Puasa Ramadhan Itu Menata Hati
A
A
A
Imam Shamsi Ali
Presiden Nusantara Foundation
Warna hidup manusia itu terbentuk oleh suasana hatinya. Segala gerak-gerik hidupnya adalah gambaran dari suasana hati. Dan karenanya hati adalah penentu hitam putih, sehat sakitnya prilaku manusia.
Hakikat inilah yang digambarkan secara sederhana oleh Rasulullah SAW: "Sungguh dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, yang jika baik, baiklah seluruh anggota tubuhnya. Tapi jika rusak, maka rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Itulah hati" (Al-hadits).
Berbagai kerusakan yang digambarkan oleh Alqur'an: "Nampak berbagai kerusakan di darat dan di laut karena tangan-tangan manusia". (Baca Juga: Puasa Itu Kunci Terkabulnya Doa)
Tangan-tangan itu bergerak sesuai arahan motivasi manusia. Dan motivasi atau dorongan itu komandonya ada pada hati manusia. Di sinilah rahasianya kenapa puasa menjadi sangat relevan dan urgen dalam membentuk karakter.
Ada Dua Alasan Utama
Pertama, karena puasa adalah bentuk ibadah yang bersentuhan langsung dengan "kata hati" yang paling dalam. Berpuasa itu adalah melakukan sebuah amalam yang benar-benar terbebas dari intervensi pihak ketiga. Interaksi yang terjadi hanya antara pelaku dan Allah SWT. Maka puasa mengikat hati dengan sang Khalik secara langsung dan mendalam (intimate). Dengan ikatan itu hati menjadi lebih subur dan sehat.
Kedua, hati itu alaminya bersih dan esensinya kesucian (fitrah). Akan tetapi Allah juga menciptakan satu elemen dalam kehidupan manusia yan sangat diperlukan untuk menjalankan fungsi kekhilafahan (untuk membangun dunia). Tapi di sisi lain jika tidak dikontrol dengan baik akan menjadi pintu kerusakan hidup. Itulah hawa nafsu manusia.
Kerusakan pertama yang akan dilakukan oleh hawa nafsu yang tidak terkontrol adalah merusak kesucian hati manusia itu sendiri. Dan ketika hati telah terkontaminasi maka hati itu tidak lagi mampu memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah.
Oleh karena puasa yang esensinya adalah menahan diri dari ganasnya dorongan hawa nafsu menjadi benteng penjagaan hati. Makna puasa sebagai "junnah" (shield) terutama adalah menjaga hati dari najis-najis hawa nafsu.
Jelaslah sudah bahwa puasa adalah wahana terbaik untuk menata hati manusia. Melalui "mujahadah" melawan godaan hawa nafsu buruk, hati merasakan kebersamaan dengan Allah.
Jika kebersamaan itu telah hadir, maka hati menjadi lembut, merasakan ketentraman dengannya (dzikrullah). Menjadi terdorong untuk melakukan kebaikan dan sensitif dengan keburukan-keburukan.
Hati yang kuat dan sehat akan tegar menghadapi tantangan-tantangan dan godaan-godaan hidup. Inilah salah satu makna Sabda baginda: "ketika Ramadan telah tiba 'pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan terikat (shuffidat)" (Al-hadits).
Syetan-syetan terikat bukan karena tidak mampu menggoda. Melainkan karena manusia yang hatinya merasakan kedekatan itu tidak akan tergoda. (Baca Juga: Puasa Itu Membangun Keseimbangan)
Apalagi puasa merupakan ibadah yang nilai ikhlasnya sangat tinggi. Dan keikhlasan ini merupakan senjata yang paling ampuh untuk mengalahkan syetan. "Semua akan saya goda kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas" (Alqur'an).
Dan pada hari Kiamat nanti hanya dengan hati yang suci (qalbun saliim), akan menghadap Tuhannya dengan aman. "Di hari di mana harta benda dan anak-anak tidak lagi berguna. Kecuali siapa yang datang menghadap Allah dengan hati yang sehat (saliim).
Bahkan dengan hati yang sehat dan bersih inilah keridhoan Allah akan diraih dan dengannya pula akan masuk ke dalam syurga. "ahai jiwa yang tenang, kembalilah kamu ke Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi. Masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam syurgaKu". (Alqur'an).
Oleh karena itu di bulan yang penuh barokah ini, mari menata dan merajut hati. Lakukan pembersihan hati melalui puasa yang sesungguhnya. Puasa yang esensinya koneksi dekat dengan Allah. Dan dengan puasa seorang hamba mampu menata hidup jauh najis-najis kehidupan yang dapat mengotori hati. Semoga!
