Kisah Pelanggaran Yahudi di Hari Sabtu
A
A
A
Kaum Yahudi memang dikenal mempunyai karakter pembangkang dan selalu mendustakan para Nabi utusan Allah. Alqur’an dan Assunnah menggambarkan sosok Yahudi sebagai kaum yang melampaui batas dan sering melakukan pelanggaran.
Ulama besar Yaman, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad (1634-1720) dalam Kitabnya An-Nashoihud Diniyah menceritakan, dari Rasulullah SAW bahwa beliau berkata, tatkala Bani Israil melakukan hal-hal yang dilarang, para ulama mereka melarang mereka. Namun mereka tidak mendengarkan dan para ulama tetap bergaul dengan mereka sesudah itu dan makan dengan mereka. Ketika mereka melakukan itu, Allah menimbulkan permusuhan antara sebagian mereka dengan sebagiannya yang lain dan malaknat mereka melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam.
Dalam kisah penduduk desa di tepi laut disebutkan bahwa ketika mereka menghalalkan perburuan yang diharamkan atas mereka pada hari Sabtu. Mereka pun terpecah menjadi tiga golongan. (Baca Juga: Kisah Nabi Musa dan Kebinasaan Firaun) Segolongan tetap berburu dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah atas mereka. Segolongan tidak melakukannya dan melarang mereka melakukan itu, namun tidak meninggalkan mereka. Segolongan lagi meninggalkan mereka dan keluar dari kelompok mereka, setelah melarang mereka.
Maka ketika turun hukuman dari Allah, hukuman itu menimpa golongan pertama dan kedua. Karena mereka tetap tinggal bersama pelaku maksiat, meskipun tidak ikut berbuat seperti perbuatan mereka. Golongan ketiga selamat.Itulah maksud firman Allah ta’ala (yang artinya): "Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (QS Al-A'raf: 165)
Kemudian Allah mengubah mereka menjadi kera dan melaknat mereka sebagaimana disebutkan dalam ayat lain. "Kami kutuki mereka sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu". (QS An-Nisa: 47)
Kisah pembangkangan Yahudi kepada Allah dan Rasul-Nya ini juga dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu saat memberi penafsiran Surah Al-Ma’idah ayat 41: "Dan di antara orang-orang Yahudi amat suka mendengar (perkataan/berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum datang kepadamu. Mereka mengubah-ubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya".
Kata Ibnu Katsir, yang dimaksud orang-orang Yahudi adalah mereka yang merupakan musuh-musuh Islam dan pemeluknya secara menyeluruh. Mereka mengubah-ubah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menafsirkannya dengan tafsir yang bukan dimaksudkan oleh Allah.
Selain itu, kaum Yahudi juga melakukan penolakan terhadap Alqur'an. Ketika mereka diperintahkan untuk beriman kepada Alqur'an, mereka melakukan tindak pembangkangan dan arogansi secara menantang.Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 91: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: 'Berimanlah kepada Alqur’an yang diturunkan Allah, mereka berkata: Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami. Dan mereka kafir kepada Alqur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Alqur’an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: 'Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"
Ulama besar Yaman, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad (1634-1720) dalam Kitabnya An-Nashoihud Diniyah menceritakan, dari Rasulullah SAW bahwa beliau berkata, tatkala Bani Israil melakukan hal-hal yang dilarang, para ulama mereka melarang mereka. Namun mereka tidak mendengarkan dan para ulama tetap bergaul dengan mereka sesudah itu dan makan dengan mereka. Ketika mereka melakukan itu, Allah menimbulkan permusuhan antara sebagian mereka dengan sebagiannya yang lain dan malaknat mereka melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam.
Dalam kisah penduduk desa di tepi laut disebutkan bahwa ketika mereka menghalalkan perburuan yang diharamkan atas mereka pada hari Sabtu. Mereka pun terpecah menjadi tiga golongan. (Baca Juga: Kisah Nabi Musa dan Kebinasaan Firaun) Segolongan tetap berburu dan menghalalkan apa yang diharamkan Allah atas mereka. Segolongan tidak melakukannya dan melarang mereka melakukan itu, namun tidak meninggalkan mereka. Segolongan lagi meninggalkan mereka dan keluar dari kelompok mereka, setelah melarang mereka.
Maka ketika turun hukuman dari Allah, hukuman itu menimpa golongan pertama dan kedua. Karena mereka tetap tinggal bersama pelaku maksiat, meskipun tidak ikut berbuat seperti perbuatan mereka. Golongan ketiga selamat.Itulah maksud firman Allah ta’ala (yang artinya): "Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik." (QS Al-A'raf: 165)
Kemudian Allah mengubah mereka menjadi kera dan melaknat mereka sebagaimana disebutkan dalam ayat lain. "Kami kutuki mereka sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu". (QS An-Nisa: 47)
Kisah pembangkangan Yahudi kepada Allah dan Rasul-Nya ini juga dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu saat memberi penafsiran Surah Al-Ma’idah ayat 41: "Dan di antara orang-orang Yahudi amat suka mendengar (perkataan/berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum datang kepadamu. Mereka mengubah-ubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya".
Kata Ibnu Katsir, yang dimaksud orang-orang Yahudi adalah mereka yang merupakan musuh-musuh Islam dan pemeluknya secara menyeluruh. Mereka mengubah-ubah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menafsirkannya dengan tafsir yang bukan dimaksudkan oleh Allah.
Selain itu, kaum Yahudi juga melakukan penolakan terhadap Alqur'an. Ketika mereka diperintahkan untuk beriman kepada Alqur'an, mereka melakukan tindak pembangkangan dan arogansi secara menantang.Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 91: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: 'Berimanlah kepada Alqur’an yang diturunkan Allah, mereka berkata: Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami. Dan mereka kafir kepada Alqur'an yang diturunkan sesudahnya, sedang Alqur’an itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: 'Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"
(rhs)