dalam pendidikan yang efektif dalam pembelajaran.
(mhy)