Presiden Nusantara Foundation
Warna hidup manusia itu terbentuk oleh suasana hatinya. Segala gerak-gerik hidupnya adalah gambaran dari suasana hati. Dan karenanya hati adalah penentu hitam putih, sehat sakitnya prilaku manusia.
Hakikat inilah yang digambarkan secara sederhana oleh Rasulullah SAW: "Sungguh dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, yang jika baik, baiklah seluruh anggota tubuhnya. Tapi jika rusak, maka rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Itulah hati" (Al-hadits).
Berbagai kerusakan yang digambarkan oleh Alqur'an: "Nampak berbagai kerusakan di darat dan di laut karena tangan-tangan manusia". (Baca Juga: Puasa Itu Kunci Terkabulnya Doa)
Tangan-tangan itu bergerak sesuai arahan motivasi manusia. Dan motivasi atau dorongan itu komandonya ada pada hati manusia. Di sinilah rahasianya kenapa puasa menjadi sangat relevan dan urgen dalam membentuk karakter.
Ada Dua Alasan Utama
Pertama, karena puasa adalah bentuk ibadah yang bersentuhan langsung dengan "kata hati" yang paling dalam. Berpuasa itu adalah melakukan sebuah amalam yang benar-benar terbebas dari intervensi pihak ketiga. Interaksi yang terjadi hanya antara pelaku dan Allah SWT. Maka puasa mengikat hati dengan sang Khalik secara langsung dan mendalam (intimate). Dengan ikatan itu hati menjadi lebih subur dan sehat.
Kedua, hati itu alaminya bersih dan esensinya kesucian (fitrah). Akan tetapi Allah juga menciptakan satu elemen dalam kehidupan manusia yan sangat diperlukan untuk menjalankan fungsi kekhilafahan (untuk membangun dunia). Tapi di sisi lain jika tidak dikontrol dengan baik akan menjadi pintu kerusakan hidup. Itulah hawa nafsu manusia.
Kerusakan pertama yang akan dilakukan oleh hawa nafsu yang tidak terkontrol adalah merusak kesucian hati manusia itu sendiri. Dan ketika hati telah terkontaminasi maka hati itu tidak lagi mampu memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah.
Oleh karena puasa yang esensinya adalah menahan diri dari ganasnya dorongan hawa nafsu menjadi benteng penjagaan hati. Makna puasa sebagai "junnah" (shield) terutama adalah menjaga hati dari najis-najis hawa nafsu.
Jelaslah sudah bahwa puasa adalah wahana terbaik untuk menata hati manusia. Melalui "mujahadah" melawan godaan hawa nafsu buruk, hati merasakan kebersamaan dengan Allah.
Jika kebersamaan itu telah hadir, maka hati menjadi lembut, merasakan ketentraman dengannya (dzikrullah). Menjadi terdorong untuk melakukan kebaikan dan sensitif dengan keburukan-keburukan.
Hati yang kuat dan sehat akan tegar menghadapi tantangan-tantangan dan godaan-godaan hidup. Inilah salah satu makna Sabda baginda: "ketika Ramadan telah tiba 'pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syetan-syetan terikat (shuffidat)" (Al-hadits).
Syetan-syetan terikat bukan karena tidak mampu menggoda. Melainkan karena manusia yang hatinya merasakan kedekatan itu tidak akan tergoda. (Baca Juga: Puasa Itu Membangun Keseimbangan)
Apalagi puasa merupakan ibadah yang nilai ikhlasnya sangat tinggi. Dan keikhlasan ini merupakan senjata yang paling ampuh untuk mengalahkan syetan. "Semua akan saya goda kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas" (Alqur'an).
Dan pada hari Kiamat nanti hanya dengan hati yang suci (qalbun saliim), akan menghadap Tuhannya dengan aman. "Di hari di mana harta benda dan anak-anak tidak lagi berguna. Kecuali siapa yang datang menghadap Allah dengan hati yang sehat (saliim).
Bahkan dengan hati yang sehat dan bersih inilah keridhoan Allah akan diraih dan dengannya pula akan masuk ke dalam syurga. "ahai jiwa yang tenang, kembalilah kamu ke Tuhanmu dalam keadaan ridho dan diridhoi. Masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam syurgaKu". (Alqur'an).
Oleh karena itu di bulan yang penuh barokah ini, mari menata dan merajut hati. Lakukan pembersihan hati melalui puasa yang sesungguhnya. Puasa yang esensinya koneksi dekat dengan Allah. Dan dengan puasa seorang hamba mampu menata hidup jauh najis-najis kehidupan yang dapat mengotori hati. Semoga!
(rhs)