Pujian Itu Beracun, Berhati-hatilah!
A
A
A
Imam Shamsi Ali
Presiden Nusantara Foundation
Pujian itu Indah. Menjadikan hati orang berbunga-bunga. Pujian bisa menerbangkan seseorang ke angkasa impian dan angan-angan yang tiada batas.
Tragisnya, pujian jugalah menjadikan orang bisa kehilangan keikhlasan. Yang berakibat kepada hilangnya nilai (value) pengabdiannya. (Baca Juga: Puasa Ramadan Itu Menata Hati)
Lebih tragis, ketika pujian itu menumbuhkan keangkuhan, walau sebesar dzarroh. Karena itu menggeser hak Allah, yang kesendirian sebagai Al-Mutakabbir. Akibatnya, bagi orang itu syurga menjadi haram.
Lebih tragis lagi ketika 'desire of praise' (keinginan terpuji) itu tidak ada basisnya. Atau "mereka senang untuk dipuji atas hal-hal yang tidak mereka lakukan" (Alqur'an).
Sebaliknya, sering pula pujian itu menjadi racun bagi yang memuji. Pujian berlebihan yang ditujukan kepada orang lain seringkali bermotif 'kepiting di balik batu karang'. (Baca Juga: Puasa Itu Membangun Keseimbangan)
Atau tidak jarang juga dengan memuji orang lain, terjadi kepuasan sesaat. Seolah dengan memuji, dirinya telah menjadi pahlawan. Akhirnya, kadang pujian kepada orang juga dimaksudkan untuk menutupi "lobang diri sendiri".
Dengan kata lain, pujian itu seringkali dijadikan shield (penghalang) dari "lobang" yang dimaksud. Berhati-hatilah!
Presiden Nusantara Foundation
Pujian itu Indah. Menjadikan hati orang berbunga-bunga. Pujian bisa menerbangkan seseorang ke angkasa impian dan angan-angan yang tiada batas.
Tragisnya, pujian jugalah menjadikan orang bisa kehilangan keikhlasan. Yang berakibat kepada hilangnya nilai (value) pengabdiannya. (Baca Juga: Puasa Ramadan Itu Menata Hati)
Lebih tragis, ketika pujian itu menumbuhkan keangkuhan, walau sebesar dzarroh. Karena itu menggeser hak Allah, yang kesendirian sebagai Al-Mutakabbir. Akibatnya, bagi orang itu syurga menjadi haram.
Lebih tragis lagi ketika 'desire of praise' (keinginan terpuji) itu tidak ada basisnya. Atau "mereka senang untuk dipuji atas hal-hal yang tidak mereka lakukan" (Alqur'an).
Sebaliknya, sering pula pujian itu menjadi racun bagi yang memuji. Pujian berlebihan yang ditujukan kepada orang lain seringkali bermotif 'kepiting di balik batu karang'. (Baca Juga: Puasa Itu Membangun Keseimbangan)
Atau tidak jarang juga dengan memuji orang lain, terjadi kepuasan sesaat. Seolah dengan memuji, dirinya telah menjadi pahlawan. Akhirnya, kadang pujian kepada orang juga dimaksudkan untuk menutupi "lobang diri sendiri".
Dengan kata lain, pujian itu seringkali dijadikan shield (penghalang) dari "lobang" yang dimaksud. Berhati-hatilah!
(rhs)